Senin, 30 Agustus 2010

ayah yg luarrrrrr biasa...

Ternyata Ayah Itu Menakjubkan!

@Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.
@Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
@Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
@Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. @Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
@Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.
@Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka. Karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.
@Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil, tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
@Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.
@Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.
@Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.
@Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis…. jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala (*_~).
@Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa “melihat” para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.
@Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.
@Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup.
@Ayah benar-benar senang membantu seseorang… tapi ia sukar meminta bantuan.
@Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.
@Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?…. mmmmhhh…” tidak terlalu mengecewakan” (^_~).
@Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. (*_~).
@Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.
@Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam… walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
@Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.
@Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.
@Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
@Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.
@Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah

AYAH ITU MURAH HATI…..
@Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan…. .
@Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ….
@Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka…..
@Ia menghentikan apasaja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara…
@Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya….
@Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.. .. @Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu….
@Ayah akan berkata “tanyakan saja pada ibumu” ketika ia ingin berkata “tidak”.
@Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin
@Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi.
@Ayah mengatakan “tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan”
@Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya….
@Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri….
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.
@Ayah mengira seratus adalah tip..; Seribu adalah uang saku..; Gaji pertamamu terlalu besar untuknya…
@Ayah tidak suka meneteskan air mata …. ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis). Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu…ketika kau mimpi akan dibunuh monster… tapi…..ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.
@Kalau tidak salah ayah pernah berkata :” kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu,jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya”
Untuk masadepan anak lelakinya Ayah berpesan: “jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu”
Dan untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan: “jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu”
@Ayah bersikeras,bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu….
@Ayah bisa membuatmu percaya diri… karena ia percaya padamu…
@Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik….
@@@@..Dan terpenting adalah… Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.
Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt…!

Tau gak siii? Ternyata ayah itu benar-benar MENAKJUBKAN....subhanallah..allahumaghfirlahum..waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shoghiro...

Sabtu, 28 Agustus 2010

Islam dan Isu Terorisme di Indonesia ...mustahil yg ada dan diada-adakan.


ISLAM mengajar kita untuk menyelidiki kebenaran apa yang dilihat dengan sikap tabayyun. Dalam dunia akademik, kita selalu dilatih untuk bersikap kritis untuk bertanya tentang; Apa, Siapa, Bagaimana, Kapan, Di mana, dan Kenapa? Dalam falsafah, kita juga diajarkan untuk, “berikan 25% kepercayaan terhadap apa yang kita dengar, berikan 50% kepercayaanmu terhadap apa yang kamu lihat, dan percayalah setelah melakukan penyelidikan”.
Para pejuang berani mati di Palestina yang berjuang untuk mempertahankan agamanya, nyawa, akal, keturunan dan harta , dikatakan sebagai “teroris” oleh konsep yang diciptakan oleh Barat yang menjadi “wayang” nya Yahudi Israel.
Namun, Israel yang menjajah Palestina, Amerika yang menghancurkan Iraq dan Afghanistan, Thailand yang membunuh umat Islam di Pathani, Fiilipina yang memerangi umat Islam di Moro, dan sebagainya, tidak disebut “teroris”.
Dalam sebuah kajian ilmiah menyatakan, mayoritas rakyat Amerika tidak percaya dengan isu terorisme 11 september 2001, Usama, dan sebagainya itu. Seorang Profesor Amerika mengatakan, “terorisme” berlaku hampir di semua negara dari dan oleh berbagai agama, suku, dan kaum.
Di zaman penjajahan --karena agama, nyawa, harta dan kehormatan mereka dijajah, ditindas, dan dizalimi-- para pejuang kemerdekaan muslim yang memerangi penjajah dengan peralatan dan seadanya, dikatakan sebagai “extremist” atau pengacau keamaan oleh penjajah ketika itu.
Di zaman Orde Lama (Orla), para pejuang kemerdekaan muslim yang telah mengorbankan harta, pemikiran, dan dirinya melawan penjajah, tetapi tidak setuju dengan kebijakan Soekarno, dianggap sudah mendekati dan bersahabat dengan komunis ateis, yang telah menyebabkan terbunuhnya jutaan anak bangsa yang tidak berdosa.
Kaum muslim dituding sebagai kontra revolusi dan “diperangi” oleh Soekarno yang sama sekali tidak pernah ikut berperang mengangkat senjata melawan penjajah.
Di masa Orde Baru (Orba), para pemikir muslim yang peduli dan khawatir dengan masa depan bangsa Indonesia yang hampir roboh karena pengkhianatan terhadap bangsa dan negara akibat budaya KKN yang dilakukan oleh para aparat negara, dikatakan tidak Pancasilais dan disingkirkan oleh Soeharto dengan berbagai cara. Padahal di waktu yang sama Soeharto dan kroninya melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Di zaman Reformasi, umat Islam yang ingin menjalankan ajaran Islam secara kaffah, memperjuangkan hak-hak mereka sebagai umat yang mayoritas, disebut sebagai “teroris” dan harus dibasmi dari akar-akarnya. Pelanggaran yang dilakukan oleh segelintir orang, dinisbatkan ke seluruh umat Islam.
Siapakah sebenarnya yang layak disebut extremist, kontra revolusi, tidak Pancasilais, “teroris”? Siapakah sebenarnya pencinta keamanan, yang punya semangat revolusi, yang Pancasilais, dan yang paling bertoleransi?
Mari kita lihat logika sederhana saja. Front Pembela Islam (FPI) yang melihat bahwa fungsi pemerintah terutama polisi, yang sangat lemah dalam mencegah kemungkaran yang melanggar undang-undang, berusaha “membantu“ tugas dan kerja polisi yang tidak bekerja dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan benar itu, akhirnya harus menerima resiko sebagai “Islam garis keras” dan semua LSM meminta agar FPI dibubarkan.

