Selasa, 27 Maret 2012

Tipu muslihat pemerintah




PEMERINTAH
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), Pertama dikarenakan jumlah produksi minyak mentah Indonesia tidak sesuai harapan (defisit). Jumlah minyak yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri. Hal ini dikarenakan sebagian besar produksi minyak Indonesia dikuasai oleh perusahaan milik asing, jadi pemerintah sudah mengalami impotensi untuk memproduksi minyak. Mestinya, pemerintah membangun kilang, jangan selalu membeli.
Alasan kedua, pemerintah merasa perlu menaikan harga BBM karena harga minyak dunia terus merangkak naik. Alasan kedua ini seolah-olah memperlihatkan pemerintah mati kutu, ibarat tomcat yang sekarang menyerang masyarakat dan menimbulkan kepanikan. Hal ini juga membuktikan bahwa pemerintah sudah kehabisan ide/akal untuk mengatasinya, dan membuktikan negara kita tidak memiliki kedaulatan ekonomi alias terjajah.

Ketiga, menurut survei yang dilakukan pemerintah, distribusi BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan bahwa 77 persen pengguna BBM bersubsidi merupakan golongan masyarakat menengah ke atas dan sisanya baru masyarakat golongan menengah ke bawah. Sehingga pemerintah merasa kebijakan subsidi sangat merugikan negara. Kalau subsidi terus diberikan, maka akan merugikan hak rakyat kecil. Ini keliru juga, justru fakta di lapangan, yang menggunakan BBM bersubsidi dari kalangan bawah.

Keempat, dengan dalih subsidi BBM membengkak dari Rp129,7 triliun menjadi Rp160 triliun, BBM harus dinaikkan. Ini keliru besar, justru pemerintah sangat boros dan lebay. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat, sejak 2008 sampai sekarang, kebocoran APBN mencapai 30-40 persen. Justru pengeluaran paling besar ada pada belanja birokrasi, belum lagi korupsi birokrasi. Ilustrasi ini menunjukkan semakin haus darah bak drakula para pejabat kita sekarang. Parahnya lagi, utang negara semakin membengkak, ribanya pun tak terbendung lagi. Sedangkan untuk membayar utang, pemerintah mengambilnya dari APBN. Parah!!!

Negara, rakyat dijajah = Mahasiswa dijajah

Jika para nenek moyang kita dulu dijajah dengan kekuatan fisik, maka sekarang lebih parah lagi. Kita dijajah secara moral dan intelektual sampai menuju hak-hak warga negara. Begitu banyak orang cerdas menyuarakan kebenaran dan menolak kenaikan BBM. Namun apalah daya hanya sedekar argumentasi/teori/kata-kata belaka? Sungguh tak termanfaatkan oleh sistem.

BMM dirancang untuk kepentingan asing. UU Migas Nomor 22 tahun 2001 itu sangat tidak adil. Mirisnya lagi, perusahaan luar seperti Cevron, Exxon Mobile, dan Petronas bisa sampai 95 tahun mengekplorasi minyak kita. Keuntungan yang kita dapatkan pun hanya sedikit. Pemerintah kini hanya bisa mengandalkan Pertamina, yang kabarnya pun akan diprivatisasi juga. Belum di sektor-sektor lain.

Pemerintah juga telah terjerat oleh Dana Moneter International (IMF), sebuah lembaga keuangan dunia di bawah dominasi Amerika dan sekutunya dengan letter of intent (LoI) dan bank dunia yang memaksa Indonesia agar menghilangkan subsidi di semua sektor. Setelah migas, bahan pokok, kesehatan, pendidikan pun demikian. Maka jangan heran, biaya pendidikan akan tambah naik lagi. Kondisi ini tentunya sangat tidak kita inginkan bersama.

Kekuatan asing belum cukup dengan menempatkan orang-orangnya di sektor pembuatan kebijakan saja, akan tetapi ingin bermain-main di sektor hilir. Contoh nyata, sekarang sudah banyak SPBU milik asing yang letaknya berdekatan dengan Pertamina. Jika BBM naik, maka harganya juga akan sama dengan SPBU milik asing. Secara kualitas, bahan bakar yang dihasilkan Pertamina masih harus banyak belajar dan punya teknologi yang kuat untuk bersaing. Logikanya sederhana, ketika hanganya sama dengan harga SPBU milik asing maka orang akan memilih yang bagus.

Anehnya lagi, SPBU milik asing yang hampir ada di seluruh Indonesia itu, sebagian besar dari mengambil minyak Indonesia yang mereka kelola. Kita menjadi budak atau pelayan di negara sendiri. Liberalisasi di sektor minyak dan gas akan membuka ruang bagi para pemain asing untuk ikut andil dalam bisnis eceran BBM.

Selama harga BBM masih disubsidi, maka orang luar akan sulit masuk mencaplok pasar di Indonesia. Pelan-pelan pemerintah mencoba menaikkan harga BBM, agar ketika harganya sama dengan harga pasar, maka masuklah para pemain asing ini. Hal itu jelas melanggar UUD 45 Pasal 33. Maka, keputusan 1 April mendatang merupakan langkah pemerintah untuk membebaskan subsidi BBM. Jika dilaksanakan, ini merupakan bukti pengkhianatan terhadap rakyat. Jumlah subsidi yang diberikan kepada rakyat hanya 14,7 persen persen atau Rp208 triliun. Jika dihitung-hitung, jumlah tersebut masihlah kurang.

Mahasiswa dan corong perubahan

Mahasiswa sebagai ‘’Agent of Changes’’ harus benar-benar melihat permasalahan yang ada secara komprehensif dan kontekstual. Perubahan pun harus dimulai dari keyakinan yang kuat dan konsep yang matang. Ke depan, Indonesia membutuhkan generasi yang ‘’hanif’’, mengedepankan moral untuk kepentingan publik, bukan golongan maupun kelompok. Modal intelektual yang dilandasi fondasi intelektual yang kokoh. Ayo sama-sama Berjuang!!! Masa depan Indonesia di tangan Anda.


muhadi/Aktivis KAMMI Surabaya

Jumat, 23 Maret 2012

Proyek Peradaban Kita


(Ditulis oleh Anis Matta, diambil dari buku “Menikmati Demokrasi)

Sejak awal kita sudah menetapkan misi dakwah ini. Yang ingin kita raih adalah ridha Alloh swt. dengan beribadah kepada-Nya. Dan, ibadah itu berupa menetapkan dan menyemai seluruh kehendak-kehendak Alloh swt. yang Ia turunkan dalam bentuk syariat (agama) dalam kehidupan kita sebagai individu, masyarakat, dan negara. Maka, kerja kita dalam dakwah ini adalah membangun sebuah kehidupan berdasarkan disain Alloh swt.

Membangun sebuah kehidupan yang islami, dengan begitu, adalah cita-cita dakwah kita. Tentulah itu merupakan pekerjaan berat ynag sangat melelahkan, membutuhkan waktu panjang yang melampaui umur individu bahkan umur generasi. Ia juga memerlukan sumber daya manusia dalam semua lapisann masyarakat untuk semua sector kehidupan dengan semua jenis profesi dan keahlian. Selain itu, ia juga membutuhkan sumber daya fisik dan dukungan financial yang sangat besar. dan lebih dari itu semua, ia membutuhkan energy ruhiyah dan semangat jihad serta elan vital yang dahsyat; konsep, metode dan sistematika perjuangan yang jelas lg mantap; gagasan dan pemikiran brilian serta inovasi yang erkesinambungan; kepemimpinan yang kuat dengan organisasi yang solid.

Membangun kehidupan yang Islami adalah sebuah proyek peradaban raksasa. Proyek besar bertujuan merekonstruksi pemikiran dan kepribadiaan manusia muslim agar berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan kehendak Alloh swt. atau dengan referensi Islam. Kemudian membawa manusia muslim baru itu ke dalam kehidupan nyata, dengan kesadaran barunya, untuk menata ulang seluruh kehidupan sector masyarakatnya agar hidup dengan budaya, sistem, hukum, dan institusi yang seluruhnya jelmaan kehendak-kehendak Alloh swt. Kemudian umat muslim yang baru itu, yang telah menjadi model representative dari kehendak-kehendak Alloh swt, keluar dari dirinya sendiri melampaui wilayah kepentingan spesifiknya untuk menebar bunga hidayah dan rahmat kepada seluruh umat manusia, menciptakan taman kehidupan yang seimbang dimana setiap orang menemukan keamanan yang diciptakan oleh keadilan dan kenyamanan yang dilahirkan oleh kemakmuran, diman setiap orang merasakan kemudahan yang diciptakan oleh ilmu pengetahuan dan harapan serta optimism yang dilahirkan oleh agama. Proyek peradaban ini bertujuan menciptakan taman kehidupan dimana bunga-bunga kebaikan, kebenaran, dan keindahan tumbuh bersemi. Dan taman itulah yang kelak menjadi saksi kemanusiaan dan sejarah.

“Dan demikianlah Kami jadikan kamu sebagai umat pertengahan, supaya kamu menjadi saksi atas manusia, dan supaya Rasul itu (Muhammad saw) menjadi saksi atas kamu sekalian.” (QS. Al-Baqarah: 143)

Mereka yang dipilih untuk dikader dan dibina haruslah orang-orang terbaik yang ada di masyarakat. Mereka memiliki bakat, intelegensi, dan kesiapan dasar untuk melakukan pekerjaan besar serta memikul amanah yang berat. Karenanya, kaderisasi atau tarbiyah menjadi mutlak, sebab inilah mesin pencetak pemimpin-pemimpin umat.

Kedua, membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah. Inilah yang disebut dengan mihwar sya’bi. Kalau basis organisasi bersifat elitis-eksklusif, maka basis sosial bersifat masif dan terbuka. Kalau basis organisasi berorientasi pada kualitas, basis sosial berorientasi kuantitas. Kalau organisasi meretas jalan, maka masyarakatlah yang akan melaluinya. Kalau para pemimpin melihat ke depan dengan pikiran-pikirannya yang jauh, masa menjangkau ke depan dengan tangan-tangannya yang banyak. Kalau pemimpin yang hebat mendapatkan dukungan publik yang luas, maka akan terbentuklah sebuah kekuatan dakwah yang dahsyat. BEgitulah kita menciptakan sinergi antara pemimpin dan umatnya, antara kualitas dan kuantitas. Kedua-duanya mempunyai peranan yang sama strategisnya.

Kalau organisasi dibentuk melalui rekrutmen kader, masa dibentuk melalui opini publik. Kalau kader pemimpin dibentuk melalui tarbiyah dan pengkaderan, masa dibentuk melalui media masa dan tokoh publik. Kalau kader terpesona pada pikiran karena tingkat intelektualitasnya yang tinggi, masa terpesona pada tokoh karena kadar emosinya yang dominan.

Yang ingin kita capai di sini adalah terbentuknya opini publik yang Islami, struktur budaya dan adab-adab sosial yang Islami, dominasi figur dan tokoh Islam dalam masyarakat.

Ketiga, membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan-pekerjaan dakwah di seluruh sektor kehidupan dan di seluruh segmen masyarakat. Ini yang disebut dengan mihwar muassasi. Di sini dakwah memasuki wilayah pekerjaan yang sangat luas dan rumit. Karena itu, perlu pengelompokan pekerjaan. Kita membutuhkan semua jenis institusi sosial untuk mewadahi semua aktivitas sosial; kita membutuhkan semua jenis institusi ekonomi untuk mewadahi semua aktivitas ekonomi; kita juga membutuhkan semua jenis institusi politik untuk mewadahi semua aktivitas politik. Selain institusi yang kita bentuk, kita juga perlu mengisi institusi-institusi sosial, ekonomi, politik, dan militer yang sudah ada, baik yang ada di masyarakat maupun yang ada di pemerintahan.

