Kamis, 25 Oktober 2012

Bagaimana Cangkir Anda !



Manusia dibilang ada kahidupan karena terdapat Ruhnya. Tempat bersemayam Ruh di Jasad. Jasad butuh penggerak yaitu akal. Dan supaya akal berfungsi, dibutuhkan bahan bakarnya yakni perasaan. Perasaan akan melahirkan perilaku. Ketika Anda berhasil mengemdalikan perasaan, maka perilaku anda positip.
Perasaan itu ibarat cangkir. Ketika bangun tidur, cangkir anda kosong. Isinya tergantung pilihan anda, dipenuhi dengan positif atau negatif. Saat kekamar mandi, ternyata kran air macet. Ada perasaan kesal, berarti cangkir anda mulai terisi. Lalu sarapan pagi, tak ada lauk pauk yang memadai. selanjutnya, menyiapkan alat/ berkas kerja, ada yang hilang. Berarti isi cangkir anda bertambah penuh dengan rasa kesal, dan akan bertambah cangkir anda dengan isi yang negatif. Pada saat inilah sifat mudah tersinggung dan marah gampang tersulut. Perilaku tak terkendali akan muncul dengan ungkapan kata-kata kasar, umpatan dan tindakan negatif lainnya.
Bisakah gangguan, kekurangan dan ketidaknyamanan hal-hal diatas ditanggapi dengan perasaan positif?
Jawabannya, tergantung tiap invidu dalam mengelola perasaan.
Orang yang terbiasa menanggapi sesuatu dengan positif, akan memandang segala masalah dari segi untungnya. Mereka melihat dan menghitung apa manfaat atau untungnya dari suatu kejadian dengan mengesampingkan kekurangannya. Fokus pada yang positif saja!
Contohnya Milyuner Richard Branson,mengubah masalah menjadi peluang. Dalam suatu perjalanan penerbangan, pesawatnya terjadi ganguan teknis dan keberangkatan mengalami penundaan (delay). Banyak penumpang kecewa, menggerutu dan tak berbuat apa-apa hanya diam menunggu perbaikan/penerbangan berikutnya. Namun, Branson memakai prespektif yang berbeda menanggapi masalah ini. Dia mendekati pesawat, mengumpulkan data, berapa biaya kalo di charter. Setelah kalkulasi dengan perhitungan cepat,diketahui ongkos charter pesawat 20.000.000, ada 52 penumpang. maka ambil papan kecil dengan tulisan ” salah satu cara cepat sampai tujuan dengan 390.000″. semua mendaftar dan terbanglah pesawat charterannya. Disamping masalah teratasi,dapat keuntungan juga. Inilah cikal bakal Branson punya perusahaan penerbangan.
Perasaan seperti suhu, selalu berubah ubah. Jangan sampai perasaan negatif mengisi cangkir anda. Kendalikan perasaan itu. Geser kearah positip.
Jika perasaan positip anda ditujukan pada seseorang,maka semua file-file kebaikan orang itu yang muncul dan menutup segala kekurangannya. sebaliknya, jika perasaan negatif yang anda tonjolkan, maka file2 kekurangan orang itu menampak pada pikiran anda dengan menghapus semua sifat kebaikan orang itu.
Karenanya isilah cangkir anda dengan yang positif saja agar kesabaran, ketenangan dan kesuksesan jadi perilaku. Jika cangkir anda diisi dengan negatif, maka perilaku anda jadi orang pemarah, kasar, dijauhi teman dan ujungnya anda tidak bisa sukses.

Read more: http://www.resensi.net/bagaimana-cangkir-anda/2012/09/#ixzz2AIklpSQp

Rabu, 17 Oktober 2012

Nahi Munkar KH. Hasyim Asy’ari dalam Bidang Akidah




 



