Kamis, 18 Juli 2013

Kenapa Hizbu Tahrir Benci Terhadap Gerakan Islam Seperti Ikhwanul Muslimin...Ini Faktanya



Ketika Syi'ah mencaci maki para shahabat dan mengatakan bahwa para shahabat telah merubah Al Qur'an, mencaci maki istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ummul mukminin, tapi bagiHizbut Tahrir ini adalah masalah kecil!! Kenapa bisa seperti itu? Karena berdasarkan pada hal yang paling penting bagi mereka, yaitu permasalahan khilafah. 
Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:”kebanyakan dari umatku yang mati berdasarkan pada Kitabullah dan Al Qadha wal Qadar dai Allah adalah karenanya al anfus (dicabutnya nyawa)” (HR. Al Haitsami dalam Majma'uz Zawa'id 5/6, Ibnu Hajar menshahihkannya dalam Fathul Bari 10/167)

Hizbut Tahrir mengatakan bahwa aqidah Islam yang ada pada Hizbut Tahrir adalah bersadarkan pada akal dan siyasi (Al Iman halaman 68 dan Hizbut tahrir halaman 6). Maka akal orang-orang ini adalah dasar dari agama. Mereka berkata “kami mengetahui Allah berdasarkan akal kami”. Tapi bertentangan dengan pernyataan ini, adalah pernyataannya Umar Bakri, bahwa salah satu sebab perpecahan di kalangan muslimin adalah ketika sebagian kaum muslimin menggunakan akal dalam membahas permasalahan aqidah (Tafsir surat Al Ma'idah 5/29).
Mereka menjelaskan bahwa khilafah tidak akan tegak dengan berdasarkan pada akhlaqul karimah, tetapi berdirinya khilafah adalah dengan pengoreksian terhadap doktrin aqidah dan manhaj yang dibawa atau dipraktekkan dalam Islam (At Taqatul Hizbi halaman 1).
Dan dikatakan oleh mereka bahwa dakwah pada akhlaqul karimah tidaklah akan membuat masyarakat menjadi benar dan tidak akan membuat tegaknya khilafah, tapi masyarakat itu akan tegak dikarenakan adanya koreksi pada doktrin aqidah dan tidaklah dengan menyerukan pada akhlaqul karimah (Manhaj Hizbut Tahrir fit Taghyir halaman 26-27).
Maka kita katakan “Masyarakat itu akan tegak dengan keduanya (aqidah dan akhlaqul karimah), dan Islam menyerukan pada keduanya”. Taqiyuddin mengingkari adanya ikatan emosi pada jiwa manusia, tidak ada ikatan bathin. Dia katakan tidak ada ikatan emosi pada jiwa manusia dalam ajaran Islam. Karena pendapatnya inilah, kami melihat Hizbut Tahrir tidak mempunyai kelemah-lembutan dan akhlaqul karimah dalam menghadapi umat.
Dia berkata dalam Nizhamul Islam halaman 61 dan Al Fikrul Islami Al Mu'asyir halaman 202 bahwa mereka-mereka (para ulama Ahlus Sunnah) yang mengatakan bahwa wanita itu semuanya aurat, maka hal ini adalah bukti dari keruntuhan, perusakan akhlaq, padahal sudah pasti bahwa laki-laki dan perempua itu akan bertemu bersama-sama ketika melakukan transaksi jual-beli.
Lalu dia katakan dalam An Nizham halaman 10 dan 12, bahwa berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram itu tidak akan merusak akhlaq. Dia mengatakan bahwa bila wanita itu berhijab maka hal itu adalah keruntuhan dan perusakan akhlaq, tapi dia berkata bahwa berjabat tangan dengan wanita bukan mahram itu tidak merusak akhlaq.
Mereka mengatakan bahwa Hizbut Tahrir adalah merupakan sebuah kelompok yang mengurusi masalah politik, seluruh kegiatannya adalah berhubungan dengan politik, ini yang mereka katakan. Kegiatan mereka bukan pada hal tarbiyah, bukan pula pada memberikan targhib dan tarhib, namun semuanya hanyalah yang berikaitan dengan politik (Manhaj Hizbut Tahrir Fit Taghyir halaman 28 dan 31, juga dalam Hizbut Tahrir halaman 25). Apakah kalian pernah mendengar apa yang mereka katakan itu? Itu yang mereka nyatakan. Mereka berkata “Kami membolehkan orang-orang untuk membentuk hizb-hizb, berdasarkan pada firman Allah,
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia yang menyeru pada kebaikan dan melarang kejelekan serta beriman kepada Allah” (Ali Imran 110)