Kalau dalam tahap pembentukan basis sosial kita menyebar kader-kader dakwah ke dalam masyarakat, maka dalam tahap institusi kita menyebar kader ke seluruh institusi yang ada. Kalau dalam tahap pembentukan basis sosial kita melakukan mobilitas horizontal, maka dalam tahap institusi kita melakukan mobilitas vertikal. Kader-kader dakwah haruslah mampu mengisi struktur yang ada di lembaga tinggi negara: legislative, eksekutif, dan yudikatif. Kader-kader dakwah juga harus mampu mengisi struktur yang tersedia di lembaga-lembaga ilmiah, ekonomi, sosial, dan militer. Dengan begitu terbentuklah jaringan kader di seluruh institusi stragtegis. Ini merupakan pranata yang dibutuhkan untuk menata kehidupan bernegara yang Islami.

Kalau basis masa bertujuan membentuk opini publik yang Islami, maka basis institusi bertujuan memberikan legalitas politik terhadap opini publik itu.

Keempat, akhirnya dakwah ini harus sampai pada tingkat institusi negara. Sebab, institusi negara dibutuhkan dakwah untuk merealisasikan secara legal dan kuat seluruh kehendak Allah swt. atas kehidupan masyarakat. Inilah yang kita sebut mihwar daulah. Negara adalah sarana bukan tujuan. Dan, negara merupakan institusi terkuat dan terbesar dalam masyarakat. Kebenaran harus punya negara karena –kata Ibnu Qoyyim– kebatilan pun punya negara.

Melalui institusi negara itulah kita berbicara kepada dunia seperti yang pernah Rasulullah saw. katakan pada Heraclius, “Masuklah ke dalam Islam supaya kamu selamat!” Atau, kita katakana kepada mereka seperti yang pernah diucapkan Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis, “Ini (surat) datang dari Sulaiman, dan sesungguhnya (ia datang) dengan nama Alah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 30)

Kamis, 22 Maret 2012

BBM DISUBSIDI ADALAH OMONG KOSONG

Percakapan antara Djadjang dan Mamad

Oleh Kwik Kian Gie



Pemerintah berencana tidak membolehkan kendaraan berpelat hitam membeli bensin premium, karena harga Rp. 4.500 per liter jauh di bawah harga pokok pengadaannya. Maka pemerintah rugi besar yang memberatkan APBN.

Apakah benar begitu ? Kita ikuti percakapan antara Djadjang dan Mamad. Djadjang (Dj) seorang anak jalanan yang logikanya kuat dan banyak baca. Mamad (M) seorang Doktor yang pandai menghafal.

Dj : Mad, apa benar sih pemerintah mengeluarkan uang tunai yang lebih besar dari harga jualnya untuk setiap liter bensin premium ?

M : Benar, Presiden SBY pernah mengatakan bahwa semakin tinggi harga minyak mentah di pasar internasional, semakin besar uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengadakan bensin. Indopos tanggal 3 Juli 2008 mengutip SBY yang berbunyi : “Jika harga minyak USD 150 per barrel, subsidi BBM dan listrik yang harus ditanggung APBN Rp. 320 trilyun. Kalau USD 160, gila lagi. Kita akan keluarkan (subsidi) Rp. 254 trilyun hanya untuk BBM.”

Dj : Jadi apa benar bahwa untuk mengadakan 1 liter bensin premium pemerintah mengeluarkan uang lebih dari Rp. 4.500 ? Kamu kan doktor Mad, tolong jelaskan perhitungannya bagaimana ?

M : Gampang sekali, dengarkan baik-baik. Untuk mempermudah perhitungan buat kamu yang bukan orang sekolahan, kita anggap saja 1 USD = Rp. 10.000 dan harga minyak mentah USD 80 per barrel. Biaya untuk mengangkat minyak dari perut bumi (lifting) + biaya pengilangan (refining) + biaya transportasi rata-rata ke semua pompa bensin = USD 10 per barrel. 1 barrel = 159 liter. Jadi agar minyak mentah dari perut bumi bisa dijual sebagai bensin premium per liternya dikeluarkan uang sebesar (USD 10 : 159) x Rp. 10.000 = Rp. 628,93 – kita bulatkan menjadi Rp. 630 per liter. Harga minyak mentah USD 80 per barrel. Kalau dijadikan satu liter dalam rupiah, hitungannya adalah : (80 x 10.000) : 159 = Rp. 5.031,45. Kita bulatkan menjadi Rp. 5.000. Maka jumlah seluruhnya kan Rp. 5.000 ditambah Rp. 630 = Rp. 5.630 ? Dijual Rp. 4.500. Jadi rugi sebesar Rp. 1.130 per liter (Rp. 5.630 – Rp. 4.500). Kerugian ini yang harus ditutup oleh pemerintah dengan uang tunai, dan dinamakan subsidi.

Dj : Hitung-hitunganmu aku ngerti, karena pernah diajari ketika di SD dan diulang-ulang terus di SMP dan SMA. Tapi yang aku tak paham mengapa kau menghargai minyak mentah yang milik kita sendiri dengan harga minyak yang ditentukan oleh orang lain ?

M : Lalu, harus dihargai dengan harga berapa ?

Dj : Sekarang ini, minyak mentahnya kan sudah dihargai dengan harga jual dikurangi dengan harga pokok tunai ? Hitungannya Rp. 4.500 – Rp. 630 = Rp. 3.870 per liter ? Kenapa pemerintah dan kamu tidak terima ? Kenapa harga minyak mentahnya mesti dihargai dengan harga yang Rp. 5.000 ?

M : Kan tadi sudah dijelaskan bahwa harga minyak mentah di pasar dunia USD 80 per barrel. Kalau dijadikan rupiah dengan kurs 1 USD = Rp. 10.000 jatuhnya kan Rp. 5.000 (setelah dibulatkan ke bawah).

Dj : Kenapa kok harga minyak mentahnya mesti dihargai dengan harga di pasar dunia ?

M : Karena undang-undangnya mengatakan demikian. Baca UU no. 22 tahun 2001 pasal 28 ayat 2. Bunyinya : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar.” Nah, persaingan usaha dalam bentuk permintaan dan penawaran yang dicatat dan dipadukan dengan rapi di mana lagi kalau tidak di New York Mercantile Exchange atau disingkat NYMEX ? Jadi harga yang ditentukan di sanalah yang harus dipakai untuk harga minyak mentah dalam menghitung harga pokok.

Dj : Paham Mad. Tapi itu akal-akalannya korporat asing yang ikut membuat Undang-Undang no. 22 tahun 2001 tersebut. Mengapa bangsa Idonesia yang mempunyai minyak di bawah perut buminya diharuskan membayar harga yang ditentukan oleh NYMEX ? Itulah sebabnya Mahkamah Konstitusi menyatakannya bertentangan dengan konstitusi kita. Putusannya bernomor 002/PUU-I/2003 yang berbunyi : “Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.”

M : Kan sudah disikapi dengan sebuah Peraturan Pemerintah (PP) ?

Dj : Memang, tapi PP-nya yang nomor 36 tahun 2004, pasal 27 ayat (1) masih berbunyi : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi, keuali Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil, DISERAHKAN PADA MEKANISME PERSAINGAN USAHA YANG WAJAR, SEHAT DAN TRANSPARAN”. Maka sampai sekarang istilah “subsidi” masih dipakai terus, karena yang diacu adalah harga yang ditentukan oleh NYMEX.

M : Jadi kalau begitu kebijakan yang dinamakan “menghapus subsidi” itu bertentangan dengan UUD kita ?

Dj : Betul. Apalagi masih saja dikatakan bahwa subsidi sama dengan uang tunai yang dikeluarkan. Ini bukan hanya melanggar konstitusi, tetapi menyesatkan. Uang tunai yang dikeluarkan untuk minyak mentah tidak ada, karena milik bangsa Indonesia yang terdapat di bawah perut bumi wilayah Republik Indonesia.

Menurut saya jiwa UU no. 22/2001 memaksa bangsa Indonesia terbiasa membayar bensin dengan harga internasional. Kalau sudah begitu, perusahaan asing bisa buka pompa bensin dan dapat untung dari konsumen bensin Indonesia. Maka kita sudah mulai melihat Shell, Petronas, Chevron.

M : Kembali pada harga, kalau tidak ditentukan oleh NYMEX apakah mesti gratis, sehingga yang harus diganti oleh konsumen hanya biaya-biaya tunainya saja yang Rp. 630 per liternya ?

Dj : Tidak. Tidak pernah pemerintah memberlakukan itu dan penyusun pasal 33 UUD kita juga tidak pernah berpikir begitu. Sebelum terbitnya UU nomor 22 tahun 2001 tentang Migas, pemerintah menentukan harga atas dasar kepatutan, daya beli masyarakat dan nilai strategisnya. Sikap dan kebijakan seperti ini yang dianggap sebagai perwujudan dari pasal 33 UUD 1945 yang antara lain berbunyi : ”Barang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”

Dengan harga Rp. 2.700 untuk premium, harga minyak mentahnya kan tidak dihargai nol, tetapi Rp. 2.070 per liter (Rp. 2.700 – Rp. 630). Tapi pemerintah tidak terima. Harus disamakan dengan harga NYMEX yang ketika itu USD 60, atau sama dengan Rp. 600.000 per barrel-nya atau Rp. 3.774 (Rp. 600.000 : 159) per liternya. Maka ditambah dengan biaya-biaya tunai sebesar Rp. 630 menjadi Rp. 4.404 yang lantas dibulatkan menjadi Rp. 4.500.

Karena sekarang harga sudah naik lagi menjadi USD 80 per barrel pemerintah tidak terima lagi, karena maunya yang menentukan harga adalah NYMEX, bukan bangsa sendiri.

Dalam benaknya, pemerintah maunya dinaikkan sampai ekivalen dengan harga minyak mentah USD 80 per barrel, sehingga harga bensin premium menjadi sekitar Rp. 5.660, yaitu:

Harga minyak mentah : USD 80 x 10.000 = Rp. 800.000 per barrel.
Per liternya Rp. 800.000 : 159 = Rp. 5.031, ditambah dengan
biaya-biaya tunai sebesar Rp. 630 = Rp. 5.660

Karena tidak berani, konsumen dipaksa membeli Pertamax yang komponen harga minyak mentahnya sudah sama dengan NYMEX.

M : Kalau begitu pemerintah kan kelebihan uang tunai banyak sekali, dikurangi dengan yang harus dipakai untuk mengimpor, karena konsumsi sudah lebih besar dibandingkan dengan produksi.

Dj : Memang, tapi rasanya toh masih kelebihan uang tunai yang tidak jelas ke mana perginya. Kaulah Mad yang harus meneliti supaya diangkat menjadi Profesor.

Senin, 19 Maret 2012

Tingkat Spiritual Ayah Bentuk Pribadi Anak

Ingatkah anda kisah kerelaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putra pertamanya, Ismail, atas perintah Allah s.w.t? Ketika Ibrahim berkata kepada putranya ia memiliki ilham bahwa Allah ingin ia menyembelih Ismail, sang putra patuh tanpa keengganan sedikit pun. Hal yang paling luar biasa dari kisah itu adalah, bagaimana Ismail begitu percaya sepenuhnya pada kebenaran ilham sang ayah.

