Kamis, 30 September 2010

wahai umat islam jangan mau di adu domba!!

upaya untuk menjadikan sesama Muslim saling berhadapan dalam bentrokan fisik, wajib dihancurkan

Nuaim bin Mas'ud menarik napas panjang. Pasukan Ahzab terlalu kuat bagi kaum Muslimin untuk dihadapi secara frontal. Saat itu, lebih dari 10 ribu orang gabungan dari beberapa kelompok tengah mengepung Madinah. “Seandainya pasukan besar itu bisa menyerbu Madinah, mungkin saja mampu membinasakan kaum Muslimin sampai ke akar-akarnya,” tulis Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri dalam ar-Rahiqul Makhtum-nya.

Meski benteng Khandaq sudah lebih dari separuh mengelilingi Madinah, tapi sampai kapan kaum Muslimin bisa bertahan. Bahaya orang-orang Yahudi dan munafik yang membaur bersama mereka dalam kota Madinah, ibarat bom waktu yang bisa meledak kapan saja tanpa bisa diprediksi. Untuk itu, harus ada cara bagi kaum Muslimin agar bisa keluar sebagai pemenang.

Sejenak Nuaim tersenyum. Sebuah ide cerdas menyeruak di benaknya. Buru-buru ia menemui Rasulullah saw dan mengemukakan rencananya. Rasulullah tersenyum lalu menjawab, “Usahakan agar musuh segera meninggalkan medan peperangan. Berbuatlah semampumu. Perang itu tipu daya." Begitu mendapat restu, Nuaim segera beraksi. Pertama-tama ia mendatangi Bani Quraizhah yang telah membuat kesepakatan dengan kafir Quraisy untuk memerangi kaum Muslimin. Di kalangan mereka, Nuaim termasuk tokoh berpengaruh. Mereka tidak mengetahui bahwa Nuaim telah memeluk Islam. Nuaim membujuk mereka agar melepaskan ikatan persekutuan dengan kafir Quraisy. “Janganlah kalian turut berperang sebelum mereka memberikan orang sebagai jaminan pada kalian,” tambah Nuaim.

Setelah berhasil meyakinkan Bani Quraizhah, secara diam-diam Nuaim menemui pasukan Quraisy. Kepada mereka, Nuaim mengatakan bahwa Bani Quraizhah meminta jaminan yang akan diberikan kepada Muhammad saw. Nuaim terus membujuk agar kafir Quraisy tidak memercayai Bani Quraizhah.

Ketika tiba saatnya penyerangan, Bani Quraizhah meminta jaminan kepada kafir Quraisy seperti disarankan Nuaim. Sebaliknya, kafir Quraisy merasa apa yang dikatakan Nuaim benar. Mereka tak mau menuruti permintaan Bani Quraizhah. Demikianlah, Nuaim akhirnya berhasil memecah belah pasukan Ahzab.

Tindakan Nuaim bin Mas'ud itu merupakan strategi jitu untuk mengalahkan musuh. Dalam bentangan zaman, taktik ini tetap sering dipergunakan. Di Indonesia, strategi ini menjadi senjata andalan Penjajah Belanda untuk mengabadikan cengkeraman jajahannya di Tanah Air. Devide et impera. Pecah belah dan jajahlah atau adu domba dan kuasailah, demikian slogan mereka.

Tentu saja tindakan Nuaim bin Mas’ud dalam peristiwa Perang Ahzab itu tak bisa disamakan dengan taktik licik Penjajah Belanda. Apa yang dilakukan Nuaim benar-benar strategi cerdas tapi tetap memerhatikan adab-adab perang. Sebaliknya, Penjajah Belanda selalu menggunakan cara-cara licik yang menghalalkan segala cara. Mereka tak segan-segan mengadu domba antara anak dan ayah sehingga terjadi pertumpahan darah.

Kini untuk menghalau gerakan Islam, taktik licik itu kembali dipergunakan. Dalam skala internasional, mereka memecah belah wilayah Islam menjadi beberapa negara. Lalu, masing-masing negara itu diadu domba. Pada awal 1991 Kuwait dan Irak diadu domba sehingga terjadi peperangan. Pada dekade sebelumnya, Iran dan Irak “digosok-gosok” agar mau saling serang. Begitulah strategi mereka. Strategi belah bambu. Satu diangkat yang lain diinjak.

Dalam skala nasional, hal yang sama menimpa umat Islam. Politik pecah belah tak hanya dilakukan antar partai atau lembaga Islam. Tapi, mereka juga melakukan politik adu domba dalam satu partai yang sama. Ini yang menimpa sebagian partai Islam sehingga beberapa partai Islam mengalami perpecahan.

Kasus teranyar adalah yang menimpa Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Mereka sengaja menyusupkan informan ke tubuh dua lembaga Islam itu. Selain mencari informasi untuk ‘dijual’ ke pihak asing, informan itu juga dimanfaatkan untuk memecah belah umat Islam, baik perpecahan dalam tubuh lembaga itu sendiri maupun pertentangan antar lembaga.

Realitas ini seharusnya menyadarkan kita. Bahwa, memang ada usaha untuk membuat gerakan Islam tidak bersatu. Untuk itu, dibutuhkan kelegowoan masing-masing tokoh partai atau organisasi Islam untuk menerima perbedaan. Teramat banyak persamaan yang bisa kita bangun dan sinergikan secara bersama.