Ini adalah dalil yang mereka pakai, padahal seperti yang mereka katakan, bahwa kegiatan mereka seluruhnya hanya berkaitan dengan politik!!.
Maka kegiatan politik ini telah dijadikan sebagai aqidah bagi mereka, dan karena hal inilah mereka melakukan tawar menawar dengan mubtadi' (dan juga musyrikin) seperti Syi'ah, mereka mengatakan bahwa bekerja sama dengan syi'ah adalah tidak apa-apa. Dan mereka melakukan hal tersebut dengan kuffar Yahudi.
Mereka mengatakan dalam majalahnya, Al Wa'ie, nomor 75 halaman 23, tahun 1993, bahwa tidak ada perbedaan antara madzhab Syafi'i dan Hanafi, dan mereka telah salah karena mendalilkan hal ini untuk menjelaskan yang berikutnya, begitu pula Ja'fari dan Zaidi.
Dan mereka berkata “dan inilah yang terjadi antara kalangan Sunni dengan Syi'i, yang sebenarnya ada orang-orang yang berada di belakang perpecahan ini (yang mempunyai maksud tertentu) dan kami harus memerangi orang-orang itu, sebab tidak ada perbedaan antara keduanya, dan siapa saja yang melakukan perbedaan itu maka akan kami lawan”.
Orang-orang Hizbut tahrir sebenarnya mengetahui apa yang dinyatakan oleh orang-orang syi'ah tentang 'Aisyah dan para shahabat, mereka mendengarnya di Hyde Park (sebuah tempat di Inggris) dan tetap saja mereka katakan tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syi'i. Ketika Syi'ah mencaci maki para shahabat dan mengatakan bahwa para shahabat telah merubah Al Qur'an, mencaci maki istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ummul mukminin, tapi bagi Hizbut Tahrir ini adalah masalah kecil!! Kenapa bisa seperti itu? Karena berdasarkan pada hal yang paling penting bagi mereka, yaitu permasalahan khilafah.
Mencaci maki para shahabat, mencaci maki para istri Rasul, menuduh para shahabat telah merubah Al Qur'an adalah hal kecil dibandingkan dengan permasalahan yang “paling besar”, apakah itu? Masalah khilafah.
Itulah yang menyebabkan kenapa mereka mengatakan bahwa kitab yang terbaik adalah Al Hukumah Al Islamiyyah padahal didalamnya terdapat kekufuran dan pernyataan bahwa melawan Sunni adalah merupakan aqidah bagi Syi'i, karena aqidah syi'i itu cocok dengan aqidahnya mereka. Tapi Hizbut Tahrir tidak mau tahu tentang hal itu dan memilih untuk mengabaikannya.
Oleh karena itu, mereka (Hizbut Tahrir) dapat ditemukan di Qum, tempat dimana Khomeini hidup. Mereka mengira bahwa di sana dapat ditegakkan khilafah.
Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, mereka mengatakan bahwa Allah membolehkan umat Islam untuk mendirikan hizb-hizb, dengan berdalil dengan surat Ali Imran ayat 110. Tapi lihat apa yang mereka katakan “Sesungguhnya amar ma'ruf nahi munkar tidak bisa dijalankan kecuali sebelumnya telah ditegakkan khilafah dan hukum-hukum Islam” (Manhaj Hizbut Tahrir Fit Taghyir halaman 21). Lalu andai amar ma'ruf nahi munkar itu tidak bisa dijadikan sebagai suatu cara, kanapa kalian masih menukil ayat itu?.
Dan Umar Bakri pun mengatakan hal yang sama pada Tafsirnya Surat Al Ma'idah 2/233. Mereka katakan bahwa kegiatan mereka total pada permasalahan politik.
Maka kita katakan pada mereka. Apakah Salafus Shalih tidak pernah mendengar ayat ini sebelumnya? Kalaupun mereka (Salafus Shalih) mendengar, apakah mereka mendirikan kelompok sendiri-sendiri? Apakah mereka memahami ayat itu seperti pemahamanmu? Tentu saja tidak, sebaliknya pemahamanmu ini bukanlah dalam rangka memahami ayat, tapi dalam rangka merusak ayat. Kami pun mengetahui bahwa kelompok yang bergerak dalam permasalahan politik bukan hanya Hizbut Tahrir saja, tapi juga ada Ikhwanul Muslimin. Mereka juga mengatakan boleh untuk membuat kelompok-kelompok dan mereka pun menukil ayat yang sama.
Mereka adalah biang pembuat perpecahan umat. Mereka masing-masing membuat kelompok, lalu mereka pun berpecah belah dan akhirnya saling benci satu sama lainnya. Ini adalah suatu pemahaman yang menyelisihi Salaf.