Beberapa anak lelaki saat ini yang akan bereaksi serupa Ismail ketika orang tua berkata pada mereka, "Tuhan menginginkan aku mengorbankan dirimu?. Mungkin sebagian akan menjawab, "Apa Bapak sudah gila? Mereka mungkin bisa menerima gagasan berkorban untuk Allah, namun sulit meyakini ada hubungan kuat antara ayah dengan Allah, seperti yang dialami Ismail.

Inilah letak peran penting seorang ayah dalam keluarga. Kepercayaan mendalam hanya dapat dihasilkan dari hubungan sangat dekat.

Pun, Sang ayah, Nabi Ibrahim sama sekali tidak was-was dan bingung terhadap rencana masa depan putranya. Ismail pun tak memiliki tujuan besar lain selain mematuhi sang ayah, dan bersedia melakukan apa pun perintah Allah. Tentu saja mereka berdua nabi dan dari segi keutamaan dan kedudukan jauh dari manusia biasa.

Namun ada hal-hal besar yang dapat dipelajari oleh keluarga Muslim saat ini. Pemaparan dari ahli psikologi keluarga, Marria Husain, dari situs keluarga Zawaj berikut layak untuk dijadikan acuan.

Menghormati Kepercayaan Keluarga

Orang tua harus terus menjaga nilai kelayakan dan kepercayaan dalam keluarga dengan selalu mengarahkan tujuan rumah tangga untuk beribadah kepada Allah. Faktor pemimpin keluarga sangat besar di sini, yakni ayah. Kini berapa keluarga yang benar-benar membesarkan anak sebagai semata-mata ibadah dan ikhlas kepada Allah.

Sebaliknya berapa banyak keluarga Musim yang mengguyur anak-anak mereka dengan kencang dalam hal keuangan dan material, atau mendorong mereka untuk meraih sebanyak mungkin gaji, jabatan, kedudukan, ketenaran dan materi lain.

Banyak orang tua yang cenderung mengambil alih mimpi anak. Tentu orang tua ingin melihat anak mereka berhasil, sekolah di tempat baik, mendapat jodoh yang baik, tapi itu bukan segalanya dan belum tentu yang diinginkan orang tua juga diinginkan anak.

Anak-anak saat ini dikorbankan untuk jadwal yang padat, bahkan saat mereka di usia kanak-kanak. Orang tua pun tak bisa melepaskan diri dari harapan tinggi pada anak-anak sekaligus melupakan bahwa anak-anak pun berhak menuntut dari orang tua, yakni waktu, kebersamaan, dan kasih sayang. Dalam tradisi para nabi, bila pria menghabiskan waktu bersama keluarga akan dinilai sebagai ibadah.

Keluarga Butuh Cinta Ayah

Cukup memprihatinkan saat ini, banyak keluarga Muslim dikorbankan karena selip pemahaman sang ayah. Pemahaman itu membuat lelaki berkeluarga meninggalkan keluarga demi aktif di komunitas luar.

Saat ini, menurut Maria Hussein, para lelaki kadang berpikir berlebihan dengan menganggap keluarga akan menghalangi kecintaan terhadap Allah, sehingga mereka berjarak dengan istri dan anak-anak. Yang terjadi, para lelaki tipe ini memang kerap terlibat dalam pelayanan komunitas, berlama-lama dalam masjd, menolong orang lain, sementara di rumah hanya berbincang sekedarnya, melakukan aktifitas seperlunya karena energi telah terkuras di luar sebelum akhirnya tidur kecapaian.

Namun, itu masih lebih baik. Maria menuliskan ada lagi tipe yang lebih parah, yakni tipe yang berjarak dari keluarga karena mengejar material. Persamaan kedua tipe ayah itu, sama-sama tidak memandang keluarga sebagai alat untuk beribadah dan mendapat keikhlasan Allah. Kedua tipe ayah di atas menurut Maria, dapat memberi dampak buruk bagi anggota keluarga lain.

Sang istri mungkin, yang awalnya sukarela mendampingi suami dalam pernikahan dan membebaskan suami melakukan 'hal lebih penting' untuk Allah, akan mengubah pandangan. Istri bisa jadi merasa diabaikan dan ditolak. Itu pun sangat mungkin terjadi pada anak. Apalagi bila anak mulai merasakan tanda-tanda bila ibu jengkel terhadap ayah.

Dampak kemudian akan lebih buruk. Bila beberapa bulan atau tahun, anak-anak terbiasa tinggal tanpa ayah itu sangat beresiko. Akan muncul perasaan tidak lagi butuh sosok ayah dan akhirnya hilang perasaan kedekatan. Artinya si ayah sebenarnya telah 'kehilangan' anak mereka. Dalam kehidupan saat ini, tidak cukup bagi seorang ayah hanya datang dan membawa uang lalu merasa pekerjaan sudah beres.

Baik anak lelaki dan perempuan membutuhkan waktu bersama ayah. Anak lelaki yang terabaikan oleh ayah secara psikologi cenderung mengembangkan perilaku kasar, melanggar norma dan hukum dan selip secara seksual saat remaja.

Sementara anak perempuan yang tak mendapat cukup penghargaan, perhatian dan cinta kasih ayah akan lebih rentan dari serangan predator seksual. Hal itu karena, menurut Maria, dibawah sadar, mereka mencari kasih sayang atau peran pengganti ayah. Kebutuhan didorong perasaan putus asa untuk cinta kasih dan pengakuan kerap membuat remaja melakukan perilaku terlarang dan merusak.

Sementara anak-anak berbahagia yang mendapat kesempatan bersama sang ayah untuk bersenang-senang, beraktivitas bersama cenderung sedikit memiliki masalah sosial. Mereka bahkan akan mengembangkan pribadi lebih sehat, stabil dan memenuhi kewajiban pernikahan dengan baik pada tahun-tahun kemudian. itz


http://www.republika.co.id/berita/72267/Tingkat_Spiritual_Ayah_Bentuk_Pribadi_Anak

Urgensi Berbakti kepada Dua orang Tua





Orang tua adalah manusia yg paling BERHAK mendapatkan dan merasakan BUDI BAIK seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang orang lain.
Birrul waalidain (berbakti kpd kedua orang tua), lebih dari sekadar berbuat IHSAN (baik) kpd keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai2 tambah yg semakin mempertinggi makna kebaikan menjadi sebuah BAKTI. Bakti itu sendiripun bukanlah BALASAN yg setara yg dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sbg orang yg bersyukur…


***************************************


Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana Islam- adalah persoalan utama, dalam jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup mengentalkan wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, dalam banyak sabdanya, dengan memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut:

1. Allah ‘menggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:

“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)

2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun mereka kafir:

“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.” (Luqmaan : 15)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di atas menunjukkan diharuskannya memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam..[1]“

3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.

Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang Sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (Riwayat Muslim)

Beliau juga pernah bersabda:

“Orang tua adalah ‘pintu pertengahan’ menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, “Hadits ini shahih.” Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti ‘pintu pertengahan’, yakni pintu terbaik.

5. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.

“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua[2].”

6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.

Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sambil mengadu, “Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.” “Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”

Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.

7. Berbakti kepada orang tua, membantu menolak musibah.

Hal itu dapat dipahami melalui kisah ‘tiga orang’ yang terkurung dalam sebuah gua. Masing-masing berdoa kepada Allah dengan menyebutkan satu amalan yang dianggapnya terbaik dalam hidupnya, agar menjadi wasilah (sarana) terkabulnya doa. Salah seorang di antara mereka bertiga, mengisahkan tentang salah satu perbuatan baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang akhirnya, menyebabkan pintu gua terkuak, batu yang menutupi pintunya bergeser, sehingga mereka bisa keluar dari gua tersebut. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

8. Berbakti kepada orang tua, dapat memperluas rezki.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali silaturahim.” (Al-Bukhari dan Muslim)

Berbakti kepada kedua orang tua adalah bentuk aplikasi silaturahim yang paling afdhal yang bisa dilakukan seorang muslim, karena keduanya adalah orang terdekat dengan kehidupannya.

9. Doa orang tua selalu lebih mustajab.

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ada tiga bentuk doa yang amat mustajab, tidak diragukan lagi: Doa orang tua untuk anaknya, doa seorang musafir dan orang yang yang terzhalimi.”

10. Harta anak adalah milik orang tuanya.

Saat ada seorang anak mengadu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, “Wahai Rasulullah! Ayahku telah merampas hartaku.” Rasulullah bersabda, “Engkau dan juga hartamu, kesemuanya adalah milik ayahmu[3].”

11. Jasa orang tua, tidak mungkin terbalas.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Seorang anak tidak akan bisa membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai budak, lalu dia merdekakan.” (Dikeluarkan oleh Muslim)

12. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.

Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Maukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab, “Tentu mau, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.” Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian palsu..” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (Al-Bukhari dan Muslim)

13. Orang yang durhaka terhadap orang tua, akan mendapatkan balasan ‘cepat’ di dunia, selain ancaman siksa di akhirat[4].

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ada dua bentuk perbuatan dosa yang pasti mendapatkan hukuman awal di dunia: Memberontak terhadap pemerintahan Islam yang sah, dan durhaka terhadab orang tua[5].”

Alhamdulillah. Kesemua bukti tersebut –dan masih banyak lagi bukti-bukti ilmiah lainnya, termasuk konsensus umat Islam terhadap urgensi berbakti kepada orang tua yang sama sekali tidak boleh terabaikan–, kesemuanya, menunjukkan betapa bakti kepada orang tua adalah kebajikan maha penting, bahkan yang terpenting dari sekian banyak perbuatan baik yang diperuntukkan terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Sedemikian pentingnya, hingga riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang adab, prilaku dan sikap seorang anak terhadap orang tuanya, bertaburan dalam banyak hadits-hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, bahkan juga dalam beberapa ayat Al-Qur’an.

Memuliakan Orang Tua

Pemuliaan Islam terhadap sosok orang tua, amat lugas. Wujud pemuliaan itu sudah beberapa langkah mendahului gemuruh propaganda sejenis, yang baru-baru saja muncul belakangan ini, dari kalangan Barat. Sebut saja contohnya: jaminan untuk kaum manula, perhatian terhadap kaum jompo dan lain sebagainya. Kenapa demikian? Karena Islam sudah jauh-jauh hari langsung menghadirkan ‘perintah tegas’ bagi seorang mukmin, untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya.

“Telah kami pesankan seorang manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (Al-Ahqaaf : 15)

Ibnu Katsier menjelaskan, “Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, sekaligus juga melimpahkan kasih sayang kita kepada mereka[6].”

“Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (An-Nisaa : 36)

Perintah itu, bahkan diseiringkan dengan perintah untukmengesakan Allah sebagai kewajiban utama seorang mukmin. Sehingga amatlah jelas, perintah itu mengandung ‘tekanan’ yang demikian kuat.

Sekarang, bandingkanlah substansi ajaran Islam itu dengan realitas yang berkembang di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia sekarang ini. Banyak anak yang enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan keringat atau sekadar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya yang sudah ‘uzur’. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang aktivitas. Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo!!

Berbuat Baik Kepada Orang Tua

“..dan hendaklah kalian berbuat baik kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)

Berbuat baik dalam katagori umum, dalam bahasa Arabnya disebut ihsaan. Sementara bila ditujukan secara khusus kepada orang tua, lebih dikenal dengan istilah birr. Dalam segala bentuk hubungan interaktif, Islam sangatlah menganjurkan ihsan atau kebaikan.

“Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan, untuk dilakukan dalam segala hal. Bila kalian membunuh, lakukanlah dengan cara yang baik. Bila kalian menyembelih hewan, lakukanlah dengan cara baik. Oleh sebab itu, hendaknya seorang muslim menyiapkan pisau yang tajam, dan upayakan agar hewan sembelihan itu merasa lebih nyaman[7].”

Ibnu Jarir Ath-Thabari menjelaskan, “Allah berpesan agar setiap orang melakukan bakti kepada orang tua dengan berbagai bentuk perbuatan baik. Namun kepada selain orang tua, Allah hanya memesankan ’sebagian’ bentuk kebaikan itu saja. “Katakanlah yang baik, kepada manusia.” (Al-Baqarah : 83)

Orang tua adalah manusia yang paling berhak mendapatkan danmerasakan ‘budi baik’ seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang orang lain. Ada beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk ‘mengejawantahkan’ perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya secara optimal. Beberapa hal berikut, adalah langkah-langkah dan tindakan praktis yang memang sudah ’seharusnya’ kita lakukan, bila kita ingin disebut ‘telah berbuat baik’ kepada orang tua:

1. Bersikaplah secara baik, pergauli mereka dengan cara yang baik pula, yakni dalam berkata-kata, berbuat, memberi sesuatu, meminta sesuatu atau melarang orang tua melakukan suatu hal tertentu.

2. Jangan mengungkapkan kekecewaan atau kekesalan, meski hanya sekadar dengan ucapan ‘uh’. Sebaliknya, bersikaplah rendah hati, dan jangan angkuh.

3. Jangan bersuara lebih keras dari suara mereka, jangan memutus pembicaraan mereka, jangan berhohong saat beraduargumentasi dengan mereka, jangan pula mengejutkan mereka saat sedang tidur, selain itu,jangan sekali-kali meremehkan mereka.

4. Berterima kasih atau bersyukurlah kepada keduanya, utamakan keridhaan keduanya, dibandingkan keridhaan kita diri sendiri, keridhaan istri atau anak-anak kita.

5. Lakukanlah perbuatan baik terhadap mereka, dahulukan kepentingan mereka dan berusahalah ‘memaksa diri’ untuk mencari keridhaan mereka.

6. Rawatlah mereka bila sudah tua, bersikaplah lemahlembut dan berupayalah membuat mereka berbahagia, menjaga mereka dari hal-hal yang buruk, serta menyuguhkan hal-hal yang mereka sukai.

7. Berikanlah nafkah kepada mereka, bila memang dibutuhkan. Allah berfirman:

“Dan apabila kalian menafkahkan harta, yang paling berhak menerimanya adalah orang tua, lalu karib kerabat yang terdekat.” (Al-Baqarah : 215)

8. Mintalah ijin kepada keduanya, bila hendak bepergian, termasuk untuk melaksanakan haji, kalau bukan haji wajib, demikian juga untuk berjihad, bila hukumnya fardhu kifayah.

9. Mendoakan mereka, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Dan ucapanlah, “Ya Rabbi, berikanlah kasih sayang kepada mereka berdua, sebagaimana menyayangiku di masa kecil.” (Al-Isra : 24)[8]

Semua hal di atas bukanlah ’segalanya’ dalam upaya berbuat baik terhadap orang tua. Kita teramat sadar, bahwa ‘hak-hak’ orang tua, jauh lebih besar dari kemampuan kita membalas kebaikan mereka. Mungkin lebih baik kita tidak usah terlalu berbangga diri, kalaupun segala hal diatas telah dapat kita wujudkan dalam kehidupan nyata. Karena orang tua adalah manusia yang pertama kali berbuat baik kepada kita, karena dorongan kasih sayang dan –terlebih-lebih– penghambaan dirinya kepada Allah. Sementara kita hanya memberi balasan, setelah terlebih dahulu kita menerima kebaikan dari mereka. Sehingga, bagaimanapun, nilainya jelas akan berbeda.

Arti Birrul Waalidain

Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara yang dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.

Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tidak bentuk kewajiban:

Pertama: Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.

Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.

Ketiga: Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.

Bila salah satu dari ketiga kriteria itu terabaikan, niscaya seseorang belum layak disebut telah berbakti kepada orang tuanya.

Karena berbakti kepada kedua orang tua lebih merupakan perjanjian, antara sikap kita dengan keyakinan kita. Kita tahu, bahwa menaati perintah orang tua adalah wajib, selama bukan untuk maksiat. Bahkan perintah melakukan yang mubah, bila itu keluar dari mulut orang tua, berubah menjadi wajib hukumnya. Kita juga tahu, bahwa harta orang tua harus dijaga, tidak boleh dihamburkan secara percuma, atau bahkan untuk berbuat maksiat. Kita juga meyakini, bahwa bila orang tua kita kekurangan atau membutuhkan pertolongan, kitalah orang pertama yang wajib menolong mereka. Namun itu hanya sebatas keyakinan. Bila tidak ada ‘ikatan janji’ dengan sikap kita, semua itu hanya terwujud dalam bentuk wacana saja, tidak bisa terbentuk menjadi ‘bakti’ terhadap orang tua. Oleh sebab itu, Allah menyebut kewajiban bakti itu sebagai ‘ketetapan’, bukan sekadar ‘perintah’. “Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)

Jangan Mendurhakainya!

Mendurhakai orang tua adalah dosa besar. Dan berbuat durhaka terhadap ibu adalah dosa yang jauh lebih besar lagi. Melalui pelbagai penjelasan Islam tentang ‘kewajiban kita’ terhadap sang ibunda, kita dapat menyadari bahwa berbuat durhaka terhadapnya adalah sebuah tindakan paling memalukan yang dilakukan seorang anak berakal.

Imam An-Nawawi menjelaskan, “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan keharusan berbuat baik kepada ibu sebanyak tiga kali, baru pada kali yang keempat untuk sang ayah, karena kebanyakan sikap durhaka dilakukan seorang anak, justru terhadap ibunya[9].”

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka terhadap ibu danmelarang mengabaikan orang yang hendak berhutang. Allah juga melarang menyebar kabar burung, terlalu banyak bertanya dan membuang-buang harta[10].”

Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan ’sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab, ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam[11].”

Sementara, Imam Nawawi menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena kemuliaannya yang melebihi kemuliaan seorang ayah[12].”

Kapan seseorang disebut durhaka? Imam Ash-Shan’aani menjelaskan, “Imam Al-Bulqaini menerangkan bahwa arti kata durhaka yaitu: apabila seseorang melakukan sesuatu yang tidak remeh menurut kebiasaan, yang menyakiti orang tuanya atau salah satu dari keduanya. Dengan demikian, berdasarkan definisi itu, bila seorang anak tidak mematuhi perintah atau larangan dalam urusan yang sangat sepele yang menurut hukum kebiasaan itu tidak dianggap ‘durhaka’, maka itu bukan termasuk kategori perbuatan durhaka yang diharamkan. Namun bila seseorang melakukan pelanggaran terhadap larangan orang tua dengan melakukan perbuatan dosa kecil, maka yang dilakukannya menjadi dosa besar, karena kehormatan larangan orang tua. Demikian juga, disebut durhaka, bila seorang anak melanggar larangan orang tua yang bertujuan menyelamatkan si anak dari kesulitan[13].”

Ibnu Hajar Al-Haitsami menjelaskan, “Kalau seseorang melakukan perbuatan yang kurang adab dalam pandangan umum, yang menyinggung orang tuanya, maka ia telah melakukan dosa besar, meskipun bila dilakukan terhadap selain orang tua, tidaklah dosa. Seperti memberikan sesuatu dengan dilempar, atau saat orang tuanya menemuinya di tengah orang ramai, ia tidak segera menyambutnya, dan berbagai tindakan lain yang di kalangan orang berakal dianggap ‘kurang ajar’, dapat sangat menyinggung perasaan orang tua[14].”

Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, “Arti durhaka kepada orang tua yaitu melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua terganggu atau terusik, baik dalam bentuk ucapan ataupun amalan..[15]“

Imam Al-Ghazali menjelaskan, “Kebanyakan ulama berpendapat bahwa taat kepada orang tua wajib, termasuk dalam hal-hal yang masih syubhat, namun tidak boleh dilakukan dalam hal-hal haram. Bahkan, seandainya keduanya merasa tidak nyaman bila makan sendirian, kita harus makan bersamamereka. Kenapa demikian? Karena menghindari syubhat termasuk perbuatanwara’ yang bersifat keutamaan, sementara mentaati kedua orang tua adalah wajib. Seorang anak juga haram bepergian untuk tujuan mubah ataupun sunnah, kecuali dengan ijin kedua orang tua. Melakukan haji secepat-cepatnya bahkan menjadi sunnah, bila orang tua tidak menghendaki. Karena melaksanakan haji bisa ditunda, dan perintah orang tua tidak bisa ditunda. Pergi untuk menuntut ilmu juga hanya menjadi anjuran, bila orang tua membutuhkan kita, kecuali, untuk mempelajari hal-hal yang wajib, seperti shalat dan puasa, sementara di daerah kita tidak ada orang yang mampu mengajarkannya..[16]“

Seringkali seorang anak membela diri saat dikecam sebagai anak yang durhaka terhadap ibunya, dengan pelbagai alasan yang dibuat-buat, atau sekadar mengalihkan perhatian kepada soal lain. ‘Seharusnya kan orang tua itu lebih tahu,’ ‘Seharusnya seorang ibu mengerti perasaan anak,’ ‘Seharusnya seorang ibu itu lebih bijaksana daripada anaknya,’ ‘Seharusnya seorang ibu tidak boleh memaksakan kehendak,’ dan berbagai alasan kosong lainnya. Yah, taruhlah, dalam suatu kasus, si ibu memang melakukan kesalahan, dengan memaksakan kehendaknya, atau bersikap kurang bijaksana. Namun saat si anak membantah perintah atau larangan ibunya, apalagi dia mengerti bahwa yang dikehendaki oleh ibunya itu adalah baik, meski kurang tepat, tidak pelak lagi, si anak telah berbuat durhaka. Di sinilah seharusnya ‘kunci kesabaran’ dan tingkat ‘kesadaran’ terhadap syariat Allah, juga penghormatan terhadap orang tua, dapat menggeret seseorang mengambil jalan mengalah, meskipun ia harus mengorbankan banyak hal, termasuk harta, dan juga cita-citanya. Selama hal itu dapat membahagiakan sang ibu, seharusnya ia berusaha untuk memenuhi kehendaknya.

Abdullah bin Ali Al-Ju’aitsan menegaskan, “Apabila kita sudah menyadari betapa besar hak seorang ibu terhadap anaknya, dan betapa besar dosa perbuatan durhaka terhadapnya, atau dosa sekadar lalai memperhatikannya,cobalah, segera berbakti kepadanya, maafkan segala kekeliruannya di masa lampau, berusaha dan berusahalah untuk selalu menjalin hubungan baik dengannya. Berusahalah untuk menyenangkannya, dan dahulukan upaya memperhatikannya daripada segala hal yang kita sukai. Berupayalah untuk memenuhi kebutuhannya selekas mungkin, jangan sampai menyusahkannya. Ingatlah firman Allah:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Israa : 24)

Ketika orang tua telah berusia senja.