Sebaliknya, teramat mudah—kalau kita mau—melupakan perbedaan di antara kita.
Karenanya, adanya wacana dari beberapa lembaga Islam—misalnya—untuk mendirikan partai baru pada Pemilu mendatang, mungkin harus dikaji ulang. Sebab, bisa jadi hal itu hanya akan membuat umat bingung dan berujung pada perpecahan. Mengapa tidak membenahi partai yang ada? Kekurangan dan kelemahan dalam tubuh partai Islam yang ada merupakan tugas umat Islam untuk meluruskan: mengritik dengan cara yang bijak dan penuh rasa persaudaraan. Bukan sebaliknya, saling menyalahkan dan menganggap kelompoknya yang paling benar sendiri. Sebaliknya, berdirinya partai baru bisa jadi akan menggembosi suara partai Islam.

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, persaudaraan antar kaum Muslimin didasari landasan agama dan kehormatan, bukan nasab (keturunan). Persaudaraan dalam agama jauh lebih kokoh dibandingkan dengan persaudaraan nasab. Sebab, persaudaraan nasab dapat terputus dengan perbedaan agama, sedangkan persaudaraan dalam agama tidak pernah terputus dengan perbedaan nasab. Lebih tegas Allah SWT menyatakan, “Berpeganglah kalian pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai,” (QS Ali Imran: 103).

Tegas sekali, ayat ini memerintahkan kaum Mukminin untuk bersatu atas dasar Islam dan untuk menegakkan Islam, dengan menjadikan syariah sebagai tolok ukurnya. Sebaliknya, bukan bersatu demi kelompok, partai, figur, atau fanatisme masing-masing. Sebab, al-Qur’an sebagai tali kemenangan memang diturunkan Allah SWT sebagai metode kehidupan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, kehinaan, keterbelakangan dan keterpecahbelahan.

Jelaslah bahwa Islam merupakan penyatu kaum Muslimin. Sebaliknya, semangat golongan, kesukuan dan kebangsaan adalah semangat jahiliah yang tak layak dijadikan pegangan. Apalagi hal itu dilakukan untuk berseteru dengan sesama Muslim.

Untuk itu, setiap Muslim harus segera meninggalkan segala bentuk pemikiran dan ikatan kufur dan beralih pada ikatan Islam. Dengan demikian, setiap upaya untuk menjadikan sesama Muslim saling berhadapan dalam bentrokan fisik, wajib dihancurkan.

Wahai umat Islam, jangan mau diadu domba!

Senin, 27 September 2010

makna tarbiyah dan Liqo


Untuk mengetahui lebih jauh makna Tarbiyah dan Liqo` berikut ini sebuah penjelasan dari Syariah Online.
Secara bahasa Tarbiyah itu maknannya adalah pendidikan atau pembinaan dan liqo` artinya pertemuan. Selain dua istilah itu ada lagi istilah lainnya ang terkait kuat yaitu halaqah. Secara istilah halaqah berarti pengajian imana orang-orang yang ikut dalam pengajian itu duduk melingkar. Dalam ahasa lain bisa juga disebut majelis taklim, atau forum yang bersifat ilmiyah.

Istilah halaqah ini sangat umum di timur tengah dan biasa dilakukan di banyak masjid. Materinya bisa berkaitan dengan kitab tertentu seperti qidah, fikih, hadits, sirah dan seterusnya. Contoh yang paling mudah bisa kita dapati di dua masjid Al-Haram, Mekkah dan Madinah. Setiap hari selalu dipenuhi dengan halaqah yang diisi oleh para masyaikh / ustaz yang merupakan akar di bidangnya.

Sedangkan isitlah liqo` lebih umum dari halaqah, karena isinya bisa saja bukan merupakan kajian ilmiyah, tetapi bisa diisi dengan rapat, pertemuan, musyawarah dan seterusnya.

Istilah halaqah dan liqo di Indonesia umumnya sering dikaitkan dengan pengajian dalam format kelompok kecil antar 5 s/d 10 orang, dimana ada satu orang yang bertindak sebagai nara sumber yang sering diistilahkan dengan murabbi / pembina. Secara umum, format halaqah dengan jumlah terbatas ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah bahwa anggota dari halaqah itu biasanya adalah orang-orang yang sudah terpilih melalui semacam seleksi. Sehingga lebih mudah untuk penanganannya ketimbang bila jumlahnya terlalu banyak. Sehingga kontroling dari murabbi bisa lebih sempurna.

Kekurangannya adalah apabila kemampuan sang murabbi ini terbatas baik dari sisi waktu, ilmu dan kemampuan dalam membina, sehingga menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Dari sisi ilmu dan wawasan, halaqah kecil ini akan sangat tergantung dari wawasan sang murabbi. Bila kemampuannya baik, maka umumnya anggotanya pun punya wawasan yang baik. Sehingga meski pada beberapa sisi ada kelebihannya, tapi halaqah kecil ini perlu juga dilengkapi dengan penambahan ilmu-ilmu ke-islaman secara lebih lanjut dan lebih luas, bila ingin mencetak orang-orang yang ahli dalam bidang syariah Islam. Sekedar ikut halaqah yang jam pertemuannya hanya 2-3 jam sepekan tentu sangat kurang bila tujuannya adalah mendalami ilmu-ilmu keislaman. Apalagi bila sang murabbi terbatas ilmu dan kemampuan bahasa arabnya.