Rasulullah berkata bahwa jika ada dua khalifah yang dibai'at, maka salah satunya harus dibunuh. Tapi mereka katakan bahwa hadits ini ahad. Siapakah yang memberitahumu bahwa para shahabat tidak menerima hadits ahad? Kita telah menjelaskan pada mereka (Hizbut Tahrir) tentang salahnya pendapat ini selama bertahun-tahun. Maka berikanlah pada kami, ucapan-ucapan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, shahabat, tabi'in dan yang selainnya bahwa hadits ahad tidak bisa diambil dalam permasalahan aqidah? Mereka katakan bahwa haram mengambil hadits ahad dalam permasalahan aqidah tapi haram meninggalkan hadits ahad dalam permasalahan ahkam!! Apakah ini bukan suatu pertentangan?
Maka disini ada pertanyaan penting yang harus ditujukan pada mereka. Mereka sering mendengung-dengungkan ayat,
“Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyeru yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka lah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran 104)
Lalu bagaimana bisa ayat ditafsirkan dan hendaklah ada segolongan dari Hizbut Tahrir? Sekarang kita katakan, apakah umat ini ada sebelum lahirnya Taqiyuddin An Nabhani? Tentu saja, umat ini sudah ada sejak jaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu kenapa kita perlu pada Taqiyuddin dan Hizbut Tahrir? Apakah merupakan suatu kebaikan jika membolehkan membentuk partai-partai dalam Islam, di dalam umat ini sedangkan kalian melarangnya di dalam tubuh kalian (di dalam Hizbut Tahrir)?
Dan sungguh menakjubkan orang-orang ini, yang mereka sebenarnya mendakwahkan pada perpecahan. Mereka berteriak agar umat ini bersatu, tapi mereka sendiri terpecah-belah.
Mereka seharusnya tidak boleh melakukan hal ini. Jika kalian ingin agar umat ini bersatu, maka hal yang pertama yang harus kalian lakukan adalah pergi dan kutuklah hizb kalian (dan membubarkannya), lalu setelah itu barulah kalian berdakwah untuk bersatu.
Hal lainnya, adalah mereka selalu mendengung-dengungkan ayat di atas (Ali Imran 104), tapi apakah mereka terlihat, secara dhahir, melakukan amar ma'ruf nahi munkar? Tidak, mereka hanya melakukan hal itu untuk kepentingan diri-diri mereka dan kelompoknya saja.
Seseorang yang tidak mempunyai sesuatu maka tidak akan dapat memberikan apa pun. Jika aku tidak mempunyai uang maka tidak dapat memberikan uang. Jika mereka (Hizbut Tahrir) tidak mempunyai sunnah, maka sunnah apakah yang akan mereka berikan pada umat.
Menurut mereka, semua bagian dari dunia ini adalah darul kufr. Mereka katakan bahwa tidak ada lagi wilayah Islam saat ini, sebab semuanya adalah tempat kufr. Apakah benar mereka berkata seperti ini? apakah kalian setuju dengan mereka? Aku telah membaca tulisan mereka dalam kitab-kitab mereka, mereka katakan “Tanah yang ditempati Muslimin sekarang adalah darul kufr, walaupun orang-orang yang menempatinya muslim” (Hizbut Tahrir, halaman 32 dan 103). Mereka tidak memasukkan Makkah dan Madinah sebagai wilayah muslim! Apakah mereka katakan padamu kecuali Makkah dan Madinah? Aku akan memberikan pengalaman pribadiku, salah seorang dari mereka berkata padaku, “semua orang selain yang tinggal di Makkah dan Madinah adalah bukan muslim dan wilayah tempat tinggal mereka yang tinggali pun bukanlah Darul Islam (Ad Daulah Islamiyyah halaman 55, Mitsaqul Ummah halaman 14 dan 44, Manhaj Hizbut Tahrir halaman 10-11).
Dari semua sumber rujukan tersebut dikatakan bahwa semua tempat adalah darul kufr dan semua masyarakatnya adalah kufr. Ini berarti tidak ada muslimin!! Salah seorang dari saudara kita bertanya pada salah seorang pemimpin mereka, “apakah ada pada saat ini darul Islam?”, dia (pemimpin Hizbut Tahrir) berkata “Tidak Ada”, lalu saudara kita berkata:”Tapi aku ingin hijrah” dia berkata “ini tidaklah mungkin”. Lalu dimanakah kemudian darul hijrah itu? Apakah Makkah dan Madinah bukan tempat Islam? Lalu kenapa kalian (Hizbut Tahrir) pergi ke London? Ada beberapa fatwa yang mereka berikan (Jawab wa sual, 24 rabi'ul awal 1390 dan juga 8 muharram 1390). Mereka menjelaskan bahwa laki-laki dibolehkan untuk mencium wanita non muslim. Dan aku bersumpah bahwa mereka menyetujui hal ini.