“Teroris” Nasional
Kita sering dibuat lupa tentang “teroris” yang sangat dahsyat dan membunuh masa depan bangsa ini. Banyak “teroris” yang telah membunuh hak-hak rakyat di bidang politik, sosial, ekonomi, budaya, dan pembangunan, namun mereka justru tak mendapat perhatian. “Teroris” yang telah melanggar hak asasi manusia (HAM) bangsa Indonesia justru digaji, mendapat makanan yang sehat, perumahan yang layak, infrastruktur yang baik, pendidikan, kesehatan, pelayanan publik yang berkualitas.
Hampir bisa dipastikan, jika ada kasus besar menyangkut KKN di negeri ini, pasti akan ada isu baru dan membuat orang segera cepat lupa.
Di saat BBM dan harga Sembako naik, ada isu pembubaran FPI dan organisasi massa. Di saat para koruptor mengkhianati negara dan bangsa melalui berbagai kasus seperti Century, BII, Rekening Gendut Polisi, Gurita Cikeas dan sebagainya, lalu ada kasus video porno artis, penyergapan teroris, dan penangkapan Ustad Abubakar Ba’asyir.
Kepala Negara dan polisi bisa saja berdalih tak ada hubungan dengan pengalihan isu. Namun, cobalah turun ke warung, gang-gang dan terminal. Tanyakan pada masyarakat, apakah mereka percaya itu?
Sudah bukan rahasia, agen-agen intel sering melakukan rekayasa kepada umat Islam. Dalam kasus-kasus terorisme, kebanyakan masyarakat sering hanya diberi “pertunjukan” betapa gagahnya Densus 88 menembak mati orang, tanpa ada data jelas tentang; Siapa, Mengapa, Kapan, Di mana, dan Bagaimana hal itu terjadi?
Saya melihat aparat di Indonesia masih sangat jauh dari apa yang disebut dengan profesional bila dibandingkan dengan aparat di negara lainnya. Kita tidak pernah tahu statistik tingkat kriminal dan pelanggaran yang berlaku di negara ini. Berapa persen kasus yang diselesaikan oleh polisi dan bagaimana perkembangannya setiap tahun.
Apakah polisi berhasil mengurangkan tingkat kriminalitas dan pelanggaran setiap tahun atau sebaliknya gagal total? Yang sering dirasakan masyarakat, adalah arogansi aparat keamanan kita, termasuk anggota polisi.
Bahkan sering ada ungkapan-ungkapan sinis di masyarakat. “Kalau kehilangan motor melapor ke polisi, Anda akan kehilangan sebuah mobil untuk membayar polisi.”
Jangan sampai ungkapan-ungkapan ini menjadi pemahaman yang diyakini masyarakat. Jika itu terjadi, yang rugi juga polisi dan aparat. Jangan sampai pula seperti di Malaysia. Di Malaysia, orang begitu malu menjadi tentara dan polisi, karena pekerjaan ini dianggap rendah. Mereka menjadikan pekerjaan sebagai polisi sebagai pilihan terakhir. Sering berlaku di Malaysia penerimaan anggota tentara dan polisi kurang dari harapan akibat kurangnya minat masyarakat Malaysia untuk menjadi tentara dan polisi. Begitu juga di negara lainnya, seperti Mesir dan sebagainya.