Tapi umumnya, halaqah yang banyak diselenggarakan itu memang tidak bertujuan
mencetak ahli syariah, tetapi lebih kepada membentuk wawasan dan kepribadian yang Islami. Untuk bisa menelurkan ahli syariah, yang dibutuhkan adalah kuliah di fakultas syariah. Dan untuk melahirkan aktifis yang memiliki wawaan fikrah Islam serta memiliki kepribadian yang islami, sarana halaqah umumnya lumayan bermanfaat. Namun semua itu tidak lain hanyalah wasilah (sarana) yang bisa dimanfaatkan dalam rangka dakwah kepada Allah dan melahirkan generasi yang islami.

Termos



Seorang anak memperhatikan ibunya yang sedang menuang air mendidih ke sebuah wadah. Terlihat kepulan asap yang mengiringi aliran air panas itu ke tempat yang ia belum paham.

"Apa itu, Bu?" tanyanya sesaat kemudian. Sang ibu menoleh perlahan sambil tangannya memegang kuat ceret berisi air panas yang masih terus mengalir ke tempat baru itu. "Oh, ini. Termos, Nak!" jawabnya singkat. Ia pun menuntaskan kegiatannya. Sebagian air panas dituang ke termos, dan sisanya masih berada di ceret.

"Kenapa dituang ke termos, Bu?" sang anak terus memperlihatkan rasa ingin tahunya. Ia tidak peduli kalau ibunya masih sibuk menutup dan memindahkan termos ke tempat semula. Setelah itu, sang ibu pun menoleh ke buah hatinya.

"Anakku. Termos itu tempat menyimpan air supaya tetap hangat," jawab sang ibu sambil senyum ke arah sang anak. "Sore nanti, kamu akan lihat kegunaannya," tambah sang ibu sambil membelai rambut si anak yang masih balita itu. Si anak pun mulai penasaran.

Akhirnya, sore pun datang. Dan, bocah yang selalu ingin tahu itu pun mendapatkan pelajaran baru dari ibunya. "Sini, Nak!" ucap sang ibu sambil menuangkan air dari termos ke gelas. "Apa yang kamu lihat, sayang?" tanya sang ibu seraya menatap wajah buah hatinya penuh bijaksana. "Airnya masih hangat, kan!" Sang anak pun mengangguk.

Pikirannya pun mengikuti gerak langkah ibunya yang kemudian menuangkan air dari ceret ke gelas yang lain. "Dan ini, coba kamu perhatikan. Air di ceret sudah tidak hangat lagi. Padahal, sumbernya sama-sama dari air yang tadi ibu masak," tutur sang ibu kemudian.

"Aneh ya, Bu?" respon si anak kemudian. "Anakku. Wadah termos terdiri dari kaca yang saling memantul. Dan dalam termos pun kedap udara. Itulah di antaranya, kenapa air dalam termos bisa tetap hangat!" jelas sang ibu seraya menatap buah hatinya yang mengangguk perlahan. *** Dalam diri manusia ada jiwa yang sangat menentukan seperti apa keadaan perilaku mereka. Jiwa yang terhangatkan oleh cahaya keimanan akan membangkitkan kesegaran optimisme, kesabaran, dan keikhlasan. Seorang mukmin mesti pandai-pandai menjaga kelanggengan kehangatan itu dalam sebuah termos jiwa. Di situlah, kehangatan tersimpan baik dalam pantulan cermin hati yang bersih dan suasana yang kedap dari segala kotoran. Dan, kehangatan jiwa pun akan terus terjaga.

Jangan biasakan jiwa yang semula hangat hanya tersimpan begitu saja dalam ceret yang terbuka. Karena kehangatan itu akan segera menguap bersama hembusan angin lingkungan yang tidak tentu arah.

Sayangnya, si empunya jiwa kerap tak sadar, kalau jiwa yang beberapa saat lalu masih hangat, ternyata sudah dingin. Bahkan mungkin sudah tercemar.

Minggu, 26 September 2010

Pilih Senang atau Tenang?



Senang ataukah tenang yang diinginkan seseorang?
Menurut Abu Hamid Al-Ghazali, orang yang senang (al-Sa'id) itu belum tentu tenang (al-Nafs al-Mutmainnah). Misalnya, orang yang melakukan korupsi, tentu merasa senang karena mendapatkan harta dengan segera tanpa susah payah, dan dia tinggal menikmatinya saja. Tapi, apakah hati menjadi tenang dengan perolehan harta terlarang yang bukan haknya itu?

Demikian pula, orang yang melakukan perselingkuhan, boleh jadi ia dapat mengenyam kenikmatan sesaat, tetapi apakah hatinya jadi tenang dan tenteram? Atau, seseorang yang mengonsumsi narkoba, mungkin dia bisa merasa senang dan bahagia untuk sementara. Akan tetapi, apa benar dia tidak dihantui perasaan takut?

Jika sudah menyadari hal seperti ini, mengapa manusia itu berlaku zalim terhadap dirinya sendiri dan hanya mementingkan kenikmatan sesaat. Padahal, mereka berani menanggung risiko ketidaktenangan dan ketidaktenteraman dalam hidupnya.

Kebahagiaan itu kenyataannya tidak bermula pada kesenangan, melainkan berangkat dari ketenangan. Orang yang memiliki banyak uang pasti senang karena segala kebutuhannya tercukupi, tetapi uang tidak menjamin seseorang mendapatkan ketenangan hidup.