Salah seorang saudara kita yang baru masuk Islam diberikan penjelasan ini bahwa dia boleh mencium wanita non muslim. Mereka berkata bahwa boleh untuk melihat foto (gambar) wanita telanjang (b****l), mereka katakan “Toh ini hanyalah gambar”. Mereka katakan bahwa itu bukanlah wanita tapi hanyalah gambar. Kemudian mereka berkata bahwa dibolehkan untuk menjabat tangan wanita lainnya, yaitu ketika melakukan bai'at, sebab tidak ada perbedaan antara wanita dan pria dalam hal ini (Al Khilafah halaman 32).
Hal yang ingin saya jelaskan sekarang adalah, aku telah melihat mereka dan datang ke tempatku. Dan mereka mengatakan tentang hadits dari 'Aisyah. 'Aisyah berkata “Tidak, Wallahi. Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita (selain mahram)”.
Dan mereka katakan bahwa “Tidak, dia ('Aisyah) telah salah”. Aku telah mendengarnya langusng dari Umar Bakri dan aku mempunyai rekamannya. Dia katakan bahwa 'Aisyah telah salah, dia salah dalam menyatakan hal ini”. Maka manakah yang benar, apakah perkataan 'Aisyah atau dia? Apakah kamu hidup di jaman Rasulullah? Bagaimana mungkin kau bisa berkata seperti ini. Padahal hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari!!. Mereka membantah perkataan 'Aisyah dengan perkataannya Ummu 'Athiyah bahwa Rasulullah memanjangkan tangannya dari luar rumah dan para wanita memberikan padanya tangan-tangan mereka. Tapi riwayat Ummu 'Athiyah ini adalah mursal, yang berarti dha'if. Hal ini telah dijelaskan oleh An Nawawi (Syarh Shahih Muslim, 1/30) dan juga Ibnu Hajar Al Asqalani (FatHul Bari 8/636). Beliau (Ibnu Hajar) mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh 'Aisyah adalah merupakan hujjah (bantahan) terhadap apa-apa yang diriwayatkan oleh Ummu 'Athiyah mengenai Rasulullah memanjangkan tangannya untuk berjabat tangan dengan para wanita. Apakah mereka (Hizbut Tahrir) tidaklah merasa cukup dengan hadits Rasulullah “Aku tidak pernah berjabat tangan dengan wanita”. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (1597), An Nasa'i (7/149), Ibnu Majah (2874). Tapi tetap saja hal ini tidak mencukupi mereka. Apa yang akan aku katakan pada seorang wanita adalah sama dengan yang akan aku katakan pada ratusan wanita tentang bai'at ini. Bahwa Rasulullah tidak membai'at wanita kecuali dengan ucapan (bukan berjabat tangan) (HR. Muttafaq 'alaih), dan juga perkataan beliau “Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, maka itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tak halal baginya” (HR. Al Baihaqi, dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 226). Kendati pun demikian, mereka tetap menyatakan boleh untuk berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram!!
Maka aku katakan pada mereka, dengan menukil ucapan yang sering mereka dengung-dengungkan pada penguasa, “Berhukumlah dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah!”. Dan kami katakan pada mereka “(salah satu) Hukum Allah adalah tidak berjabat tangan dengan wanita bukan mahram, jika kalian tidak berhukum dengan hukum Allah, maka kalian tidak akan bisa menegakkan hukum Allah”.
Dan ini berarti bahwa kita harus bersikap tunduk, patuh dan ta'at pada hukum Allah, dan jika kitatidak mendasarkan diri pada hukum Allah, maka apa yang aka terjadi nantinya, bagaimana kita bisa mendakwahi orang lain, bagaimana kita bisa mencapai keunggulan dan kepemimpinan. Imam An Nawawi berkata “jika hal itu terlihat, maka haram untuk menyentuhnya” (Syarhul Minhaj 6/195)(Membongkar Selubung Hizbut Tahrir (iii), Syaikh Abdurrahman Ad Dimasyqiyyah)(salaf)