Oleh: Kholili Hasib
HADRATUS Syeikh Hasyim Asyari, pendiri jam’iyah Nahdhatul Ulama’ (NU), pernah menceritakan tentang keadaan pemikiran kaum Muslimin di pulau Jawa. Cerita itu kemudian ditulis dalam salah satu kitabnya, Risalah Ahl al-Sunnah wal Jamaah. Selain dalam kitab tersebut, juga diuraikan dalam karya-karya lain, tentang ajaran-ajaran yang menyimpang yang harus diluruskan.
Kritik Kyai Hasyim terhadap bid’ah pemikiran di zaman itu juga dituangkan dalam buku-buku yang lain dan pidato-pidato muktamar.
Pada sekitar tahun 1330 H terjadi infiltrasi beragam ajaran dan tokoh-tokoh yang membawa pemikiran yang tidak sesuai dengan mainstream Muslim Jawa waktu, yakni berakidah Ahlussunnah wal Jama’ah.
Kyai Hasyim mengkritik orang-orang yang mengaku-ngaku pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, dengan menggunakan paradigma takfir terhadap madzhab lain, penganut aliran kebatinan, kaum Syiah Rafidhah, pengikut tasawwuf menyimpang yang menganut pemikiran Manunggaling Kawulo Gusti.
Organisasi yang beliau dirikan, NU, bertujuan memperbaiki keislaman kaum Muslim nusantara dengan cara membangkitkan kesadaran ulama-ulama’ Nusantara akan pentingnya amar ma’ruf nahi munkar. Diharapkan dengan wadah organisasi ini, para ulama’ bersatu padu membela akidah Islam.
Paradigma takfir, dalam bidang furu’, tidaklah tepat karena akan memcah belah kaum Ahlussunnah wal Jama’ah. Dalam menyikapi perbedaan furuiyah, Kyai Hasyim melarang untuk bersikap fanatik buta. Dalam al-Tibyan fi al-Nahyi ‘an Muqatha’ati al-Arham wa al-‘Aqarib wa al-Ikhwan beliau megatakan:
“Wahai para ulama’ yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap perkara-perakar furu’, dimana para ulama telah memiliki dua pendapat yaitu; setiap mujtahid itu benar dan pendapat satunya mengatakan mujtahid yang benar itu satu akan tetapi pendapat yang salah itu tetap diberi pahala. Tinggalkanlah fanatisme dan hindarilah jurang yang merusakkan ini (fanatisme). Belalah agama Islam, berusahalah memerangi orang yang menghina al-Qur’an, menghina sifat Allah dan perangi orang yang mengaku-aku ikut ilmu batil dan akidah yang rusak. Jihad dalam usaha memerangi (pemikiran-pemikiran) tersebut adalah wajib” (al-Tibyan, hal. 33).
Ia mendorong keras kepada para ulama’ untuk bersama-sama membela akidah Islam. Maka, seruan untuk tidak fanatik buta terhadap pendapat ijtihad merupakan salah satu cara untuk menggalang kekuatan pemikiran dalam satu barisan.
Jika berdakwah dengan orang yang berbeda madzhab fikihnya, ia melarang untuk bertindak keras dan kasar, tapi harus dengan cara yang lembut. Sebaliknya, orang-orang yang menyalahi aturan qath’i tidak boleh didiamkan. Semuanya harus dikembalikan kepada akidah yang benar.
Aliran Syiah, yang dinilai mencaci sahabat Abu Bakar dan Umar adalah aliran yang dilarang untuk diikuti. Bagaimana bermuamalah dengan penganut Rafidhah? Beliau mengutip penjelasan Qadhi Iyadh tentang hadits orang yang mencela sahabat, bahwa ada larangan untuk shalat dan nikah dengan pencaci maki sahabat tersebut. Karena mereka sesungguhnya menyakiti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Pada masa lalu di Jawa juga telah muncul ajaran ibahiyyah. Kelompok ini mengajarakan pengguguran kewajiban syariah. Dijelaskannya, jika seseorang telah mencapai puncak mahabbah (cinta), hatinya ingat kepada Sang Maha Pencipta, maka kewajiban menjalan syariat menjadi gugur. Ibadah cukup hanya dengan mengingat Allah saja. Kyai Hasyim menyebut mereka sebagai kelompok sesat dan zindiq (Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah, hal. 11).
Ajaran-ajaran lain yang menyusup merusak tasawwuf adalah ajaran inkarnasi, dan Manunggaling Kawula Gusti. Menurut beliau orang yang meyakini inkarnasi telah mendustakan firman Allah swt dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam. Ajaran Manunggaling Kawula Gusti merusak telah merusak ajaran tasawwuf. Ajaran ini menyimpangkan karena mengajarkan panteisme.
Menurut Kyai Hasyim, konsep penyatuan wujud yang ada pada para ulama’ sufi dahulu bukanlah panteisme bukan pula pluralisme, tapi penyatuan itu hanya dalam konteks hierarki wujud, antara wujud makhluk dan wujud Allah. Tidak dipungkiri ajaran tersebut sengaja dirusak untuk menyimpangkan ajaran tasawwuf para ulama’-ulama’ terdahulu. Mereka ini disebut orang jahil yang sok bertasawwuf.
Dalam kitab Al-Dhurar al-Muntastiro fi Masa’ili al-Tis’i ‘Asyarah Syeikh Hasyim memberi penjelasan-penjelasan ringkas dan padat tentang konsep-konsep kewalian dan tasawwuf. Di situ, terdapat penjelasan penting. Bahwasannya, jika ada seorang mengaku wali lantas melakukan hal-hal ‘aneh’, namun mengingkari syariat maka -- menurut beliau -- dia bukan wali, tapi sedang ditipu setan.
Beliau mengatakan bahwa, siapapun diwajibkan untuk melaksanakan syariat. Tidak ada perbedaan antara seorang santri, kyai, orang awam dan wali, semuanya sama diwajibkan menjalankan perintah syariah.
Ia mengatakan, “Tidak ada namanya wali yang meninggalkan kewajiban syariat. Apabila ada yang mengingkari syariat maka ia sesungguhnya mengikuti hawa nafsunya saja dan sedang tertipu setan”.
Penjelasan-penjelasan tersebut merupakan usaha Kyai Hasyim untuk membendung keyakinan yang mendekonstruksi akidah Ahlussunnah wal Jama’ah di kalangan jam’iyah NU secara khusus dan umat Islam di Nusantara secara umum.
Bahkan menurutnya, kelompok-kelompok yang menyimpang tersebut lebih berbahaya bagai kaum Muslimin daripada kekufuran lainnya. Sebab, kalangan Muslim awam mudah terkecoh dengan penampilan mereka, apalagi bagi kalangan yang awam dalam bahasa arab dan syariat. Mereka wajib dibendung. Tapi beliau mengingatkan, bahwa nahi munkar terhadap aliran ‘nyeleneh’ tersebut harus dilakukan sesuai petunjuk syariat. Tidak boleh nahi munkar dengan cara munkar pula atau menimbulkan fitnah baru. Sehingga tidak menyudahi kemungkaran namun akan menambah kemungkaran itu sendiri, yakni menambah umat Islam makin menyimpang akidahnya. Sebagaimana dilarangnya sedekah dengan harti hasil curian. Tapi di sini bukan larangan nahi mungkar dengan ‘tangan’, namun yang dilarang  adalah yang melanggar syariat.*
Penulis adalah alumni ISID Gontor, peneliti InPAS, Surabaya