Seringkali kita temukan, orang kaya malah jadi bertambah cemas karena takut dan khawatir hartanya berkurang atau habis. Siapa pun jika mendapatkan jabatan dan kedudukan prestisius menjadi senang, tapi adakah jabatan itu bisa membuat dia tenang dalam hidupnya? Jawabnya pasti belum tentu! Jika begitu, mengapa kita tidak mementingkan ketenangan hidup ketimbang memulai kesenangan hidup? Karena ketenangan jiwa, insya Allah akan menghasilkan kesenangan dan kebahagiaan yang hakiki.

Ada adagium dalam dunia tasawuf yang patut untuk direnungkan. "Lastu Aras Sa'adata Jam'a Malin, Walakin at_Taqiya Lahaiya as-Sa'idu" (Saya tiada merasa bahagia jika berada dalam kekayaan harta, tapi takwa ini bahagia yang hakiki).

Dalam Alquran, banyak sekali ayat yang menerangkan tentang tenang dan manfaatnya. "Orang tenang (mengikuti petunjuk Alquran) itu mendapat rahmat atau kasih-sayang Allah." (QS 7:204). "Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan orang-orang beriman." (QS 9:26). "Allah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang Mukmin supaya keimanan bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada." (QS 48: 4 dan 18).

Ketenangan jiwa niscaya akan menghilangkan rasa cemas hingga hidup menjadi ringan tanpa beban. Segala penyakit fisik pun akan hilang atau berkurang dengan sendirinya jika jiwa kita menjadi tenang. Orang yang tenang akan dengan mudah mendapat kesenangan dan kebahagiaan. Sebagai orang yang beriman, sudahlah tentu kita akan memilih hidup tenang dahulu sebelum mendapatkan yang senang.

Meraih Surga dengan Kata-Kata


Maka bangunlah surga dengan kedermawanan kata-kata yang baik dan lembut, pujian yang semerbak serta luapan perasaan cinta kasih. Karena kata-kata yang baik adalah mata air kehidupan bagi hati dan jiwa, lebih-lebih hati dan jiwa wanita. Jangan bakhil terhadap sepotong kata yang baik. Kenapa harus berat mengucapkan kata-kata menyejukkan ?

----------

"Lidah memang tak bertulang", begitu kata banyak orang. Tapi harap tau, lidah adalah roda kemudi dan kata-kata adalah nutrisinya. Karena itulah, mengapa orang yang mengalami kegundahan, kesedihan, stress atau depresi, justru akan menjadi lebih baik ketika mendapatkan siraman kata-kata sejuknya yang menghibur.

Saat kita mengucapkan, "Assalamu alaikum? Apa kabar?"
tentu, itu bukan dimaksudkan sekedar untuk mencari keterangan. Itu hanya sebuah upaya agar orang lain merasa senang. Sebaliknya, perkataan yang buruk atau komunikasi yang gagal akan menimbulkan hubungan sosial yang tidak harmonis.

"Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka." (QS Al-Isra': 53)

Sebuah perumpamaan diberikan Allah yang ditunjukkan dalam Al-Qur an. "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, yaitu akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS Ibrahim: 24-25)

Berinfaklah dengan Perasaan

Sungguh, kita kaya dan berkuasa atas perasaan yang kita miliki. Maka sedekahkanlah kekayaan bathin itu untuk keluarga dan orang-orang terdekat kita.
Janganlah menghalangi mereka dari merasakan perasaan-perasaan itu.

Berkatalah pada istri, suami atau kerabat dan orang terdekat dengan mulut yang terbuka dengan sempurna, lalu selamilah isi hati kita. Usahakanlah selalu agar mereka tidak merasa bahwa kita pelit hati, walau tangan sering bersedekah. Jangan buat mereka gersang dan haus akan kesejukan hati kita. Janganlah bakhil mencurahkan kemurahan hati kita, padahal mereka mengetahui bahwa kita memiliki kemurahan itu. Apakah air sejuk hati ini begitu dalam, sehingga tak dapat dirasakan seperti halnya air di sumur yang dalam?

Atsar berikut bisa kita renungkan. Isteri terbahagia di antara para wanita, yaitu 'Aisyah meriwayatkan dari Rasulullah saw. "Surga adalah tempat orang yang bermurah hati." (HR Ibnu 'Ady).

Maka bangunlah surga dengan kedermawanan kata-kata yang baik dan lembut, pujian yang semerbak serta luapan perasaan cinta kasih. Karena kata-kata yang baik adalah mata air kehidupan bagi hati dan jiwa, lebih-lebih hati dan jiwa wanita. Jangan bakhil terhadap sepotong kata yang baik. Kenapa harus berat mengucapkan kata-kata menyejukkan? Apakah sepotong kata yang dikeluarkan membuat harta berkurang? Apakah sepenggal kalimat baik yang kita ucapkan membuat kita terbebani? Alangkah indahnya jika kita menjunjung syiar Islam, yaitu membahagiakan orang lain. Dan orang lain yang paling utama kita bahagiakan, adalah keluarga dan orang terdekat.

Sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah setelah amal fardhu, yaitu memberikan kegembiraan pada orang muslim." (HR Ath-Thabrany)

Kata-kata lembut antara suami-istri mengandung pesan hati serta jiwa yang begitu dalam. Dan setelahnya, Insya Allah akan lahir kebahagiaan agung yang mencairkan segala kebekuan. Sinarilah rumah tangga dengan kata-kata baik nan lembut, maka Anda sudah membangun satu pondasi kokoh bagi pernikahan. Dengan ucapan yang menyejukkan hati, rumah terisi dengan cahaya saling memaafkan, cahaya toleransi dan cahaya cinta. Akhirnya, hati dan jiwa pun saling menyatu.