Pada saatnya, usia juga yang membatasi kepawaian seorang ibu mengasuh anaknya. Kasih ibu, memang tak dapat dihentikan sang waktu. Namun sebagai manusia, kekuatannya tidak pernah abadi. Akhirnya, sang ibu harus melalui juga masa-masa yang belum pernah dibayangkan selama ini. Kulitnya mulai keriput, tenaganya mulai jauh berkurang, tulang-tulangnyapun mulai terasa rapuh, suaranya berubah menjadi sengau, tak mampu menyetabilkan nada yang keluar. Saat itulah, ia mulai sangat membutuhkan belaian kasih sang anak. Ia mulai memerlukan adanya orang lain di sisinya, untuk menyelesaikan segala hal, termasuk pekerjaan-pekerjaan ringan sekalipun, yang selama ini bisa dia selesaikan seorang diri. Saat itulah, bakti seorang anak menjadi suatu hal yang teramat dibutuhkan:

“ Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:”Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al-Isra : 23-24)

Saat usia semakin tua, bisa jadi kepekaan seorang ibu bertambah. Ia lebih mudah tersinggung, lebih mudah melampiaskan amarahnya, lebih mudah tersentuh hatinya hanya oleh kata-kata atau ucapan, yang bila itu diucapkan seorang anak di waktu mudanya, tidak akan diperdulikan sama sekali. Oleh sebab itu, Al-Qur’an memberikan bimbingan yang demikian santun, agar seorang anak membiasakan diri berbicara dan bersikap secara mulai, santun dan terpuji, terhadap kedua orang tuanya, terutama sekali ibunya.

Suatu hari, Rasulullah naik ke atas mimbar, lalu beliau berkata: “Amin, amin, amin.” Kontan, seorang Sahabat bertanya: “Kenapa engkau mengucapkan amin, amin dan amin, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tadi datang Jibril menemuiku, lalu ia berkata: “Barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan, lalu ia tidak mendapatkan ampunan Allah, maka ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka.” Akupun berkata: ‘Amin.’ Lalu Jibril berkata lagi: “Barangsiapa yang mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya, atau keduanya, pada saat mereka sudah berusia lanjut, namun ia tidak berkesempatan berbakti kepada mereka, maka ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka.” Akupun berkata: ‘Amin.’ Lalu Jibril berkata lagi: “Barangsiapa yang mendengar namaku (Nabi Muhammad) disebutkan, lalu ia tidak membaca shalawat untukku, maka bila ia mati, ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka.” Akupun berkata: ‘Amin.[17]‘

Saat Ibunda Telah Wafat

Ada beberapa wujud manefestasi cinta kasih kepada sang bunda, yang masih dapat kita lakukan saat sang bunda sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Semua bentuk implementasi cinta kasih itu pada dasarnya lebih bersifat tugas dan kewajiban kita. Dengan atau tanpa muatan cinta kasih, semua tugas itu harus kita pikul. Namun adalah kenistaan, bila kita melaksanakan semuanya tanpa landasan cinta kepadanya. Berikut ini, penulis paparkan beberapa di antaranya:

Pertama: Melaksanakan perjanjian dan pesan sang bunda.

Diriwayatkan dari Syaried bin Suwaid Ats-Tsaqafi, bahwa ia menuturkan, “Wahai Rasulullah! Ibuku pernah berpesan kepadaku untuk memerdekakan seorang budak wanita yang beriman. Aku memiliki seorang budah wanita berkulit hitam. Apakah aku harus memerdekakannya?” “Panggil dia.” Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Saat wanita itu datang, beliau bertanya, “Siapa Rabbmu?” Budak wanita itu menjawab, “Allah.” “Lalu, siapa aku?” Tanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lagi. Wanita itu menjawab, “Engkau adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliaupun bersabda, “Merdekakan dia. Karena dia adalah wanita mukminah[18].”

Kedua: Mendoakan sang ibu, membacakah shalawat dan memohonkan ampunan baginya.

Ibnu Rabi’ah meriwayatkan: Saat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam! Apakah masih tersisa bakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, “Ya. Bacakanlah shalat untuk mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, tunaikan perjanjian mereka, peliharalah silaturahim yang biasa dipelihara kala mereka masih hidup, juga, hormati teman-teman mereka[19].”

Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di Surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari anakmu[20].”

Salah satu dari tanda cinta kasih kita kepada ibu adalah munculnya pengharapan agar si ibu selalu hidup berbahagia. Bila ia sudah meninggal dunia, kita juga senantiasa mendoakannya, membacakan shalat untuknya serta memohonkan ampunan untuknya. Semua perbuatan tersebut bukanlah hal-hal yang remeh. Dan juga, amat jarang anak yang mampu secara telaten melakukan semua kebajikan tersebut. Padahal, ditinjau dari segi kelayakan, dan segi kesempatan serta kemampuan, sudah seyogyanya setiap anak berusaha melakukannya. Dari kwantitas, semua amalan tersebut tidak membutuhkan banyak waktu. Sekadar perhatian dan kesadaran, yang memang sangat dituntut. Bila seorang anak merasa sangat kurang berbakti kepada kedua orang tuanya, inilah kesempatan yang masih terbuka lebar, untuk menutupi kekurangan tersebut, selama hayat masih dikandung badan.

Ketiga: Memelihara hubungan baik, dengan teman dan kerabat ibu.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang tetap ingin menjaga hubungan silaturahim dengan ayahnya yang sudah wafat, hendaknya ia menjaga hubungan baik dengan teman-teman ayahnya yang masih hidup[21].”

Keempat: Melaksanakan beberapa ibadah untuk kebaikan sang ibu.

Sa’ad bin Ubadah pernah bertanya, “Ibuku sudah meninggal dunia. Sedekah apa yang terbaik, yang bisa kulakukan untuknya?” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, “Air. Gali saja sumur. Lalu katakan: ‘pahala penggunaan sumur ini, untuk ibu Saad[22].


Demikianlah sekilas tentang hubungan dengan ibu yang menjadi salah satu dari kedua orang tua, sengaja dibatasi pembahasan ini hanya seputar ibu, agar lebih singkat. Mudah-mudahan bermanfaat.


Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc

http://ustadzkholid.com/akhlaq/berbakti-kepada-orang-tua/

Sabtu, 17 Maret 2012

Jam



Seorang anak batita begitu terheran dengan benda berbentuk lingkaran yang dipenuhi angka-angka. Tiga buah jarum yang menunjuk angka-angka di lingkaran itu pun kian membuatnya tercenung.

Ada jarum tipis warna merah yang menunjuk dari satu angka ke angka lain dengan begitu cepat. Ada jarum yang lebih tebal dan lebih panjang yang bergerak lebih lamban. Dan, ada jarum pendek gemuk yang nyaris tak bergerak, tapi bisa berpindah ketika dalam waktu lama tak diperhatikan.

Yang lebih menarik dari semua pemandangan di benda itu adalah ketika pada saat tertentu, ada burung mainan yang tiba-tiba keluar dari bawah lingkaran tersebut dengan suara khas. “Kuk kuk…kuk kuk…kuk kuk…!”

Saat itulah, sang anak pun melompat riang. Tapi, ia masih bingung dengan benda itu.

“Itu jam, anakku!” suara sang ibu tiba-tiba muncul dari balik tubuh mungil si batita.

“Jam…?” sahut si batita seraya mengungkapkan rasa ingin tahunya.

“Iya. Itu jam. Perhatikanlah, sang burung tidak akan bernyanyi kalau si jarum pendek gemuk tetap saja diam, si jarum pendek gemuk akan tetap diam jika si jarum tebal panjang hanya berhenti. Dan, dua jarum itu tidak akan bergerak kalau saja si jarum merah kecil tidak bergerak lincah,” jelas sang ibu sambil memperhatikan wajah si batita yang begitu serius menatap ibunya. Sesekali, pandangannya menoleh ke arah jam, untuk memastikan kebenaran yang diucapkan ibunya.

“Dan anakku, semua jarum-jarum itu bergerak ke arah yang sama,” tambah sang ibu sambil menunjuk ke arah gerakan jam.

++

Jam, dalam makna kehidupan tidak selalu menunjukkan nilai sebuah waktu. Ada sisi lain yang bisa diambil hikmah dari gerakan tiga jarum dalam jam.

Dalam dinamika sebuah organisasi, dinamika tiga jarum jam memberikan makna tersendiri bagaimana interaksi produktif antara pimpinan, manejer, dan pelaksana. Seperti tiga jarum jam, masing-masing level punya intensitas gerakan yang berbeda, karena bobot dan pengaruh gerakannya memang berbeda.

Namun, walaupun punya gerakan yang seolah berbeda, semua level tidak ada yang diam. Semua bergerak dalam sistem yang begitu harmonis. Keharmonisan gerak tiga level inilah yang menghasilkan ‘pengingat suara burung’ yang begitu bermanfaat untuk orang banyak.

Tapi, dari semua nilai pelajaran yang ada dalam tiga level jarum jam, ada satu pakem yang jika dilanggar akan berakibat sangat fatal. Yaitu, walaupun beda level dan beda intensitas gerak, ketiga jarum bergerak dalam arah yang sama. (muhammadnuh@eramuslim.com)

Kaca Spion



Seorang Instruktur stir mobil tampak begitu serius memperhatikan seorang muridnya yang sedang mengemudikan mobil. Sesekali, sang Instruktur memberikan isyarat agar sang murid fokus ke arah depan.

“Jangan terlalu sering memperhatikan kaca spion,” ucap sang Instruktur ketika sang Murid kerap menoleh ke kiri atau ke kanan, juga ke atas di mana kaca spion mobil berada. Padahal, jalan yang mereka lalui lurus, tanpa belokan.

Sang Murid pun kembali fokus. Tapi, hasrat untuk menoleh ke spion lagi-lagi secara spontan muncul. Dan saat itu pula, sang Instruktur kembali mengingatkan.

Bagi sang Murid, menoleh ke arah spion seperti perpaduan antara rasa ingin tahu terhadap kendaraan yang berada di belakang atau sampingnya, dengan rasa khawatir kalau-kalau ada kendaraan lain yang akan menabraknya.

“Muridku, gunakan spion hanya untuk berbelok atau pindah jalur. Karena spion hanya pelengkap, bukan yang utama. Terlalu sibuk dengan spion bisa membuat kita lalai dan selalu was was,” ucap sang Instruktur sambil terus memperhatikan sang Murid yang mulai tenang memperhatikan arah depan.

Sang Murid pun mengangguk pelan.

***

Melalui jalan hidup kadang tak ubahnya seperti mengendarai kendaraan seperti mobil atau motor. Dengan kendaraan itulah, tujuan hidup akan kita raih dengan baik.

Pada kendaraan itu, setidaknya ada tiga titik yang bisa menjadi perhatian kita yang disimbolkan dengan sebuah kaca spion: depan yang menjadi fokus utama, kiri, kanan, dan juga belakang.

Pandangan arah depan adalah tujuan utama kita hidup yaitu ibadah dan akhirat. Sementara, pandangan arah kiri, kanan, dan belakang adalah tawaran aksesoris hidup yang diperlihatkan keindahan duniawi.

Terkadang, tidak sedikit dari kita yang lebih sibuk untuk memperhatikan spion kiri, kanan, atau belakang. Sehingga melupakan fokus di arah depan.

Seperti dikatakan sang instruktur stir mobil, “Gunakan spion hanya sekedarnya!” Fokuslah ke arah depan, dan jangan tunggu sampai kendaraan hidup ini menabrak atau bahkan terguling ke jurang. (muhammadnuh@eramuslim.com)

Kamis, 15 Maret 2012

Yg Paling melelahkan dalam hidup ini adalah menjadi orang yg tidak tulus..