Kesimpulan
Isu terorisme adalah tugas, tanggung jawab dan amanah yang harus dibuktikan oleh pihak kepolisian untuk kemudian diserahkan kepada kehakiman untuk diadili dengan profesional, seadil-adilnya tanpa rekayasa dan intervensi pihak asing.
Sebagai sebuah tugas, masyarakat awam tidak perlu dilibatkan untuk ikut serta dalam memikirkan apa yang sebenarnya menjadi tugas pihak polisi dan kehakiman. Perkara-perkara yang seharusnya menjadi tugas polisi ini tidak perlu menjadi konsumsi publik yang sengaja dibesar-besarkan oleh media massa.
Isu terorisme, juga sangat tidak perlu publikasi secara besar-besaran untuk tujuan popularitas, sebagaimana sering terjadi di TV Indonesia. Herannya, di Indonesia, situasi ini justru jadi dagangan media, tanpa mengukur perasaan umat islam.
Karena di samping akan merugikan imej dan nama baik seluruh umat Islam yang mewakili 88% rakyat di negara ini, juga masalah terorisme memang adalah tugas dan tanggung jawab pihak polisi dan kehakiman.
Aparat dan media harus peka dalam masalah. Imej yang merugikan kaum muslim akan dicatat dan disimpan umat Islam dalam waktu yang lama. Jika mereka terlukai perasaanya, luka itu belum tentu sembuh dalam waktu hanya beberapa tahun.
Mengapa harus umat Islam jadi perhatian? Karena faktanya, mereka mayoritas di sini. Dan setiap isu terorisme, terutama media massa, pasti mengaitkannya dengan Islam. Jadi, bagaimana mungkin umat Islam bisa diam dan duduk tenang?

Senin, 23 Agustus 2010

Puasa Itu Menahan, Bukan Menunda


Hari terus berganti, waktupun berlalu. Tak terasa puasa kita sudah memasuki putaran sepuluh hari yang kedua. Alhamdulillah, Allah masih memberikan kepada kita nikmat umur, nikmat sehat, dan terutama nikmat iman, islam dan hidayah sehingga kita bisa meneruskan puasa hingga genap sebulan, insya Allah.
Sebagai bekal menjalani sepuluh hari kedua dan ketiga, penting kiranya kita menginterospeksi, mengukur diri, seberapa sukses puasa kita di sepuluh hari pertama. Apakah di mata Allah puasa kita bernilai ibadah, ataukah hanya sekedar mendapatkan lapar dan dahaga saja.

Adalah sangat rugi bila perjuangan menahan lapar, haus dan tidak berhubungan badan sepanjang siang tidak bernilai ibadah. Banyak orang yang benar-benar hanya mendapatkan lapar dan dahaga karena ketika berpuasa anggota tubuh mereka lainnya melakukan hal-hal yang bisa mengurangi bahkan menghilangkan pahala sama sekali. Mata, telinga, mulut, tangan, kaki dan juga hati mungkin tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, tapi melakukan hal dan perbuatan yang bisa membakar pahala puasa.

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, dan pengamalannya, serta amal kebodohan, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya. (HR. Bukhari).

Kita memang tidak bisa mengetahui secara pasti seberapa besar nilai ibadah puasa kita di mata Allah. Tapi kita bisa mengusahakan agar puasa kita mendekati sempurna, bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan badan di siang hari. Kita bisa mengoreksi diri sendiri, seberapa banyak dan seberapa jauh kemampuan kita menahan nafsu, mengendalikan emosi sepanjang hari - siang dan malam - dari hari ke hari. Apakah puasa kita di siang hari telah membawa perubahan di malam hari? Ataukah keduanya masih berjalan berlawan arah, berpuasa di siang hari namun tetap bermaksiat di malam hari? Prihatin rasanya, ketika satu waktu sepulang dari mushola mendapati sepasang muda-mudi sedang asyik berduaan. Meski bukan di tempat sepi, tapi tetap saja yang mereka lakukan tidak dibenarkan agama. Sepertinya sholat taraweh di mushola hanya dijadikan alasan untuk melegalkan agenda keluar rumah. Rencana yang sebenarnya adalah janji bertemu dengan pujaan hati. Bila diingatkan, mereka berkilah. “Kita juga tahu kalau orang puasa tidak boleh pacaran, bisa mengurangi pahala puasa. Tapi ini kan malam, kita tidak sedang berpuasa kok!” begitu alasan mereka. Astaghfirulloh! Larangan berpacaran itu bukan saja ketika sedang berpuasa, di dalam bulan puasa. Tapi berlaku sepanjang masa, baik siang maupun malam, baik di dalam maupun di luar bulan Ramadhan. Tak ada alasan yang bisa digunakan untuk membenarkan apa yang kalian lakukan. Juga sedih rasanya ketika mendapati orang-orang yang asyik bergunjing selesai tarawih atau mengakses situs-situs porno di warnet dan hp. Mana, kemana efek puasa yang telah mereka jalani sepanjang hari tadi? Astaghfirulloh! Hampir tak terlihat sama sekali. Seakan-akan puasa dan segala hal yang dijaganya berakhir ketika datang waktu berbuka.