Senin, 20 September 2010

Pahala



Seorang balita tampak memperhatikan ibunya yang masih sibuk di dapur. Tangannya begitu cekatan mempermainkan alat-alat dapur untuk disusun rapi. Sesekali, sang ibu kembali sibuk mengaduk-aduk masakan yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Sang balita tak tahu persis, sejak kapan bunda tercintanya itu terbangun dari tidur. Yang ia tahu, ketika terbangun, ibunya sudah mondar-mandir di dapur. Padahal, baru tiga jam yang lalu, ia masih ingat betul bagaimana ibunya telah direpotkan dengan ompol dan buang air besar sang adik di TKP, alias tempat tidur.

“Mbok Iyem masih di kampung, ya, Ma?” ucap sang balita ke ibunya.

Sang ibu hanya menoleh dengan senyum, kemudian mengangguk pelan. “Kamu kangen, ya?” ucap sang ibu agak membungkuk.

“Aku cuma heran, Ma. Kok, kerja Mama sama Mbok Iyem beda sih?” tanya sang balita serius.

“Iya beda, sayang. Mbok Iyem kerja di sini karena ada gaji dan kewajiban mengurus rumah kita,” ucap sang ibu singkat.

“Kalau Mama, karena apa?” tanya sang balita lagi.

”Cinta!” jawab sang ibu sambil mengecup pipi balitanya.

**

Dalam tafsiran yang lebih khusus, tidak sedikit dari kita yang ’berkerja’ dalam ibadah kepada Yang Maha Pencipta, Pemberi rezeki, dan Penguasa alam raya; hanya sebatas pada kewajiban seorang hamba kepada Khaliqnya. Di situlah ada harapan mendapatkan balasan berupa gaji yang bernama pahala.

Walaupun masih tergolong wajar, tapi itu akan menggiring sang hamba pada hitung-hitungan antara kewajiban dan pahala. Seolah, kepuasan dari menunaikan kewajiban adalah berlimpahnya pahala. Persis seperti seorang pembantu yang rajin dan malasnya sangat bergantung pada gaji dari majikan.

Tidakkah sang hamba menekuri lebih dalam bahwa nilai surga yang dijanjikan tidak akan sebanding dengan seberapa pun banyaknya pahala seseorang. Yang Maha Sayang semata-mata memasukkan hambaNya ke surga karena limpahan cintaNya kepada hamba-hambaNya yang juga beramal karena cinta. Persis seperti seorang ibu yang melakoni lautan kewajiban dengan samudera cinta.

Kamis, 16 September 2010

DO THE BEST..??BECAUSE YOU CAN IT...?

Allah menganugerahkan ilmu dan potensi yang luar biasa hebatnya pada kita.Allah memberikan otak dan kecerdasan yang sangat hebat. Allah memeberikan waktu yang sama setiap manusia. namun sangat di sayangkan banyak waktu yang terbuang oleh kelalaian, dan oleh ketidakmanfaatan. Sungguh Allah memberikan potensi kita agar kita mampu mengembangkannya menjadi suatu yang besar yang menjadikan kita taqarub kepada-Nya. setiap manusia akan di uji oleh Allah dengan berbagai tekanan, cobaan, kesibukan. dan Allah akan merasa senang terhadap seorang hamba yang tangguh, kuat optimis dalam hidup, serta mampu berjuang demi mencapai cita-cita.

wahai sahabatku.....?

seberapa banyakkah potensi yang telah Allah berikan kepada kita, namun kita siasiakan...?.seberapa banyakkah nikmat Allah yang telah engkau ingkari......?. berapa banyakkah janji yang telah engkau dustai......?. berapa bayakkah kepercayaan orang lain yang telah engkau hianati....?.

wahai saudaraku....?

ingatlah nikmat Allah sangat luas terhampar di bumi ini. namun apa yang telah kita siapkan untuk menyambutnya,,..?. harapan bukanlah mimpi namun suatu hal yang memang perlu tuk di gapai digenggam.

wahai saudaraku....?

seberapa banyakkah engkau mengeluh tentang masalah yang engkau hadapi....?. sementara masalah itu tidak pernah terputus....?seberapa banyakkah engkau lari dari masalah...sementara masalah itu akan terus mengejar,..?

wahai saudaraku...?

seberapa jauh engkau dari Allah.....? Seberapa banyakkah engkau berbuat zholim pada diri sendiri, pada lingkungan dan pada Allah....? apa yang kamu lakukan di tempat itu...? apa yang telah kamu lakukan kepada kedua Orang tuamu....? sudahkah engkau meminta do'anya kepada mereka...? sudahkan engkau memeluk mereka dan berkata:"terima kasih banyak, ayah, bunda , dan do'akan anakmu ini menjadi orang yang sukses di dunia dan diakhirat..."

wahai saudaraku....?