Ramuan Pelebur Dosa




timbangan dosa
Hasan al-Bashri seorang ulama terkemuka asal Basharah Irak menyaksikan seorang pemuda datang pada seorang dokter menanyakan hal berikut : Wahai dokter apakah Anda memiliki resep obat mujarab yang bisa menghapus dosa-dosa dan menyembuhkan penyakit hati?
Dokter itu menjawab : Ya!
Pemuda itu berkata : Berikan padaku resep mujarab itu!
Dokter berkata : “Ambillah sepuluh bahan pelebur dosa itu :
Ambillah akar pohon rasa fakir dan menghajatkan pada Allah bersama dengan akar kerendahan hati yang tulus dan ikhlas kepada Allah. Jadikan taubat sebagai campurannya. Lalu masukkan dalam wadah ridha atas semua ketentuan dan takdir Allah. Aduklah dengan adukan qana’ah rasa puas dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita. Masukkan dalam kuali takwa. Tuangkan ke dalamnya air rasa malu lalu didihkanlah dengan api cinta dan masukkan dalam adonan syukur serta keringkan dengan kipasan harap lalu minumlah dengan sendok pujian (al-hamdu).
Jika engkau mampu melakukannya pastilah engkau mampu mencegah penyakit dan ujian baik di dunia maupun akhirat” pungkas dokter itu.
Banyak orang melakukan dosa dan kedurjanaan kepada Allah karena dia merasa cukup dengan kemampuan dirinya dan seakan tidak lagi membutuhkan pada apapun, termasuk pada Sang Mahakaya. Dia beranggapan bahwa dirinya mampu melakukan semua hal dengan kekuatan dan kemampuannya, dengan potensi dan energi dirinya. Dia merasa bahwa semua yang dia dapatkan adalah hasil dari kekuatan pikirannya, kemampuan ilmunya, kejernihan kalkulasinya, kematangan hitungan-hitungannya. Inilah yang terjadi pada Qarun yang angkuh dengan harta yang dimilikinya yang kemudian Allah turunkan adzab padanya dengan ditelannya dia oleh bumi yang tidak lagi suka pada kecongkakan, kesombongan dan keangkuhan yang dia pamerkan sehingga membuat bumi gerah.
Sumber dosa lainnya adalah karena orang itu ridak ridha dengan apa yang Allah tetapkan pada dirinya. Sering kali dari bibirnya keluar keluhan dan bahkan gugatan kepada Allah kepada Dia tidak memberikan yang “terbaik” menurut pandangannya, menurut persepsinya, menurut pemikirannya. Dia menyangka bahwa apa yang dia alami saat ini tidaklah tepat bagi dirinya, tidak pantas untuk dirinya, tidak layak dialaminya. Dia seakan lebih tahu dari Allah Yang Mahatahu yang mengerti semua detil perkara yang baik dan yang buruk bagi hamba-Nya. Inilah yang terjadi pada Qabil tatkala menuntut ayahnya agar dia dinikahkan dengan adik kembarnya padahal Allah telah menentukan lain untuknya.
Lambat kembali kepada Allah merupakan penyebab lain dari tidak hancurnya dosa-dosa yang kita lakukan. Terjadi pengendapan dosa karena seringnya kita menunda taubat yang seharusnya cepat kita lakukan. Padahal Allah memerintahkan kita untuk segera merapatkan diri kepada Allah setelah beberapa lama kita telah menjauhinya. Getarkan hati kita semua dengan sesal atas semua kesalahan yang kita lakukan. Mereka seakan tidak tahu bahwa Allah senantiasa menerima taubat hamba-Nya dan Allah sangat senang dengan taubat mereka.
Sebagaimana yang Allah firmankan :
ألم يعلموا أن الله هو يقبل التوبة عن عباده ويأخذ الصدقات وأن الله هو التواب الرحيم
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang? (At-Taubah : 104).
Rasa tidak puas dengan apa yang Allah berikan pada kita merupakan penyakit kronis yang melahirkan buruk sangka kepada Allah, mendekti kehendak Allah, menyalahkan Allah. Rasa tidak puas dengan karunia Allah akan mengecilkan rasa syukur kita pada-Nya dan bahkan suatu saat akan memadamkannya. Lenyapnya rasa qana’ah atas karunia-Nya akan membuahkan ketamakan dan ketamakan akan melahirkan kezhaliman-kezhaliman. Dari kezhaliman akan memunculkan kerusakan-kerusakan yang menghancurkan tatanan kehidupan.
Jika dalam diri kita telah ada rasa kefakiran, rasa ridha dan qana’ah dan taubat maka semangat takwa kepada Allah hendaknya kita pupuk terus menerus dan kita bina dengan seksama. Sebab ketakwaan itu laksana sebuah tanaman yang jika dibina dengan sebaik-baiknya maka dia akan tumbuh subur dan indah dan jika kita telantarkan maka ketakwaan itu akan segera layu dan lesu. Ketakwaan bisa kita sirami dengan dengan rasa takut pada Allah (al-khawf min al-Jalil), mengamalkan nilai-nilai all-Quran (al-’amal bi al-Tanzil), puas dengan yang ada (al-qana’ah bi al-qalil) dan mempersiapkan diri sepenuhnya untuk perjalanan akhir : kematian ( al-isti’dad li yaum al-Rahil). Jadikan takwa terus terus tumbuh berkembang dan berkelanjutan sampai maut datang menjelang. Hendaknya kita menggenjot ketakwaan kita sampai pada puncaknya, pada titik kulminasinya.
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (Ali Imran : 102).
Ketakwaan kita akan semakin bermakna mana kala yang menjadi pendorongnya adalah mahabbah cinta pada Allah. Cinta pada Allah sepenuh jiwa dan hati. Cinta yang tidak lagi membuatnya berpkir untuk dan rugi dalam menjalankan perintah dan anjuran-Nya. Semangat cinta yang membakar hatinya akan senantiasa menggerakkannya untuk senantiasa dekat, merapat dan bergiat untuk merengkuh ridha dan kasih-Nya, meminum cawan rahmat-Nya dalam setiap langkah-langkah hidup dan goresan sejarahnya. Rasa cintanya yang menggelegak pada Allah akan senantiasa membuat hidup terasa hidup, langkahnya demikian pasti menuju Sang Kekasih. Cawan cintanya senantiasa tumpah ruah dengan air mata takwa, ridha qanah, taubat syukur, tawakkal dan sabar.
Bagi para pecinta yang dipikirkan bukan lagi dirinya tapi Dzat yang dicintainya dan dia larut dalam gelombang kasih-Nya, larut dalam rahmat-Nya masuk dalam dekapan kasih sayang-Nya.
Ramuan kefakiran pada Allah+taubat+ridha+qana’ah+takwa+malu+mahabbah cinta+syukur+harap (raja’) dan tahmid akan membersihkan dosa kita, melelehkan bebukitan kesalahan kita.
Dan yakinlah bahwa ramuan itu selain menghapuskan dosa kita dia juga akan menambah vitalitas keimanan kita semua menambah energi keislaman kita dan memantapkan akar ihsan kita.
Selama mencoba! Pastilah kita akan merasan khasiatnya. Dengan hasil jiwa nan segar dan jiwa yang jernih. Dengan dosa yang minim setiap hari. (Red-)

Jumat, 12 Juli 2013

K E S A B A R A N | Anis Matta


Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan.