Puasa itu menahan, mengendalikan, bukan menunda. Sehingga ketika waktu berbuka telah tiba, semestinya kita tetap mampu menahan dan mengendalikan nafsu, bahkan hingga ketika bulan Ramadhan telah berlalu. Puasa bukanlah menggeser waktu, dari siang menjadi malam. Siang berpuasa, malam hari puas-puasin. Siang di tahan-tahan, ketika malam layaknya orang balas dendam. Kata “puasa” dalam bahasa Arab, adalah “Ash-Shaumu” atau “Ash-Shiyaamu”. Sedangkan kata “Ash-Shiyaamu” menurut bahasa Arab adalah semakna dengan “Al-Imsaku” artinya : menahan dari segala sesuatu, seperti menahan makan, menahan bicara, menahan tidur, atau dengan kata lain: mampu mengendalikan diri dari segala sesuatu (Al-Imsaaku wal-kaffu ‘anisy-syai) Sedangkan puasa (Ash-shiyaamu) menurut istilah (syari’at) agama Islam ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan (membukakan) selama satu hari penuh, sejak dari terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari dengan niat mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. ( Dari berbagai sumber ) Mari kita jaga dan hormati bulan Ramadhan yang suci dan mulia ini. Kita manfaatkan bulan penuh barokah dan ampunan ini untuk mendidik diri kita menjadi pribadi yang taqwa. Puasa memang di siang hari, tapi Ramadhan bukan hanya siang, termasuk juga malam. Sayang sekali jika selama dua belas jam lebih kita menahan lapar, haus dan dorongan nafsu yang ketika di luar puasa halal kita lakukan, tapi ketika waktu berbuka datang, kita seolah lupa dengan segalanya. Kita seperti seorang pendendam yang bertemu setelah sekian lama menunggu. Meski makan, minum dan berhubungan suami istri halal di malam hari, tapi semestinya tetap dilakukan dengan terkendali.

Puasa yang sukses semestinya membawa perubahan sikap dan kepribadian seseorang. Ketika puasa dijalankan sebulan penuh, seharusnya cukup untuk mendidik kita dalam menghadapi sebelas bulan berikutnya. Sangat sayang jika puasa yang kita kerjakan tidak menghasilkan apa-apa. Puasa perut dan syahwatnya, tapi mata, telinga, tangan, kaki dan hatinya berlaku seperti biasa, mengikuti nafsu belaka. Jangankan sebelas bulan berikutnya, sehari-harinya saja tak lebih dari sekedar perubahan gaya hidup, pengalihan waktu dari siang ke malam saja. Astaghfirulloh! Sungguh, semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian. Amin.

Kamis, 19 Agustus 2010

kan ada superman !!!!

Superman

“Coba ada superman,” gumam seorang bocah saat menyaksikan repotnya sang ayah memperbaiki genting rumahnya yang bocor. Harus dengan tangga, merambat di antara sela pelapon rumah, dan seterusnya.

Dari persepsinya yang sederhana, Andi yang sudah lima tahun di SD ini kerap terperangkap dengan pengandaian tokoh pahlawan yang serba super. Merasa tidak mungkin menaiki tangga, pelapon, dan meraih genting bocor; imajinasinya melayang ke tokoh super yang bisa terbang.

Begitu pun ketika Andi kehilangan uang, yang entah tercecer di mana. Ia membayangkan kehadiran jagoan super yang mampu melihat tembus pandang. Dengan sekali sorotan mata, uang Andi bisa ketemu lagi.

“Uangnya sudah ketemu, Ndi?” tanya sang kakak suatu kali. Ungkapan keprihatinan itu tak berjawab langsung. Andi hanya membalas senyum, seolah masalah tidak sebesar yang diprihatinkan. “Nanti juga ketemu!” jawab Andi enteng.

Padahal, tak ada tanda-tanda Andi berusaha keras untuk mencari. Satu hal yang tak terpikir sang kakak: siapa yang akan mencari uang Andi? Karena kalau itu yang ditanyakan, jawabannya akan begitu ringan: superman!