Allah sedang menguji keimanan kita dengan berbagai aktivitas di dunia..? seberapa tangguhkah kita menghadapi ujian itu...? apakah kita akan kalah dan lemah serta putus asa ataukah kita akan mampu bersinar di suatu hari, dengan predikat seorang muslim....Allah berfirman :"janganlah engkau bersedih hati, putus asa (kecewa, lemah, sakit hati,) karena sesungguhnya engkau adalah orang-orang yang tinggi derajatnya jika kamu orang-orang beriman."

hubungan antara film naruto,,dajjal dan iluminati





Masashi Kishimoto terkenal lewat komiknya yang berjudul Naruto.. Namun setelah di perhatikan, musuh dan alur cerita di Naruto ini seperti mengarah pada suatu peristiwa disektor kehidupan real kita.mulai pembahasan dari musuh utama dari film Naruto ini yang bernama Uchiha Madara a.k.a tobi,, Uchiha Madara dalam penampilannya memiliki mata satu. apakah ini kebetulan?atau ada suatu pesan yang dikandungya? jika anda menganggap ini hanya kebetulan, coba perhatikan apa yang dikatakan oleh uchiha madara berikut ini:

"to have everything become one with me"
artinya
"untuk menjadikan semuanya menjadi satu denganku"

"I mean to achieve a complete form, in which all is united"
artinya
"Maksudku untuk mendapatkan bentuk yang sempurna, dimana semua menjadi satu (bersatu)"

"I will cast my illusion upon all humans living upon the earth's surface."
artinya
Aku akan menggunakan ilusiku kepada semua manusia yang hidup di muka bumi"

"controlling all of humanity within that illusion, I will become one with the world"
artinya
mengendalikan seluruh umat manusia dengan ilusi tersebut

"It will be a world without hatred or conflict. everything will be one with me. everything united."
artinya
Ini akan menjadi dunia tanpa kebencian atau konflik, semua akan menjadi satu denganku, semuanya bersatu

apakah sudah jelas bagi anda kalian yang dimaksud Madara Uchiha oleh Masashi Kishimoto dalam kehidupan nyata? Ya, ini mengarah pada sosok seorang Dajjal yang memiliki mata satu karena mata yg satunya cacat/terluka hingga akhirnya hanya satu mata yg ia miliki. Ambisinya yang besar yakni menguasai dunia dan menciptakan sebuah tatanan dunia baru, “New World Order”. Berikut adalah mengenai Juubi dan Uchiha Madara

ini adalah monster bermata satu yang ingin dibangkitkan oleh Uchiha Madara, yang notabene digambarkan bermata satu juga. lantas, apakah ini melambangkan sebuah arti?? ya, mata satu kerap dikaitkan dengan makhluk yang fitnahnya luar biasa yakni Dajjal!

dan inilah sosok uchiha madara bermata satu yang di lambangkan sosok dajjal atau iluminati


dan inilah cuplikan2 dialog Uchiha Madara



ya dislog di ats seprti layaknya projevt blue bem oleh NASA

for mangekyou sharingan sasuke


sama kaya lambang



dan hubungan antara gambar bijuu





Bijuu adalah Monster yg disegel di dalam tubuh manusia (dalam cerita di Naruto), dan manusia yang punya bijuu didalam tubuhnya disebut sebagai Jinchuuriki.

dan perhatikan gambar berikut

mirip dengan susunan pagan hewan iluminati yaitu sama dengan bijuu yang mrip hewan musang,,kura2 dll

PAGAN adalah kaum yang menyembah dewa matahari dan dikenal dekat dengan organisasi Illuminati

9 Bijuu = 9 Lambang pada Pagan

lambang-lambang pagan


Mungkin Masashi Kishimoto ingin kita mengetahui maksud dari alur yg ia bawa..kenapa begitu banyak simbol Pagan di dalam gambar komiknya?? Mungkin MK ingin menyampaikan pesan juga bahwa kesemuanya itu berkaitan atau apalah...watak daripada tiap2 simbol itu ada dan mengandung maknanya sendiri..coba deh agan ikutin alur cerita Naruto dari awal sampe sekarang...mirip akan beberapa sejarah, mungkin karena MK senang akan sejarah, jadi dia ga mau memisahkan unsur sejarah didalam karangan ceritanya ini n cukup menarik juga kalo diangkat menjadi sebuah bagian dari alur cerita di komiknya..MK juga ingin menyampaikan bahwa Kebenaran akan selalu menang melawan Kejahatan..bahwa Dajjal akan dikalahkan oleh Nabi Isa as yg dibantu oleh Imam Mahdi di akhir zaman nanti..

Rabu, 15 September 2010

apa sih tarbiyah?

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah. Syukur ke hadratNya kerana saya masih lagi diberi kekuatan dan keizinan untuk menulis post yang seterusnya. Semoga kita semua berada dalam kemanisan iman hendaknya. InsyaAllah.

TARBIYAH. Perkataan yang saya dengar buat pertama kalinya semasa berada di UK. Entah kenapa saya tidak pernah mendengar perkataan ini semasa berada di Malaysia. Kalau nak dikira, berada di Malaysia hampir 20 tahun, tetapi berada di UK baru nak mencecah setahun. Aish, sungguh hairan. Islam di Malaysia tak hebat ke berbanding UK? Fikir-fikirlah sendiri.


"Apa maksud TARBIYAH?," tanya kita.

“Cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung melalui kata-kata maupun secara tidak langsung dalam bentuk keteladanan, sesuai dengan sistem dan peringkat khusus yang diyakini, untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik”.

(Dalam buku Manhaj Tarbiyah ‘indal Ikhwanul Muslimin)


Mungkin kita semua sukar untuk memahami mengikut definisi di atas. Begitu juga dengan saya. Biasalah, orang baru nak berjinak-jinak mestilah payah nak faham dengan sekali baca kan? Ok, kita baca pula definisi tarbiyah yang lain.