Maka dahulu ulama kita mengatakan: "Keberanian itu, sesungguhnya hanyalah kesabaran sesaat."
Risiko adalah pajak keberanian. Dan hanya kesabaran yang dapat menyuplai seorang pemberani dengan kemampuan untuk membayar pajak itu terus-menerus. Dan itulah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya: "Jika ada di antara kamu dua puluh orang penyabar, niscaya mereka akan mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada di antara kamu seratus orang (penyabar), niscaya mereka akan mengalahkan seribu orang kafir."(QS. 8: 65).
Ada banyak pemberani yang tidak mengakhiri hidup sebagai pemberani. Karena mereka gagal menahan beban resiko. Jadi keberanian adalah aspek ekspansif dari kepahlawanan. Tapi kesabaran adalah aspek defensifnya. Kesabaran adalah daya tahan psikologis yang menentukan sejauh apa kita mampu membawa beban idealisme kepahlawanan, dan sekuat apa kita mampu survive dalam menghadapi tekanan hidup. Mereka yang memiliki sifat ini pastilah berbakat menjadi pemimpin besar. Coba simak firman Allah swt ini: "Dan Kami jadikan di antara mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka selalu yakin dengan ayat-ayat Kami." (QS. 32 : 24).
Demikianlah kemudian ayat-ayat kesabaran turun beruntun dalam Qur'an dan dijelaskan dengan detil beserta contoh aplikasinya oleh Rasulullah saw, sampai-sampai Allah menempatkan kesabaran dalam posisi yang paling terhormat ketia la mengatakan: "Mintalah pertolongan dengan kesabaran dan sholat. Sesungguhnya urusan ini amatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'." (QS. 2: 45 )
Rahasianya adalah karena kesabaran ibarat wanita yang melahirkan banyak sifat lainnya. Dari kesabaranlah lahir sifat santun. Dari kesabaran pula lahir kelembutan. Bukan hanya itu. Kemampuan menjaga rahasia juga lahir dari rahim kesabaran. Demikian pula berturut-turut lahir kesungguhan, kesinambungan dalam bekerja dan yang mungkin sangat penting adalah ketenangan.
Tapi kesabaran itu pahit. Semua kita tahu begitulah rasanya kesabaran itu. Dan begitulah suatu saat Rasulullah saw mengatakan kepada seorang wanita yang sedang menangisi kematian anaknya: "Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada benturan pertama." (Bukhari dan Muslim). Jadi, yang pahit dari kesabaran itu hanya permulaannya. Kesabaran pada benturan pertama menciptakan kekebalan pada benturan selanjutnya. "Mereka memanahku bertubi-tubi, sampai-sampai panah itu hanya menembus panah," kata penyair Arab nomor wahid sepanjang sejarah, Al-Mutanabbi.
Mereka yang memiliki naluri kepahlawan dan keberanian, harus mengambil saham terbesar dari kesabaran. Mereka harus sabar dalam segala hal: dalam ketaatan, meninggalkan maksiat atau menghadapi cobaan. Dan dengan kesabaran tertinggi, "sampai akhirnya kesabaran itu sendiri yang gagal mengejar kesabarannya," kata Imam Ibnul Qayyim.[]

Cinta di Atas Cinta

Oleh Anis Matta

Perempuan oh perempuan! Pengalaman batin para pahlawan dengan mereka ternyata jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan. Apa yang terjadi, misalnya, jika kenangan cinta hadir kembali di jalan pertaubatan seorang pahlawan? Keagungan!

Itulah, misalnya, pengalaman batin Umar bin Abdul Aziz. Sebenarnya Umar adalah seorang ulama, bahkan seorang mujtahid. Tapi ia besar di lingkungan istana Bani Umayyah, hidup dengan gaya hidup mereka, bukan gaya hidup seorang ulama. Ia bahkan menjadi trendsetter di lingkungan keluarga kerajaan. Shalat jamaah kadang ditunda karena ia masih sedang menyisir rambutnya.

Tapi begitu ia menjadi khalifah, tiba-tiba kesadaran spiritualnya justru tumbuh mendadak pada detik inagurasinya. Ia pun bertaubat. Sejak itu ia bertekad untuk berubah dan merubah dinasti Bani Umayyah. "Aku takut pada neraka," katanya menjelaskan rahasia perubahan itu kepada seorang ulama terbesar zamanya, pionir kodifikasi hadits, yang duduk di sampingnya, Al-Zuhri.

Ia memulai perubahan besar itu dari dalam dirinya sendiri, isteri, anak-anaknya, keluarga kerajaan, hingga seluruh rakyatnya. Kerja keras itu membuahkan hasil; walaupun hanya memerintah dalam waktu 2 tahun 5 bulan, tapi ia berhasil menggelar keadilan, kemakmuran dan kejayaan serta nuansa kehidupan zaman Khulafa' Rasyidin. Maka ia pun digelari Khalifah Rasyidin Kelima.

Tapi itu ada harganya. Fisiknya segera anjlok. Saat itulah isterinya datang membawa kejutan besar; menghadiahkan seorang gadis kepada suaminya untuk dinikahinya (lagi). Ironis, karena Umar sudah lama mencintai dan sangat menginginkan gadis itu, juga sebaliknya. Tapi isterinya, Fatimah, tidak pernah mengizinkannya; atas nama cinta dan cemburu. Sekarang, justru sang isterilah yang membawanya sebagai hadiah. Fatimah hanya ingin memberikan dukungan moril kepada suaminya.

Itu saat terindah dalam hidup Umar, sekaligus saat paling mengharu biru. Kenangan romantika sebelum saat perubahan bangkit kembali, dan menyalakan api cinta yang dulu pernah membakar segenap jiwanya. Tapi saat ini cinta hadir di jalan pertaubatannya, ketika cita-cita perubahannya belum selesai. Cinta dan cita bertemu atau bertarung, disini, di pelataran hati Sang Khalifah, Sang Pembaru.

Apa yang salah kalau Umar menikahi gadis itu? Tiada ada! Tapi, "Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya masih harus kembali ke dunia perasaan semacam ini," kata Umar. Cinta yang terbelah dan tersublimasi diantara kesadaran psiko-spiritual, berujung dengan keagungan; Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta! Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.