Lama tak menulis( emang sejak kapan jadi penulis??) dan ada waktu sebentar ini saya ingin menulis sedikit.tentang makna cinta dan kedewasaan,hmmm kayaknya tulisan ini memang hanya saya saja yang membaca,dan sobat mungkin tak penting membaca tulisan ini,begitu datar dan mudah dimengerti.jadi tak ada yg istimewa dan menarik apalagi..karena begitu banyak literatur dan tulisan yang membahas tentang cinta tak terhitung jumlahnya.. tapi entahlah kenapa sore ini saya lagi galau.. aduhh kayaka nak muda aja..hehe.

siang tadi pas saya kerja ketemu pelanggan yang kebetulan seorang kepala sekolah sambil bincang2 ia bertanya kepadaku.. "mas umurnya udah ada 20 tahun belum.?" sambil senyum dan bahagia karena merasa masih muda padahal sebenarnya sih emang masih muda,, hiihiii jujur ini bukan yang pertama kali bilang kalo aku masih muda sebelum2nya juga ada.. bahkan ada ibu2 yang bilang. "mas rohmat kok kerja emang ndak sekolah.?? hmm .. "rahmat udah kuliah kok,emang tampangnya masih kayak anak2 SMA ya? " jawabku.. hehee garingg.. tapi aku suka.
keadaan dan suasan begitu mencair tatkala keakraban dibangun..

kembali ke judul topik,.. sedikit saja,sobat bayangkanlah saat kita berprasangka buruk terhadap ketentuan yg Allah berikan terhadap kita,yg kita dapati pastinya adalah justru hari2 kita makin suram dan kelam dan mungkin wajah dan pola pikir kita berkerut.. begitu sempit dan muramnya dunia di mata ini tak adil rasanya jika aku tidak mendapati impian dan cita 2ku tak jua terkabul dan berbagi statement2 negatif lain yg intinya menggugat..
tapi saat kita dapati diri kita percaya dan yakin.. akan segala Ktetapan Allah maka hidup kita akan mudah kecewa karena kita yakin bahwa pahit maupun manis ujian yg kita terima dalam hidup ini sepenuhnya adalah wujud dan kasih sayang Allah untuk hambanya..
entahlah...

saya hanya berupaya berprasangka baik dan membangun sugesti kalo saya tuh bisa.. bisa apa ??
bisa bertahan,bisa survive,bisa sabar,bisa terus tersenyum... dan segala kebisaan lain yg saya tidak bisai.. DEWASA.. menurutku ini juga sebuah kata penting dalam hidup..semakin kita dewasa semakin kita bijak memandang dan menyelesaikan problematika hidup dengan HATI,iya dengan hati..
kita harus tersenyum apapun alasanya..bukan karena gila sobat.tapi karena kita yakin..semua problematika hidup ini telah dipaketkan dengan solusinya.. mau awet muda?? jawabanya ya jangan jadi tua..!! :D :D bukan 3x itu maksudnya

Menurut saya,Tua dan Mati itu Pasti tapi DEWASA Itu PILIHAN!!
Banyak Orang yang bahkan sudah umur dewasa sekalipun tetap gak dewasa karena kenapa? Karena Dewasa itu Pilihan.Orang bijak mengatakan "ORANG MENJADI DEWASA BUKAN KARENA PENGALAMAN MASA LALU, TETAPI KARENA TANGGUNG JAWABNYA TERHADAP MASA DEPAN" Betul Tidak?

Lebih baik kita tersenyum daripada harus menjelaskan kepada orang lain alasan kenapa kita bersedih,saya merasa hidup ini adil.tak ada yang salah dengan ketentuan Allah,tak ada yang salah dengan Qodho dan Qodar Allah..
Saya teringat manakala detik2 Akhir kematian nabi kita Muhammad SAW.. tatkala sakaratul maut,dengan berkata beliau " begitu dahsyatnya dan sakitnya sakaratul maut ini,timpakan saja ke hamba jangan Engkau timpakan ke umatku" Subhanallah begitu sayang dan cintanya Beliau kepada ummatnya.. Ia tidak rela meski ajal tenngah menjemputnya.. Ummati Ummati.. sebuah kata yg mengetarkan kita betapa cintanya sungguh membuat kita malu,sberapa besar cinta kita ke beliau..

Yaa. CINTA dan DEWASA menurtku adalah salah satu kunci utama.. CINTA karenanya mendatangkan kecintaan sang pemberi cinta yaitu Allah SWT, dan kita bisa dewasa karena hati kita dipenuhi dengan CINTA dan keyakinan kuat bahwa Allah tidak akan membiarkan hambanya terlunta2 tidak bahagia sementara ada CINTA dan keyakinan yg begitu besar dalam hatinya..


jadi sedikit yg dapat saya simpulkan.. ikhlaskan dengan hati dan yakinkan dengan cinta pasti awet muda.. nah lhoo.. penelitian dari universitas mana tuh?? hehe klio ndak percaya yaudah. percaya saja sama yang memberikan kita wajah muda dan wajah tua yaitu Allah Azza wa jalla..
Yg Paling melelahkan dalam hidup ini adalah menjadi orang yg tidak tulus..


Tapi tak akan ada yg bisa membuatmu tertawa,jk dihatimu tak lagi tersisa keinginan untuk bahagia..bahgiakan hatimu cerahkan wajahmu,penuhi dan kayakan dengan senyum keikhlasan yg mendalam agar saudaramu jg merasakan betapa beruntungnya ia mempunyai sahabat setegar dirimu..

untukku hamba yg rapuh tanpa Rahmat dan kasih sayang-Mu Ya ALLAH.

*maaf kalo tulisan ini jelek,jangan di masukkan hati ya. :) :)

Jumat, 09 Maret 2012

Agar Kita Cinta Al Quran



Apabila kita memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa masih banyak di antara kaum Muslimin yang amat jauh dari Al Quran, bahkan begitu sangat jauhnya mereka dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalam Al Quran. Di antara mereka ada yang tidak mau atau malas membaca Al Quran, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja atau membacanya ketika ada acara-acara perlombaan saja. Ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi terjepit dan kesulitan. Ada juga yang sekedar membaca Al Quran, namun tidak mau mentadabburinya (memperhatikan arti, maksud dan isinya), atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya. Bahkan, yang paling parah adalah ada orang yang menolak sebagian ayat-ayat-Nya dan selalu mempermasalahkannya.
Mengapa demikian? Apa sebabnya? Penyebab utamanya adalah tidak adanya kecintaan kepada Al Quran. Rasa cinta kepada Al Quran itu telah redup dan menghilang atau bahkan rasa cinta itu telah mati.
Sesungguhnya jika hati ini cinta kepada sesuatu, maka dia akan tertambat dan bergantung kepadanya, selalu merasakan kesenangan bersamanya dan kerinduan ingin bertemu dengannya serta tidak ingin berpisah dan jauh-jauh darinya. Begitu juga terhadap Al Quran. Jika hati seseorang sudah mencintainya, maka dia akan merasakan kenikmatan ketika membacanya, merasa senang dan gembira saat bersamanya. Dia akan berusaha untuk mengetahui, memahami dan menyelami arti dan makna yang terkandung di dalamnya. Sebaliknya, jika tidak ada kecintaan, maka hati ini akan sulit menerima Al Quran, terasa berat untuk tunduk taat kepada Al Quran.
Kenyataan menunjukkan benarnya pernyataan ini. Sebagai contoh; seorang pelajar yang memiliki semangat, kesukaan, dan kecintaan pada suatu pelajaran tertentu, maka ia akan cepat menguasai apa yang telah diajarkannya, dia dengan segera dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya dalam waktu yang singkat. Sebaliknya, siswa yang tidak suka pelajaran tersebut, maka ia tidak akan bisa menguasi pelajaran yang sudah disampaikan kecuali setelah mengulang-ulangnya berkali-kali. Dia menghabiskan banyak waktu untuk mempelajarinya, dan tidak bisa menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik.
Bagaimanakah cara menumbuhkan rasa cinta ini terhadap Al Quran? Sebelum dijawab, ada baiknya kita mengetahui tanda-tanda jika hati itu cinta kepada Al Quran.
Tanda-Tanda Kecintaan Hati kepada Al Quran
Kecintaan hati kepada Al Quran mempunyai beberapa tanda, di antaranya:
1. Sebagaimana cintanya seseorang kepada sesuatu, cinta pada Al Quran pun ditandai dengan kesukaannya ketika bersua (berjumpa) dengannya.
2. Tidak merasa jenuh dan bosan ketika duduk-duduk bersama dan membacanya dalam waktu yang cukup lama.
3. Jika jauh darinya, maka ia akan selalu merindukannya dan berharap bisa segera bertemu dengannya.
4. Banyak berdialog dengannya dan meyakini petunjuk dan arahannya serta kembali kepadanya ketika menghadapi berbagai persoalan hidup, baik kecil maupun besar.
5. Mentaatinya, baik dalam perintah maupun larangan.
Inilah tanda-tanda terpenting dan utama akan adanya rasa kecintaan seseorang kepada Al Quran. Jika salah satunya tidak ada, kecintaan itupun ikut berkurang. Maka, ukurlah diri kita dengan tanda-tanda utama tersebut di atas. Pertanyaannya sekarang adalah: “Apakah kita mencintai Al Quran?”
Cara Agar Hati Mencintai Al Quran
• Berdo’a dan Bertawakkal hanya kepada Allah
Persoalan cinta adalah persoalan (qalbu) hati. Sementara kita tidak sanggup menguasai hati kita sendiri. Hati seseorang terletak di tangan Allah. Dia membuka dan menutup hati seseorang kapan saja Dia menghendaki, dengan hikmah-Nya, serta ilmu-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al Anfal: 24)
”…Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka…”(Al Kahfi: 57).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hati semua anak cucu Adam itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang lain bersabda:

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Sesungguhnya hati semua anak cucu Adam itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah subhanahhu wa ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
Oleh karena cinta letaknya di hati, dan hati berada di dalam genggaman Allah, maka memohonlah bantuan kepada Allah dan berdoalah kepada-Nya agar Dia memberikan karunia kecintaan kepada Al Quran agar kita bisa mencintainya. Hendaknya berdo’a dengan tulus, penuh ketundukan, memohon dengan mendesak dan memohon dengan belas kasihan serta sangat berharap untuk segera diberi.
• Berilmu, yaitu berusaha mempelajari dan memahami keagungan dan keutamaan Al Quran dan keutamaan orang-orang yang mempelajarinya, menghafalnya dan mengamalkannya.
Diantara keutamaan Al Quran dan keutamaan orang yang mempelajarinya, adalah:

  • Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan yang mengajarkannya.” (HR. Al Bukhari)
  • Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Al Quran dan saling mempelajari diantara mereka, kecuali turun kepada mereka ketentraman, mereka diliputi rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut kebaikan mereka dihadapan makhluk yang mulia yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
  • Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan yang dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Nabi melanjutkan:” Aku tidak mengatakan bahwa Alif laam miim itu adalah satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi)
  • Dikisahkan oleh ’Aisyah radhiyallahu ’anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Orang yang membaca Al Quran dan ia pandai maka ia bersama para malaikat pembawa kitab yang mulia dan baik. Orang yang membaca Al Quran terbata-bata dan kesulitan maka ia mendapat dua pahala.” (HR. At Tirmidzi)
  • Umar bin Khatthab meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al Quran dan merendahkannya juga dengan kitab ini (Al Quran).” (HR. Muslim)

• Bergaul dengan orang-orang shalih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Perumpamaan teman yang shaleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium bau keharumannya. Sedangkan perumpamaan teman yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena bau asapnya”. (HR. Al Bukhari)
“Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan teman akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih teman pendamping.” (HR. Ahmad)
• Bersabar, yaitu bersabar dalam ketiga hal di atas.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, (artinya): “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah: 153)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (QS. Muhammad: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar”. (HR. Al Hakim)
“Barangsiapa yang menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah. Dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup, maka akan diberi kekayaan (hati dan jiwa) oleh Allah. Dan barangsiapa yang berlaku sabar, maka akan dikurnia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas (manfaatnya) daripada kurnia kesabaran itu.” (Muttafaq ‘alaih).
Wallahu ta’ala a’lam.