**
Semua orang punya masalah. Ada skala perorangan, kelompok, bahkan negara dan dunia. Karena hidup ini memang dirancang sebagai bentuk perjalanan panjang melalui ruang-ruang masalah.

Namun, tidak semua yang berhadap-hadapan dengan masalah punya respon positif terhadap kemampuan diri. Kunci solusi seolah mustahil lahir dari kekuatan diri sendiri. Butuh orang lain yang serba super, yang bisa menyediakan berbagai sarana solusi: mulai dari uang, kecerdasan, pengalaman, teknologi, hingga relasi.

Semoga hanya Si Andi yang terperangkap persepsi ini. Ciri utamanya: ia selalu mengandalkan semua penyelesaian masalah dengan satu imajinasi, “Coba ada Superman!”

hmmm..terhenyak sedikit.tapi jangan bilang kita mengharapkan superman atau superhero lainya.untuk meringankan segala beban dan amanah hidup yg selama ini kita anggap berat..."ya allah sungguh berat amanah dan beban yang hamba terima tapi janganlah enkau hilangkan tapi kuatkanlah pundak kami untuk memikulnya."

Selasa, 17 Agustus 2010

Ramadhan Bulan “Jihad”, Bukan “Hari Tidur”

Thariq bin Ziyad, Shalahuddin al Ayyubi dan Rasullullah menjadikan Ramadhan sebagai bulan “perang”. Eh, kita malah tidur!

SALAH SATU kebiasaan buruk selama Ramadhan adalah memperpanjang tidur dan bermalas-malasan. Lebih ironis lagi jika malam-malam harinya dihabiskan untuk begadang, melakukan perbuatan yang sia-sia, menonton TV, mengobrol dan bersendau gurau yang tak berguna, atau melakukan permainan lain-lanya. Baru siang harinya digunakan untuk tidur. Lalu dimanakah makna iman di bulan Ramadhan?
Tidur siang memang tidak dilarang, jika dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Tetapi jika dilakukan dalam waktu yang panjang, lalu dimanakah makna puasa, melatih untuk menahan lapar dan merasakan pahit getirnya seperti yang dirasakan para fuqara dan masakin?
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan para Sahabatnya jika datang bulan Ramadhan, mereka mengisi dengan semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas amal shalihnya.

Sejarah mencatat prestasi monumentalnya di bulan yang istimewa ini, yaitu beberapa kali perang jihad di jalan Allah meraih kemenangan.
Tepat tanggal 17 ramadhan meletuslah perang Badar dengan jumlah kaum muslimin tiga ratusan orang sementara pasukan kafir Quraisy Makkah berjumlah sekitar 1.000 orang, tiga kali lebih banyak dari kaum muslimin. Peperangan dahsyat yang akhirnya dimenangkan kaum muslimin.
Peristiwa yang perang jihad lainnya yaitu pembebasan kota Makkah yang terjadi 21 Ramadhan tahun 8 Hijriyah. Kaum muslimin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam ini membersihkan berhala-hala yang telah menodai kesucian Ka’bah, bahkan memaafkan dan membebaskan para tawanan yang tertawan.
Bulan “Jihad”

Sepeninggal Rasulullah shalallahu alaihi wassalam juga banyak peristiwa jihad di bulan yang suci ini.
Ramadhan 92 H, Panglima Thariq bin Ziyad bersama 7.000 pasukan menyebrangi selat Gibraltar untuk membebaskan kota Andalusia di Spanyol. Dengan pidatonya yang terkenal, ”Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita semua punya dua pilihan, menaklukan negeri dan menetap di sini serta mengembangkan Islam atau kita semua binasa”, Thariq sembari memerintahkan pasukannya untuk membakar kapal dan melawan pasukan Sponyol yang berkuatan 100.000.
Lagi-lagi di bulan suci ini, kaum muslimin memperoleh kemenangan atas pertolongan Allah subhanallahu wataala.
Selain itu, Ramadhan tahun 584 Hijriyah Shalahudin al-Ayubi juga berhasil memporak-porandakan pasukan Salib Eropa yang dipimpin raj Richard III dari Inggris yang terkenal dengan “Hati Singanya”. Dengan kejeniusan Shalahudin raja Richard pun akhirnya tunduk.
Di Indonesia pun, negeri yang kita cintai terjadi peristiwa yang sangat bersejarah sepanjang masa.
Di bulan suci ini, tepatnya 66 tahun yang lalu, Indonesia telah berhasil menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bersamaan dengan 17 Ramadhan 1363 Hijriyah.
Sangat tepat jika dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan adalah “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa…”
Dari beberapa peristiwa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa selayaknya kita mempergunakan waktu-waktu di bulan Ramadhan dengan sungguh-sungguh. Kita tidak hanya cukup melaksanakan amalan-amalan yang wajib saja, melainkan amalan yang sunnah pula. Banyak bersedekah, baca al-Qur’an dan shalat Tarawih atau amalan-amalan lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah dan bulan “jihad” bulan bulan untuk bermalas-malasan. Wallahu a’lam bishshowab.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Curhat si gula pasir...@!@