Tidak ada cinta yang mati disini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya dengan sendu, "Umar, dulu kamu pernah sangat mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya jauh lebih dalam!" []


*Buku Serial Cinta - Anis Matta

Senin, 08 Juli 2013

Bulan Ramadhan Lahir kembali




ramadhanOleh: Syaripudin Zuhri
Nada-nada dari lagu yang ditiup angin senja, terus menggulirkan makna pada setiap kata, walau kadang tak dimengerti pada jamannya. Pemikir-pemikir cemerlang seringkali dikucilkan manusia di sekelilingnya, karena tak paham apa yang diucapkannya. Sehingga mereka seringkali dituduh aneh, nyeleneh, bahkan gila.
Sepanjang jalan kehidupan yang tak selamanya lurus, dihadapi dengan kebijaksanaan yang tulus, dan terus menerus bergema dengan kata-kata bagai dalam syurga Firdaus. Hanya segelintir orang yang memahaminya, hanya sedikit yang paham apa yang dikatakannya, karena setiap katanya tersembunyi hikmah yang tidak didapat, kecuali dengan membaca dan membacanya lagi.
Bagai rahasia di dalam rahasia, bagai boneka Matrioskan Rusia yang unik, di dalam boneka ada boneka lagi, dibuka lagi ada boneka dalam boneka tadi, dibukan lagi ada lagi boneka di dalamnya, begitu seterusnya, berlapis-lapis. Begitulah makna setiap kata yang diucapkannya, tak bisa langsung dimengerti pada masanya, pada jamannya, seakan kata-kata  yang diucapkan melesat ke masa depan, jauh meninggalkan jaman.
Dan pada setiap jaman ada puasa, sesuai dengan firmanNya dalam surat Al Baqoroh: 183” Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibakan atas-atas orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”  Perhatikan ayat tersebut, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang sebelum kamu, jadi puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan  akan terus datang dan datang lagi, persis dengan kelahiran manusia manusia, yang terus menerus lahir, dan lahir kembali. Manusia yang lahir kembali dalam hitungan waktu, bagai bait-bait berikut ini:
Dalam keheningan malam yang sunyi
Salju-salju tipis turun kepersada bumi
Di tengah lelapnya tidur makhlukMu
Ada nada-nada bahagia menyambut kelahiran kembali.

Wahai waktu yang terus bergerak maju
Tak ada yang dapat menghentikanmu
Tak ada yang dapat menyetop gerak langkahmu
Tak ada yang dapat membuatmu mundur walau sedetik
Semua mengiringi gerak langkahmu.

Air yang terus mengalir dalam gerak tak henti
Angin yang terus berhembus membuai dedaunan
Kupu-kupu yang berterbangan di taman taman kehidupan
Menyambutmu kelahiranmu yang berulang.
Kala lumpur-lumpur diseberang jalan sana menghadang jalanmu
Tetaplah melangkah walau ilalang tajam menggores kakimu.
Ada mutiara di laut yang dalam
Ada hikmah pada setiap musibah.

Teruslah melangkah wahai deru napas kehidupan
Kelahiranmu yang terus berulang dalam nada rindu syurgawi
Menghantar kedalam pelukan kasihNya
Yang tiada henti-hentinya menebar aroma wangi ke persada bumi

Sujudlah
Bersukurlah
Sepanjang waktu.
Semoga setiap napas yang kau hembuskan
Dan setiap langkahmu kakimu
Dalam ridho dan ampunanNya!

Begitulah bunyi bait-bait tentang kelahiran manusia,  dan wahai manusia, dalam setiap saat engkau lahir kembali, saat tidur dan kau terbangun, itu kelahiranmu yang terbaru, kau yang sekarang ini, di saat ini, bukan engkau yang tadi dan baru saja  berlalu. Dalam setiap saat kau adalah manusia baru, kelahiran baru dan setiap saat kau “ berulang tahun”. Bahagia terus menyambut kelahiranmu, dalam hitungan yang tak terhingga banyaknya, dan bila kau sadari itu, tersungkurlah kau dalam sujud keabadianmu!
Dan ramadhan pun datang,  bagai lahir kembali, ramadhan yang lalu bukan ramadhan kini, ramadhan kini bukan ramadhan yang akan datang, ramadhan selalu lahir dan lahir kembali, sama dengan manusia yang selalu lahir dan lahir kembali, ramadhan bagai siklus sejarah, yang terus menerus berputar, ramadhan dulu, ramadhan kini dan ramadhan yang akan datang, namanya sama, tapi peristiwanya beda. Pertanyaannya sekarang, sudah siapkah kau menyambut kehadiran bulan yang suci itu? Bulan yang lahir kembali sepanjang tahun, selama bumi masih beputar dan kiamat belum tiba.
Selamat datang bulan ramadhan
Selamat datang bulan suci
Selamat datang bulan yang melahirkan manusia kembali kepada fitrahnya sendiri
Selamat datang bulan yang dinanti jiwa-jiwa suci
Selamat datang bulan yang membentuk kerendahan hati manusia
Selamat datang bulan yang menyehatkan manusia.
Begitulah orang-orang beriman menyambut kelahiran bulan ramadhan dan akan terjadi sebaliknya bagi orang-orang yang tak beriman. Dan memang puasa diwajibkan bagi orang yang beriman, yang tidak beriman, ya tidak terkena kewajiban tersebut. Makanya sangat berbeda sekali berpuasa di Rusia yang Islamnya minoritas,  dengan puasa di Indonesia yang Islamnya mayoritas di Dunia.