(disadur dari Kunci-Kunci Tadabbur Al Quran, karya Dr. Khalid al-Laahim dengan sedikit tambahan)

Ada Kemudahan dalam Kesulitan

Ada Kemudahan dalam Kesulitan

FOTO: abangmodul.blogspot

”Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan.” (Al Insyiroh [94]: 5-6).

Pasti Terjadi
Dalam menjalani kehidupannya, manusia akan mendapati situasi enak atau tak enak, sebagai ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Apapun situasinya, nyaman atau tak nyaman, itu yang terbaik dalam skenario Allah SWT.

Jika kita sedang berada disituasi sulit, Allah SWT mengingatkan janji-Nya, sebagaimana disebut ayat di atas. ”Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan.”

Menurut As-Suyuthi, Alam Nasyrah ayat 1 – 8 turun ketika kaum musyrikin memperolok-olok kaum Muslimin karena kekafirannya. Sementara, dalam suatu riwayat Ibnu Jarir yang bersumber dari Al-Hasan, dikatakan bahwa ketika turun ayat “Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan” (Alam Nasyrah [94]: 6), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda, “Bergembiralah kalian, karena akan datang kemudahan bagi kalian. Kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”

Janji Allah “Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan” itu diulangi-Nya dua kali. Padahal, janji Allah pasti benar (Faathir [35]: 5) dan pasti terjadi (Al-Mursalaat [77]: 7).

Sebagian Bukti
Kisah Buya Hamka, Sayyid Quthb, dan Ibnu Taimiyah dapat kita jadikan rujukan. Hamka melahirkan karya tulis lebih dari 115 judul dalam berbagai bidang. Tafsir Al-Azhar adalah karya paling utamanya dan terbesar.

Sekitar awal 1964 Hamka ditahan rezim Orde Lama dengan tuduhan subversi, sebuah tuduhan yang sampai dia bebas dua tahun empat bulan kemudian tak pernah bisa dibuktikan secara hukum.

Hamka berkisah tentang pengalamannya dihari-hari pertama dia ditahan, “Kalau saya bawa bermenung saja kesulitan dan perampasan kemerdekaan saya itu, maulah rasanya diri ini gila. Tetapi, akal terus berjalan, maka ilham Allah datang. Cepat-cepat saya baca al-Qur’an, sehingga pada lima hari penahanan yang pertama saja, tiga kali al-Qur’an khatam dibaca.”

Lalu, Hamka atur jam-jam buat membaca dan menulis Tafsir al-Qur’an. Maka, menyusul kekacauan politik yang disebabkan Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia, pada Mei 1966 Hamka dibebaskan. Saat itu, dia telah mengkhatamkan al-Qur’an 150 kali, dan selesai pula tafsir 28 juz. Sementara, yang dua juz yaitu juz 18 dan 19 telah diselesaikannya sebelum dia ditahan.

Maka, Hamka, meninggal pada 1982, berhak menasihati kita, bahwa hendaknya kita “Jangan gentar menghadapi kesukaran, karena dalam kesukaran itu pasti ada kemudahan, asal kita mempergunakan otak buat memecahkannya. Sungguh, Allah tidak akan mengecewakan orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Di Mesir, ada Sayyid Quthb (lahir 1903) dan hafal al-Qur’an sejak masih anak-anak. Dia aktivis Ikhwanul Muslimin yang penuh semangat. Dia dipenjara rezim Gamal Abdel Nasser, sebelum akhirnya syahid dihukum mati pada 20 Agustus 1966.

Apa “kesalahan” dia? Saat Sayyid Quthb menulis sejumlah buku seperti Ma’aalim fit-Thariq (Petunjuk Jalan), 1964, yang berisi penolakan terhadap kebudayaan jahiliyah modern dalam segala bentuknya. Rezim Gamal Abdel Nasser yang menganut sosialisme Arab memandang itu sebagai sebuah kesalahan besar.

Dalam buku Ma’aalim fit-Thariq, Sayyid Quthb mengemukakan gagasan tentang perlunya revolusi total, bukan semata-mata pada sikap individu, namun juga pada struktur negara. Selama periode inilah, logika konsepsi awal negara Islamnya Sayyid Quthb mengemuka. Buku inilah yang dijadikan bukti utama dalam sidang yang menuduhnya bersekongkol hendak menumbangkan rezim Nasser.

Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di Bawah Lindungan Al-Qur’an) diselesaikan Sayyid Quthb saat berada di penjara. Dan, Hamka mengaku, bahwa tafsir Fi Zhilalil Qur’an “Banyak mempengaruhi saya dalam menulis Tafsir Al-Azhar.”

Selain Hamka, banyak ulama yang menilai Tafsir Fi Zhilalil Qur’an sebagai salah satu tafsir terbaik. Hujjah-nya kuat meneguhkan iman. Bahasanya indah menyejukkan hati. Pendek kata, tafsir itu mampu menggelorakan spirit iman, hijrah, dan jihad.

Jauh sebelum Hamka dan Sayyid Quthb, ada Ibnu Taimiyah yang lahir 1263 dan meninggal 1328. Masa hidupnya banyak dihabiskan di Damaskus. Dia bukan saja pernah tapi bahkan sering merasakan ‘manis’-nya penjara, karena sejumlah pendapat keagamaannya berbeda dengan yang dianut ulama-ulama lain yang dekat dengan penguasa ketika itu.

Ibnu Taimiyah –yang saat berusia dua puluh tahun telah bergelar profesor di bidang hukum dalam mazhab Imam Hanbali- berkali-kali dipenjara sebelum akhirnya syahid di dalamnya. “Kesalahan” dia, hanya karena perbedaan dalam memahami atau menafsiri al-Qur’an. Padahal, lewat fatwa-fatwanya, Ibnu Taimiyah berniat memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang datang dari luar Islam dan tak sesuai dengan Islam. Dia hendak memurnikan Islam dari segala bid’ah dan khurafat.

Tentu saja, di antara karya-karya besarnya (dari total 500-an judul karya tulisnya) lahir di penjara. Sebab, di penjara, Ibnu Taimiyah memiliki banyak kesempatan untuk membaca dan menulis. Hal itu, hikmah besar baginya. Maka, dia tak pernah sedih atau menyesal atas apa yang dialaminya. Hal itu, diyakininya sebagai ketentuan Allah yang tak boleh dibantah, karena di dalamnya terdapat banyak kebaikan yang akan didapat.

Ajaib, dan Benar!
Hamka, Sayyid Qutb, dan Ibnu Taimiyah adalah sedikit contoh manusia beriman yang merasakan bukti keajaiban janji Allah bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Juga, bukti kebenaran sabda Nabi Muhammad SAW. Ada keajaiban yang dimiliki orang beriman. Yaitu, bahwa sesungguhnya semua persoalannya serba baik. Dan, hal itu hanya dimiliki oleh orang yang beriman. Jika dia mendapat kesenangan, dia bersyukur. Dan, hal itu menambah kebaikan (pahala) baginya. Namun, bila dia ditimpa bencana/musibah, dia akan sabar. Dan, itu berarti kebaikan (pahala) baginya.” (Riwayat Muslim).

Rasulullah SAW kerap membuktikan sendiri. Misalnya, saat beliau bersembunyi di Gua Tsur dalam hijrahnya dari Mekkah ke Madinah. Abu Bakar yang sempat mengkhawatirkan keselematan Nabi Muhammad SAW, sempat bersedih. Lalu, Muhammad SAW meneguhkannya, dengan bersabda: “…..Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita..,” (At-Taubah [9]: 40).

Subhanallah! Kaum musyrikin pengejar Rasulullah SAW yang sempat mengepung di sekitar mulut gua menjadi terkecoh atas fakta-fakta yang tergelar di depan mereka. Di pintu gua, ada sarang laba-laba dan ada dua burung dara plus telurnya. Di pintu gua, ada ranting-ranting pohon. Sehingga, para pengejar berkesimpulan bahwa tak mungkin Muhammad masuk dan bersembunyi di gua, tanpa melewati pintu gua dengan terlebih dahulu membersihkan rintangan-rintangan tadi.

Senyum, Senyum!
Semua manusia di sepanjang kehidupannya pasti akan menjalani ujian demi ujian. Kesulitan yang dihadapinya adalah ujian, sebagaimana kemudahan yang ditemuinya pun merupakan ujian.

Jika kesulitan sedang melilit kita, hadapilah dengan sabar dan tawakkal. Yakinilah, bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Bukankah di sekitar kita, telah cukup banyak contoh-contoh yang transparan tentang hal itu? Maka, tetaplah tebarkan senyum di sepanjang langkah kehidupan kita, sebagai perlambang bahwa kita (akan) selalu lulus ujian. Allahu-Akbar! *M. Awar Djaelani/Suara Hidayatullah

Selasa, 06 Maret 2012

THE BILDEBERGERS, DALANG KEKACAUAN DUNIA




Bilderberger adalah nama sebuah hotel di Oosterbeek, Holland. Bilderberger di tetapkan sebagai nama organisasi setelah para anggotanya mengadakan pertemuan perdana di Hotel Bilderberger, tepatnya pada awal tahun 1954. Komplotan ini tidak punya nama dan eksistensi resmi. Mereka beranggotakan politisi elit dunia yang berjumlah 100 orang lebih; terdiri dari para pakar keuangan internasional, bos - bos internasional, para pemimpin politik dan keluarga - keluarga kerajaan eropa, termasuk pangeran charles, ratu Sophia dari spanyol dan ratu Beatrix dari Belanda. Broker politik terkemuka; keluarga Rockefeller AMerika dan ROthschilds Eropa, di kabarkan juga menjadi pilar - pilar komplotan tersebut.

Setiap tahun, anggota komplotan ini bertemu selama empat hari di lokasi rahasia sekitar amerika serikat atau eropa. Pada tahun 2003, pertemuan di selenggarakan antara tanggal 15 dan 18 Mei di istana Trianon yang bersejarah dan mewah di Versailes. Pers di larang meliput, apalagi mempublikasikan pertemuan ini. Kebijakan ini di ambil atas himbauan "raja - raja" pers yang juga menjadi anggota atau tamu. Setiap tahun, orang penting dari surat kabar The Washington Post menghadiri pertemuan tersebut. Para pemimpin redaksi surat kabar New York Times, Los Angeles Times dan TV Networks sangat maklum" bahwa pertemuan tersebut tidak untuk di publikasikan. Penyiar perancis, Thierry de Segonzac berkata,"Bilderbergers perkasa berkuasa dan tidak mau di ekspos".




Semula, pertemaun - pertemuan itu di pimpin mantan pejabat Nazi; Pangeran Bernhard dari Belanda hingga masa pengunduran dirinya pada tahun 1976 karena terlibat skandal LOCKHEED. Kemudian Lord Carrington memimpin. Dia mantan menteri kabinet pemerintahan kerjaan inggris dan sekertaris jenderal NATO yang menjadi anggota keluarga Rothschilds karena pernikahan.