Tak ada yang lebih gusar melebihi makhluk Allah yang bernama gulapasir. Pemanis alami dari olahan tumbuhan tebu ini membandingkandirinya dengan makhluk sejenisnya yang bernama sirop.

Masalahnya sederhana. Gula pasir merasa kalau selama ini dirinyatidak dihargai manusia. Dimanfaatkan, tapi dilupakan begitu saja. Walauia sudah mengorbankan diri untuk memaniskan teh panas, tapi manusiatidak menyebut-nyebut dirinya dalam campuran teh dan gula itu. Manusiacuma menyebut, "Ini teh manis." Bukan teh gula. Apalagi teh gula pasir.

Begitu pun ketika gula pasir dicampur dengan kopi panas. Tak adayang mengatakan campuran itu dengan 'kopi gula pasir'. Melainkan, kopimanis. Hal yang sama ia alami ketika dirinya dicampur berbagai adonankue dan roti.

Gula pasir merasa kalau dirinya cuma dibutuhkan, tapi kemudiandilupakan. Ia cuma disebut manakala manusia butuh. Setelah itu, tak adapenghargaan sedikit pun. Tak ada yang menghargai pengorbanannya,kesetiaannya, dan perannya yang begitu besar sehingga sesuatu menjadimanis. Berbeda sekali dengan sirop.

Dari segi eksistensi, sirop tidak hilang ketika bercampur. Warnanyamasih terlihat. Manusia pun mengatakan, "Ini es sirop." Bukan es manis.Bahkan tidak jarang sebutan diikuti dengan jatidiri yang lebih lengkap,"Es sirop mangga, es sirop lemon, kokopandan, " dan seterusnya.

Gula pasir pun akhirnya bilang ke sirop, "Andai aku seperti kamu."**Sosok gula pasir dan sirop merupakan pelajaran tersendiri buat merekayang giat berbuat banyak untuk umat. Sadar atau tidak, kadang adakeinginan untuk diakui, dihargai, bahkan disebut-sebut namanya sebagaiyang paling berjasa. Persis seperti yang disuarakan gula pasir.

Kalau saja gula pasir paham bahwa sebuah kebaikan kian bermutuketika tetap tersembunyi. Kalau saja gula pasir sadar bahwa setinggiapa pun sirop dihargai, toh asalnya juga dari gula pasir. Kalau sajapara pegiat kebaikan memahami kekeliruan gula pasir, tidak akan adaungkapan, "Andai aku seperti sirop!"

Kamis, 12 Agustus 2010

air dan awan


Di sebuah tempat nan jauh dari kota, tampak seorang pemuda bergegas menuju surau kecil. Wajahnya menampakkan kegelisahan dan kegamangan. Ia seperti mencari sesuatu di surau itu.

"Assalamu'alaikum, Guru!" ucapnya ke seorang tua yang terlihat sibuk menyapu ruangan surau. Spontan, pak tua itu menghentikan sibuknya. Ia menoleh ke si pemuda dan senyumnya pun mengembang. "Wa'alaikumussalam. Anakku. Mari masuk!" ucapnya sambil meletakkan sapu di sudut ruangan. Setelah itu, ia dan sang tamu pun duduk bersila.

"Ada apa, anakku?" ucapnya dengan senyum yang tak juga menguncup. "Guru. Aku diterima kerja di kota!" ungkap sang pemuda kemudian. "Syukurlah," timpal sang kakek bahagia. "Guru, kalau tidak keberatan, berikan aku petuah agar bisa berhasil!" ucap sang pemuda sambil menunduk. Ia pun menanti ucapan sang kakek di hadapannya.

"Anakku. Jadilah seperti air. Dan jangan ikuti jejak awan," untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut si kakek. Sang pemuda belum bereaksi. Ia seperti berpikir keras memaknai kata-kata gurunya. Tapi, tak berhasil. "Maksud, Guru?" ucapnya kemudian.

"Anakku. Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; air kian bersemangat untuk bergerak ke bawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri dunia di bawahnya," jelas sang kakek tenang. "Lalu dengan awan, Guru?" tanya si pemuda penasaran.