"Apa maksud TARBIYAH?", tanya kita lagi terpinga-pinga.

Tarbiyah islamiyah adalah proses penyiapan manusia yang shalih, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan.


Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobbi.


Haa. Semakin jelas di situ nampaknya. Namun, kadang-kadang kita masih keliru. Amende la TARBIYAH ni kan.


"Apa maksud TARBIYAH?", terpinga-pinga kita bertanya lagi.
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:

1. Proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.

2. Kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).

3. Menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat ALLAH SWT.

4. Proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.

5. Mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

6. Kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.


Wah, sudah jelas agaknya makna TARBIYAH dalam otak kita. Tetapi, kadang-kadang susah untuk lekat di otak kita melainkan dengan diberikan satu analogi. Ya, analogi. Apa agaknya anologi yang sesuai untuk menerangkan maksud TARBIYAH?


"Apa analogi yang menerangkan maksud TARBIYAH?," tanya kita lagi dengan penuh semangat.


ANALOGI PROSES MEMBUAT BATU

Andai kata kita ingin membuat batu yang kuat untuk membina rumah atau bangunan yang kukuh. Ia perlulah melalui beberapa proses.

Antaranya;


1. Sebatian yang diperlukan mestilah menepati nisbahnya.


2. Sebatian itu akan dipanaskan dalam kebuk pembakaran di bawah suhu yang amat tinggi.


3. Tekanan yang dikenakan ke atas kebuk pembakaran juga agak tinggi.


Hasilnya ialah;

1. Batu yang dibuat dengan betul kadar nisbahnya, tahan suhu tingginya dan tahan tekanan tingginya akan menghasilkan batu yang kuat seperti yang diingini.


2. Batu yang dibuat dengan salah kadar nisbahnya, tidak tahan suhu tingginya dan tidak tahan tekanan tingginya akan hancur gagal menjadi batu yang seperti diingini.


Analisis Analogi.


Analogi ini amat mudah untuk dipahami oleh kita semua. Batu yang kuat adalah contoh kepada diri kita. Suhu dan tekanan yang tinggi adalah cabaran untuk kita hadapi dalam menjadi INDIVIDU MUSLIM yang sebenar-benarnya.


Jadi, maksud TARBIYAH adalah proses dalam pembentukan diri kita semua. Tidak semua dari kita akan berjaya melalui proses-proses yang perlu dihadapi. Adanya tertinggal, ada yang terlucut dan ada yang mengalah. Namun, ada juga yang sanggup dan bersabar dalam menghadapi proses-proses itu.

Jadi, harapannya kita semua jelas dengan maksud TARBIYAH ini dahulu sebelum kita pergi dengan lebih lanjut.




"Islah Nafsak, Wad'u Ghairak".

hidup dan kehidupan

Hidup


Mbok Inah masih celingukan memeriksa ruangan rumah majikan barunya. Begitu besar dan mewah. Begitu rapi dan bersih. Setidaknya untuk ukuran pembantu yang masih awam dengan gaya hidup di kota besar seperti Jakarta.

Satu hal yang menarik perhatian Mbok Inah. Di tiap ruangan, selalu ia jumpai tanaman bunga yang berdiri di atas pot. Ada pohon melati, mawar, ros, dan sri rejeki. Sebuah tanaman yang ‘menjual’ keindahan dedaunan.Tiap kali mendapati tanaman-tanaman itu, Mbok Inah secara reflek menyiapkan kemampuan penciumannya. Duh, betapa harumnya bunga-bunga itu.

Tapi, ia menemukan sebuah keanehan. Pasalnya, tak secuil pun aroma harum menyeruak dari bunga-bunga itu. “Aneh! Kok, ndak wangi?” batin Mbok Inah seperti memeriksa. Ketika Mbok Inah mendekati tanaman melati, hal yang sama terjadi. Padahal, aroma melati begitu tajam. Aneh!

“Ada yang mau Mbok tanyakan?” tanya ibu majikan ketika menangkap kebingungan Mbok Inah.

“Anu, Nya. Hmm, gimana saya bisa nyiram pot-pot bunga ini? Kalau disiram di sini, sayang sama lantainya yang bagus. Kalau dibawa keluar, saya ndak kuat. Pohonnya lumayan besar!” ungkap Mbok Inah menutupi kebingungannya.

“Mbok keliru!” ucap ibu majikan sambil senyum. “Keliru?” balas Mbok Inah spontan. “Iya. Pohon-pohon ini tidak asli. Ini dari plastik. Mbok Inah tak perlu menyiraminya,” jelas ibu majikan sambil mengajak pembantu barunya itu menyentuh salah satu tanaman bunga.

“Oalah! Pantas tidak wangi!” ucap Mbok Inah sambil tetap terkesima dengan keindahan dan kemiripan tanaman bunga-bunga itu.
**

Orang banyak bisa saja terpikat. Mereka begitu takjub dengan keindahan luar yang mempesona: penampilan, retorika, dan slogan. Tapi, tetap saja kalau kesegaran dan keharuman jiwa cuma bisa diraih dari sesuatu yang hidup.

Pegiat dakwah persis seperti tanaman bunga yang tidak hanya hadir memberikan keindahan dan ketentraman orang sekitar melalui pesona luarnya. Lebih dari itu, ia mestinya hadir memberikan kesegaran ruhani melalui sentuhan hidup hatinya. Dan, ruhani hanya akan bisa tersegarkan dengan kucuran air kehidupan: jernih, terus mengalir, dan tidak tebang pilih.