Tengoklah Sang ”HATI”, Sehatkah Hati Mu?



lenyap quran

Dalam khazanah keimanan, bagian dari diri seseorang yang menjadi raja dari keseluruhan pribadi dan jiwanya adalah HATI. Seluruh tubuh adalah pelaksanan titahnya,  siap menerima apa saja. Aktivitasnya tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksukdan oleh sang Hati. Di kemudian hari, sang hati  inilah yang akan bertanggung jawab, datang menghadap dan ditanya tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu akan ditanyai atas apa yang dipimpinnya.
Allah Subhanahu waTa’ala berfirman :
“.. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban(Al Isra: 36)
Begitu pula Rasulullah bersabda tentang hati,” Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pula seluruh tubuh, dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati..”
Membuat hati dalam kondisi tetap sehat, dengan mengkaji penyakit-penyakit hati  dan metode mengobatinya , merupakan bentuk ibadah yang utama bagi ahli ibadah
Hati bisa berada dalam keadaan 1. Sehat   2. Sakit  3. Mati
HATI YANG SEHAT,  adalah hati yang selamat (Qalbun salim). Barang siapa menghadap Allah nanti dengan kondisi hati yang tidak sehat maka akan celaka
Allah SWT berfirman :
“.. Adalah hari, dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat..(Asy-Syu’ara : 88-89)
Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat , keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat yaitu keraguan dan  ketidak jelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada Rasulullah. “ Ubudiyahnya murni kepada Allah. Iraddah, mahabbah, inabah, ikhbat, khassyah, raja dan amalnya, semuanya Lillah, semata karena Allah.
Jika ia mencintai, membenci , memberi dan menahan diri semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja tidak dirasa cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikutan yang kuat untuk menjadikan Rasul sebagai satu-satunya panutan dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang , mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan ataupun perbuatan
HATI YANG MATI, adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya.  Ia tidak beribadah kepadaNya, enggan menjalankan perintahNya, atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhaiNYa. Hati ini selalu lebih tunduk kepada hawa nafsu  atau kecenderungan diri terhadap kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT. Ia tidak peduli kepada keridhaan atau kemurkaan Allah SWT. Baginya yang penting adalah terpenuhinya hawa nafsu/keinginan. Ia menghamba kepada selain Allah demi kesenangannya ini.
Jika ia mencinta, membenci , memberi dan menahan diri semuanya karena  hawa nafsu. Hawa nafsu inilah telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dipenuhi dan dikerahkan untuk mencapai target-target duniawi.
HATI YANG SAKIT adalah hati yang hidup namun mengundang penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada penyakit. Padanya terdapat kecintaan, keimanan , keikhlasan dan tawakal kepada Allah yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr (Sombong) dan sifat ujub yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru kepada Allah, rasul dan hari akhir dan penyeru kepada kehidupan duniawi.
Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu, tawadlu, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.
INDIKASI  SAKIT- SEHATNYA HATI
Hati seseorang itu bisa sakit. Sakitnya bisa semakin parah dan tidak menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati, tanpa disadari pemiliknya. Pertanda hati itu sakit atau telah mati adalah; ia tidak lagi dapat merasakan sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan tentang kebenaran serta memiliki aqidah yang sesat. Sebab hati yang hidup pasti merasa tersiksa bila melakukan perbuatan buruk . Begitu pula jika ia bodoh tentang kebenaran.
Terkadang, seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun, ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar . Dan ia pun lebih memilih menderita penyakit untuk selamanya.
Diantara tanda sakitnya hati adalah keengganan mengkonsumsi makanan yang bermanfaat. Justru  cenderung kepada yang mendatangkan mudharat. Juga enggan terhadap obat yang berguna dan cenderung kepada penyakit yang berbahaya.
Hati yang sehat selalu mengutamakan makanan yang bermanfaat daripada racun yang mematikan. Makanan terbaik adalah keimanan. OBAT TERBAIK ADALAH AL QUR’AN.
Adapun tanda sehatnya hati adalah “ ketidak hadirannya”  di dunia menuju ke negeri akhirat. Disana ia tinggal dan seakan-akan menjadi penghuninya. Kehadirannya di dunia ini ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu kembali ke negerinya. Kepada Abdullah bin Umar , Rasulullah berpesan
“ di dunia ini hendaknya kamu berlaku seperti orang asing atau orang yang lewat..”
Tanda sehatnya hati adalah selalu  mengingatkan si Empunya, sehingga ia mau kembali ke jalan Allah Subhanau wa Ta’ala, tunduk dan bergantung kepadaNya seperti bergantungnya seseorang yang mencintai kepada yang dicintainya. Ia hanya butuh cintaNya. Ia selalu berdzikir dan berkhidmat kepadaNya.
Tanda sehatnya Hati adalah jika si empunya hati ketinggalan atau tidak sempat melaksanakan wirid (bacaan rutin berupa dzikir atau Al qur’an) atau suatu ibadah, ia akan merasa sakit dan tersiksa melebihi orang kaya yang kehilangan harta..
Masya Allah..demikianlah begitu berharganya hati. (LR)
Sumber : Tazkiyatunnafs, Konsep penyucian jiwa menurut para ulama salafus saleh

Template by:

Free Blog Templates