"Jangan sekali-kali seperti awan, anakku. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi. Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; awan semakin ingin cepat meninggi," terang sang kakek begitu bijak. "Tapi anakku," tambahnya kemudian. "Ketinggian awan cuma jadi bahan permainan angin." Dan si pemuda pun tampak mengangguk pelan.
**
Seribu satu harap kerap dialamatkan buat para pegiat kebaikan. Mereka yang berharap adalah kaum lemah yang butuh perlindungan, kaum miskin yang menginginkan bantuan, dan masyarakat awam yang rindu bimbingan.

Rangkaian harap itu berujung pada satu titik: agar mutu baik para pegiat kebaikan tidak cuma berhenti pada diri si pelaku. Tapi, bisa mengalir ke kaum bawah: membasahi cekungan harap yang kian mengering, dan menghidupkan benih-benih hijau yang mulai menguning.

Sayangnya, tidak semua mutu pegiat kebaikan selalu seperti air yang mengalir dan terus mengalir menyegarkan kehidupan di bawahnya. Karena ada sebagian mereka yang justru sebaliknya, seperti awan yang kian menjauh meninggalkan bumi. Seolah ada yang ingin mereka ungkapkan: selamat tinggal dunia bawah; maaf, kami sedang asyik bercengkrama bersama angin.

Rabu, 11 Agustus 2010

akhirnya pecah juga...


Seorang majikan tampak serius mengawasi dua pembantunya yang sedang memindahkan beberapa guci antik. Formasi guci-guci itu dirasa sang majikan sudah membosankan. Harus diubah dalam susunan baru yang lebih menyegarkan.

“Awas, hati-hati!” ucap sang majikan sambil memberi aba-aba ke arah mana guci-guci itu diletakkan. Dan serempak, dua pembantu itu pun menyahut, “Iya, Bu.”

Sambil mengangkat guci satu per satu, dua pembantu itu menyusun langkah menuruni dan menaiki anak tangga. Mereka melangkah mengikuti aba-aba sang majikan. “Jangan di situ, sebelah sana!” teriak sang majikan sesekali.

Entah karena kelengahan, salah tingkah, atau lainnya, tiba-tiba salah satu guci terlepas dari pegangan seorang pembantu. Dan, ”Praaak!” Guci itu terjatuh dan menggelinding membentur anak-anak tangga. Beberapa keping pecahan guci tercecer di anak tangga.

Tanpa menunggu aba-aba, dua pembantu itu pun terdiam di hadapan majikannya. Mereka seperti siap menyimak berbagai omelan dan ocehan sang majikan yang tak lagi mampu menahan emosi. ”Kamu nggak tahu, berapa mahalnya harga guci itu!” Dan seterusnya.

Ketika dua pembantu itu mengambil pecahan guci untuk disatukan dengan lem perekat, sang majikan pun menghampiri. Kali ini, ia lebih tenang. ”Kalaupun kalian berhasil menyatukan kembali pecahan guci, secanggih apa pun kalian menyatukannya, selalu saja akan tampak bekas kalau guci itu pernah pecah,” ucapnya prihatin.

***

Kesatuan, keutuhan, soliditas atau apa pun sebutannya merupakan impian semua orang. Dalam cakupan apa pun: dalam skala kecil seperti pertemanan antar pribadi, keluarga; maupun yang besar seperti organisasi massa dan negara.

Kurang hati-hati dalam merawat soliditas ini bisa membawa dampak perpecahan. Jangan pernah membayangkan kalau penyatuan pasca perpecahan bisa membentuk soliditas seperti sediakala. Karena dampak perpecahan biasanya akan meninggalkan bekas, secanggih apa pun upaya perekatan yang dilakukan.

Sekali lagi, dahulukan kehati-hatian. Karena merekat sesuatu yang pernah pecah, jauh lebih sulit dari menjaganya untuk tetap solid.

Senin, 09 Agustus 2010

haruskah terulang kegagalan ramadhan tahun lalu.mari perbaiki kualitas dan kuantitas ibadah kita di ramadhan kali ini.