Hanya yang segar yang bisa memberikan kesegaran. Dan hanya yang hidup yang bisa memberikan kehidupan. Kesegaran ruhani, dan kehidupan hati.....

Kamis, 02 September 2010

seputih melati......subhanallah

Melati tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Ia tak memiliki warna di balik warna putihnya. Ia juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai keadaannya, apa pun kondisinya, panas, hujan, terik, atau pun badai yang datang, ia tetap putih. Ke mana pun dan di mana pun ditemukan, melati selalu putih. Putih, bersih, indah berseri di taman yang asri.
Pada debu ia tak marah, meski jutaan butir menghinggapinya. Pada angin ia menyapa, berharap sepoinya membawa serta debu-debu itu agar ianya tetap putih berseri. Karenanya, melati ikut bergoyang saat hembusan angin menerpa. Ke kanan ia ikut, ke kiri ia pun ikut. Namun ia tetap teguh pada pendiriannya, karena ke mana pun ia mengikuti arah angin, ia akan segera kembali pada tangkainya.
Pada hujan ia menangis, agar tak terlihat matanya meneteskan air di antara ribuan air yang menghujani tubuhnya. Agar siapa pun tak pernah melihatnya bersedih, karena saat hujan berhenti menyirami, bersamaan itu pula air dari sudut matanya yang bening itu tak lagi menetes. Sesungguhnya, ia senantiasa berharap hujan kan selalu datang, karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air matanya. Bersama hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya, untuk mengadu, saling menumpahkan air mata dan merasakan setiap kegetiran. Karena juga, hanya hujan yang selama ini berempati terhadap semua rasa dan asanya. Tetapi, pada hujan juga ia mendapati keteduhan, dengan airnya yang sejuk.
Pada tangkai ia bersandar, agar tetap meneguhkan kedudukannya, memeluk erat setiap sayapnya, memberikan kekuatan dalam menjalani kewajibannya, menserikan alam. Agar kelak, apa pun cobaan yang datang, ia dengan sabar dan suka cita merasai, bahkan menikmatinya sebagai bagian dari cinta dan kasih Sang Pencipta. Bukankah tak ada cinta tanpa pengorbanan? Adakah kasih sayang tanpa cobaan?
Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak merubah warna hijaunya. Karena dengan hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai melati harus tetap berwarna putih. Jika daun itu tak lagi hijau, atau luruh oleh waktu, kepada siapa ia harus meminta koreksi atas cela dan noda yang seringkali membuatnya tak lagi putih?
Pada bunga lain ia bersahabat. Bersama bahu membahu menserikan alam, tak ada persaingan, tak ada perlombaan menjadi yang tercantik, karena masing-masing memahami tugas dan peranannya. Tak pernah melati iri menjadi mawar, dahlia, anggrek, atau lili, begitu juga sebaliknya. Tak terpikir melati berkeinginan menjadi merah, atau kuning, karena ia tahu semua fungsinya sebagai putih.
Pada matahari ia memohon, tetap berkunjung di setiap pagi mencurahkan sinarnya yang menghangatkan. Agar hangatnya membaluri setiap sel tubuh yang telah beku oleh pekatnya malam. Sinarnya yang menceriakan, bias hangatnya yang memecah kebekuan, seolah membuat melati merekah dan segar di setiap pagi. Terpaan sinar mentari, memantulkan cahaya kehidupan yang penuh gairah, pertanda melati siap mengarungi hidup, setidaknya untuk satu hari ini hingga menunggu mentari esok kembali bertandang.
Pada alam ia berbagi, menebar aroma semerbak mewangi nan menyejukkan setiap jiwa yang bersamanya. Indah menghias harum semua taman yang disinggahinya, melati tak pernah terlupakan untuk disertakan. Atas nama cinta dan keridhaan Pemiliknya, ia senantiasa berharap tumbuhnya tunas-tunas melati baru, agar kelak meneruskan perannya sebagai bunga yang putih. Yang tetap berseri di semua suasana alam.
Pada unggas ia berteriak, terombang-ambing menghindari paruhnya agar tak segera pupus. Mencari selamat dari cakar-cakar yang merusak keindahannya, yang mungkin merobek layarnya dan juga menggores luka di putihnya.
Dan pada akhirnya, pada Sang Pemilik Alam ia meminta, agar dibimbing dan dilindungi selama ia diberikan kesempatan untuk melakoni setiap perannya. Agar dalam berperan menjadi putih, tetap diteguhkan pada warna aslinya, tidak membiarkan apa pun merubah warnanya hingga masanya mempertanggungjawabkan semua waktu, peran, tugas, dan tanggungjawabnya. Jika pada masanya ia harus jatuh, luruh ke tanah, ia tetap sebagai melati, seputih melati. Dan orang memandangnya juga seperti melati.

Dan kepada melatiku, tetaplah menjadi melati di tamanku. Karena, aku akan menjadi angin, menjadi hujan, menjadi tangkai, menjadi matahari, menjadi daun, dan alam semesta. Tetapi takkan pernah menjadi debu atau unggas yang hanya akan merusak keindahannya, lalu meninggalkan melati begitu saja.

melati engkau indah nan memukau falsafah hidupmu sungguh layak sebagai cerminan kami para manusia...............

Template by:

Free Blog Templates