Reporter Emma Jane Kirby melukiskan Bilderbergers, "merekalah pelobi hebat. Mereka perkasa menentukan kebijakan publik karena memiliki kekuatan politik yang sangat besar pengaruhnya di dua sisi atlantik." Pengaruh mereka sangat kuat. Uni Eropa, perjanjian ROma, mata uang tunggal eropa (EURO), akhir perang dingin, NAFTA (North American Free Trade Agreement), Brady Plan (Presiden Ronald Reagen menyediakan US$ 50 milyar untuk negara - negara dunia ketiga dan komunis) dan di pecatnya Margaret Thacher dari kursi perdana menteri inggris karena menolak di bentuknya Uni Eropa adalah contoh kecil dari sederet kuasa Bilderbergers.

Sebagaimana kelompok - kelompok lain yang menjadi rekannya; Komisi Trilateral (Trilateral Commision) dan Dewan Hubungan Luar Negeri (Council on Foreign Relationships-CFR) Bilderbergers bertujuan membentuk pemerintahan sentral atau satu kendali dunia (WORLD ONE ORDER) Mereka citrakan pemerintahan Nasional suatu negara sebagai sistem pemrintahan basi dan kuno. Era modern, semangat nasionalisme adalah kemunduran.

Neal Wilgus, seorang penulis, menggambarkan mereka sebagai CFR bayangan. Kegiatannya mengekspansi dunia internasional. Merekalah alamat kecamam masyarakat "melek informasi" karena biadab mendalangi tragedi - tragedi besar dunia. Karena mereka menjalankan proyek - proyek internasional demi mengeruk kekayaan dunia dan mengokohkan kekuasaan mereka hingga bangsa - bangsa di negara berkembang menjadi "Bangkai".

Jika mereka mengincar kekuasaan demi terlaksananya rencana, maka mereka segera menciptakan dan menyebar politisi - politisi dan ekonom kawakan. Mereka tak segan menebar suap, korupsi dan pengaruh kepada organisasi - organisasi wadah berhimpunnya beberapa negara. Iming - iming imbalah kepada para pemimpin dunia itu berupa keuntungan besar. Bagaimana mendapatkannya? ide "internasionalisme" harus di terpakan. Caranya : petinggi dunia yang berhimpun itu di iming - imingi banjir dana proyek - proyek di negara - negara mereka. Tapi sebenarnya semua itu jeratan semata. Kekayaan bangsa - bangsa di negara dunia ketiga di keruk habis. Karenanya kekuassan Bilderbergers semakin perkasa.

Misalnya, mereka pernah menjebak uni soviet dengan bantuan finansial. Jumlahnya menggiurkan; milyaran dollar. Kompensasi yang harus di bayar adalah uni sovyet menyerahkan sumber daya mereka dengan harga sangat rendah. Seperti berita yang tersebar di TV dan media cetak; mereka menjerat negara - negara berkembang dengan pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) berbeunga "mencekik". Jebakan ini adalah cara mereka merusak tatanan ekonomi dunia. Tujuan mereka agar negara - negara dunia ketida (negara berkembang) lumpuh dan bergantung total kepada mereka. Setelah mendapakan pinjaman dari IMF, penduduk negara - negara berkembang menjadi hamba sahaya abadi untuk melayani kepentingan mereka.

Setia tahun, anggota inti Bilderbergers "menebar jala" demi melokalisair orang - orang ambisius baru untuk bergabung setlah menghadiri undangan pertemuan. Wajah - wajah baru itu adalah mereka yang di beri jabatan politik strategis "menjanjikan", tapi segera di depak setelah tak lagi di perlukan. Douglas Wilder, saat karir politiknya meroket sebagai gubernur kulit hitam pertama di Amerika Serikat, di undang menghadiri pertemuan in. Tapi pada tahun 1984, saat gagal memperoleh satu persen suara pemilihan presiden sebagai wakil Partai Demokrat, namanya di coret dari daftar tamu pertemuan Bilderbegers.

Pada tahun 1991, Bilderbergers benar - benar beruntung setelah menghadirkan Bill Clinton di Baden, Jerman. Ketika itu, pria penggila seks in adalah gubernur Arkansas. Setahun kemudian, Bill Clinton terpilih sebagai presiden Amerika Serikat.

Sejak awalah tahun 1970an, presiden - presiden AS di duga "dikantongi" Bilderbergers. Gerald Ford adalah anggota Bilderbergers. Jimmy Carter dab wakilnya, Walter Mondale adalah anggota Trilateral Commission. Tahun 1980an, selama berlangsungnya pemilihan presiden, Ronald Reagen mengatakan bahwa dia tak akan berurusan apapun dengan Trilateral COmmissiona. Tapi setelah terpilih menjadi presiden, Ronald Reagen justru mnunjukkan wakilnya dari anggota Trilateral Commission, yaitu George Bush. Putra George Bush, George W Bush,secara struktur tidak masuk dalam kelompok Bilderbergers, tapi pejabat - pejabat administrasinya orang - orang Bilderbergers.

Mantan petinggi intelejen kerajaan Inggris, Dr. John Coleman, menegaskan pertemuan Bilderbergers di restui M16 kerajaan Inggris atas wewenang Lorad Carrington, Presiden Royal Institute of International Affaris. Di Amerika, CIA menyiapkan intelejen dan pengamanan untuk pertemuan Bilderbergers. Fakta ini bukan hal baru yang mengejutkan, karena kantor CIA, Office of Strategic Services (Kantor layanan strategis) di bangun oleh John J. McCloy, mantan ketua council on Foreign Relationship dan pimpinan Rockefeller Chase Manhattan Bank.

Pertemuan Bilderbergers bukan reuni iseng. Saat berlangsung pertemuan itu, polisi tak segan - segan menahan waratawan dan merampas kartu pers jurnalis manapun yang meliput mereka. Penertiban dan pengamanan super ketat selalu di lakukan saat pertemuan Bilderbergers berlangsung. Jika pertemuan Bilderbergers di selenggarakan di Gedung Putih, terlihat para penjaga memadati setiap jengkal tanahnya.

Di Versailes, Perancis, garis lingkar keamanan di bentang ekstra ketat. RUang gerak warga sipil di sekitarnya sangat di batasi karena pertemuan Bilderbergers sedang berlangsung. Meski pihak militer Perancis tidak memperoleh penjelasan memuaskan tentang acara itu, mereka tetap menjalankan tugas untuk mengamankan pertemuan Bilderbergers agar tidak di liput pers.

Morio Monti, anggota komisi Eropa dan tamu Bilderbergers yang kini jarang menghadiri pertemuan berkata,"Para peserta menghadiri pertemuan - pertemuan untuk membahas masalah bersifat tertutup. Mereka tidak terikat oleh Komisi Eropa, tidak ada resolusi, tak ada voting dan tak ada komunika politik yang diumumkan".
Penjelasan tentang keputusan komplotan Bilderbergers tak pernah di publikasikan, bertentangan dengan demokrasi dan hukum yang mereka gembar - gemborkan.



http://zionisyahudi.blogspot.com/2012/03/bildebergers-dalang-kekacauan-dunia.html#more

Nikmat Yang Harus Kita Syukuri

Sedikit sekali orang yang benar-benar kaya,
Sebab Sedikit yang benar-benar memiliki harta, lebih banyak harta yang memiliki mereka.

Sedikit yang tahu memanfaatkan kekayaan dengan benar, lebih banyak yang diperbudak oleh kekayaan.

Sedikit yang hidupnya menjadi bajik dan mulia karena harta, lebih banyak yang karena harta hidup menjadi rusak dan jahat.

Sedikit sekali yang menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati karena harta, lebih banyak yang karena harta jiwa menjadi gelisah, risau dan tak puas..

Sedikit sekali yang hidupnya dikenang dan dihormati karena kekayaan, lebih banyak yang karena kekayaan hidupnya dibenci dan dicaci maki.

Sedikit sekali yang karena kaya lalu mencari kehidupan beriman atau spiritual, lebih banyak yang yang karena kaya lalu menjadi egois dan materialis, melupakan Tuhan atau Dharma

Sedikit sekali yang karena kaya lalu dapat banyak sahabat, Lebih banyak yang karena kaya lalu mendapat banyak penjilat

Sedikit sekali yang karena kaya jadi rendah hati dan bersyukur, Lebih banyak yang karena kaya jadi sombong dan serakah.

Jadilah orang kaya yang memiliki harta, Bukan harta yang memiliki kita…

********************************

MATA adalah jendela utama penghubung antara hati dgn dunia.
Melalui mata, HATI melihat dunia, melalui mata, INFO dunia masuk ke hati.

Kalau kita tidak bisa mengendalikan mata, maka kita tak bisa mengendalikan hati. Sebab pengendalian hati menjadi sia2 bila tidak diikuti dgn pengendalian indera (mata).

Kalau kita tidak bisa menjaga mata, maka kita tak pernah bisa menikmati ketenangan dan kedamaian hati. Pikiran kita kalut, keinginan kita tak terkendali, perasaan kita kacau. Sebab sampah dunia memenuhi hati kita.

JAGALAH MATA, pilihlah apa yg baik, benar dan bermanfaat untuk dilihat dan apa yg tidak. KUASAILAH MATA atau mata akan menguasai dan memperbudak hati dan pikiran kita.

*******************************

Kehidupan tidak menuntut kita untuk selalu sampai ke puncak. Kehidupan hanya meminta kita melakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan pada setiap tahap pengalaman.

Kehidupan memberi kita kesempatan setiap hari untuk mengembangkan segenap kemampuan dan potensi yang kita miliki hingga ke puncak.

Keberhasilan adalah meraih bagian tertinggi yang ada dalam diri kita. Dimanakah bagian tertinggi itu? Ketika kita memberi yang terbaik yang kita miliki disitulah bagian tertinggi, disitulah keberhasilan!

Kita tidak perlu membandingkan pencapaian kita dengan orang lain. Setiap orang memiliki bagian tertinggi yang berbeda. Bagian tertinggi yang kita miliki boleh jadi adalah bagian terendah orang lain.
Namun tolok ukur keberhasilan ada dalam diri kita masing-masing yaitu apakah Anda telah memberikan yang terbaik yang Anda miliki!

Bagian terbaik yang Anda berikan adalah bagian terindah yang akan menjadi kebahagiaan dan kemuliaan hidup Anda!

Orang yang telah memberikan yang terbaik untuk kebahagiaan orang banyak akan menikmati kedamaian dan sukacita nurani yang tak berkesudahan…

Anda tidak perlu bersusah hati dengan penilaian orang tapi bersusah hatilah karena Anda tak pernah berupaya memberi yang terbaik yang dapat Anda lakukan.

Walaupun apa yang anda lakukan bukanlah yang Terbaik dalam penilaian orang lain, Tetapi anda selalu mencoba untuk mempunyai niat yang baik dalam apa yang anda lakukan demi sebuah kebaikan

Menjadi baik , bukan harus menjadi yang Terbaik, Yang terpenting adalah niat baik dalam kebaikan yang dilakukan

Dalam kebaikan, tidaklah perlu untuk menjadi Terbaik.
Terbaik atau bukan Yang Terbaik , tidaklah menjadi hal penting lagi
Bila dalam apa yang dilakukan hanya semata-mata niat baik saja !

***************************************

Jangan pernah risaukan NIKMAT yg belum kita MILIKI, Tapi risaulah atas NIKMAT yang belum kita SYUKURI

Terkadang Allah SWT menganugerahkan NIKMAT melalui MASALAH & memberi MASALAH melalui NIKMAT

Semoga apa yang kita TERIMA hari ini merupakan NIKMAT dari Allah SWT untuk kita SYUKURI .. !!

Template by:

Free Blog Templates