Jika ditanya, bagaimana perasaan Anda jika Ramadhan datang menghampiri Anda? Senang, pasti itulah jawabannya. Betapa tidak? Di bulan yang dinanti jutaan umat Islam di seluruh dunia ini, terkandung banyak keutamaan dan kemuliaan. Tak heran jika Nabi Muhammad SAW mengatakan bulan ini termasuk bulan terbaik dari bulan-bulan lainnya. Apalagi, di dalamnya ada satu malam (Lailatul Qadr), sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Karena itu, tak heran, jika setiap orang di seluruh dunia berbahagia menyambut kedatangannya. Mereka akan berburu pahala dengan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ibadah. Lihat saja, setiap malam, masjid selalu penuh oleh jamaah tarawih, tilawah al-Quran membahana di surau dan masjid-masjid hampir di seluruh penjuru dunia, umat Islam berlomba mengeluarkan ta’jil dan buka puasa. Fenomena inilah yang tak dijumpai selain di bulan Ramadhan. Tak salah, jika Ramadhan memang bulan penuh rahmah (kasih sayang). Subhanallah.

Bulan Ramadhan ibarat oase, penyejuk di tengah gersangnya kehidupan. Sebelas bulan lamanya kita merasa larut oleh hiruk pikuk rutinitas duniawi. Pergi pagi pulang sore untuk mencari rezeki. Ibadah terkadang dilakukan hanya yang wajib. Tak pelak, raga pun jadi letih. Begitu juga spiritual, kering kerontang. Jika ini tidak diobati, bisa jadi lambat laun akan rusak bahkan mati. Nah, Ramadhan datang sebagai oase. Kehadirannya penghapus dahaga sekaligus penyejuk. Yang sakit pun akan terobati. Sesuai kata Nabi, barang siapa yang puasa, maka akan sehat (shuumu tasihhu).

Bulan Ramadhan juga kaya akan bonus. Beda dengan bulan-bulan lainnya. Allah SWT betul-betul memanjakan hamba-Nya. Di bulan itu pahala dilipatgandakan. Karena itu, satu biji kurma kita sedekahkan, akan bernilai pahala yang sangat besar. Bahkan bisa jadi wasilan atau jalan masuk surga. Belum lagi misalnya dengan pahala amal saleh lainnya, seperti sedekah, shalat, tilawah al-Quran, qiyamul lail (shalat malam), dan ibadah lainnya. Maka, barangsiapa yang mengerjakannya, niscaya panen pahala. Siapapun dijamin bakal terpikat oleh Ramadhan. Karena itu, bergembiralah.

Terkait hal itu, Ali Bin Abi Thalib pernah berkata, Nabi Muhammad SAW berkata pada para sahabat ketika Ramadhan akan tiba. "Sesungguhnya telah datang kepada kalian "Bulan Allah" yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah, yaitu bulan yang di sisi Allah lebih mulia dari bulan-bulan lainnya. Hari-harinya pun lebih utama dari pada hari-hari (di bulan) lainnya. Malam-malamnya lebih mulia dari malam-malam biasa. Detik-detiknya pun lebih utama dari detik-detik di bulan lainnya.”

Nabi pun mengibaratkan Ramadhan laksana sajian atau jamuan ilahi. Dan, umat Islam adalah tamu istimewa yang akan menyantap sajian itu. Ketika itu, nafas orang berpuasa ibarat tasbih, tidurnya laksana ibadah, doa-doa yang dipanjatkan akan terkabul. Subhanallah, betapa agungnya bulan Ramadhan.

Andai seluruh bulan adalah Ramadhan, betapa banyaknya pahala yang dapat. Karena itu, tak heran jika nabi Muhammad bersabda: “Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadhan, tentu mereka mengharapkan agar seluruh bulan adalah bulan Ramadhan.” (HR. Ibnu Huzaimah).

Tidak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam hadist yang diriwayatkan Nasa’i dan Baihaki. “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu, maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaikan).”

Hadist ini, oleh Imam Ibnu Rajab al-Hambali dijadikan dalil untuk memberikan ucapan selamat datang Ramadhan yang biasa dilakukan umat Islam. Ia mengatakan, tak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak bergembira dengan datangnya bulan suci. Pasalnya, di bulan ini, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan dibelenggu, dan disediakannya malam lailatul qadr.

Tidak dipungkiri lagi, bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Karena itu, momen itu sangatlah berharga. Terlebih, Allah SWT masih memberi kesempatan umur untuk bersua lagi dengannya. Sebab, ada banyak orang lain, yang dulu berjumpa, tapi kini telah pergi. Karena itu, mari kita siapkan diri kita, baik hati dan fisik untuk menyongsong datangnya tamu Allah itu.

Sejak sekarang, memperbanyak amal saleh dan menjauhi larangannya. Jangan sampai, bulan itu datang, tapi diri kita penuh noda dan dosa. Akan lebih eloknya, jika ia datang, kita sambut dengan penuh suka cita dan bersih dari segala dosa. Sehingga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan khidmat. Insya Allah. Amin.

Template by:

Free Blog Templates