Selasa, 16 Oktober 2012

Dua Kesalahan Panitia Penyembelihan Hewan






Setidaknya ada dua kesalahan yang sangat fatal namun seringkali justru dilakukan berulang-ulang dari tahun ke tahun oleh para panitia penyembelihan hewan udhiyah.
Kesalahan pertama adalah menjual sebagian dari hasil sembelihan qurban. Hukum dasarnya haram, dengan pengecualian dalam kasus tertentu.
Kesalahan kedua adalah kebiasaan memberi upah pada jagal dari hasil sembelihan qurban. Berikut penjelasannya.

KESALAHAN PERTAMA : Menjual Daging Udhiyah

Yang dilarang sebenarnya bukan hanya menjual dagingnya, tetapi semua yang termasuk bagian dari tubuh hewan udhiyah hukumnya tidak boleh diperjual-belikan.
Sayangnya, justru kita sering kali menyaksikan bahwa kulit, wol, rambut, kepala, kaki, tulang dan bagian lainnya, diperjual-belikan oleh panitia.
Mungkin tujuannya baik, yaitu untuk membiayai proses penyembelihan, bukan untuk dijadikan keuntungan atau upah.
Namun larangan menjual bagian-bagian tubuh itu bersifat mutlak, tidak berubah menjadi halal hanya lantaran tujuannya untuk kepentingan penyembelihan juga.
1. Dalil Larangan

Dalil terlarangnya hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa , Nabi SAW bersabda :

مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَّتِهِ فَلاَ أُضْحِيَّةَ لَهُ

Siapa menjual kulit hasil sembelihan qurban, maka tidak ada qurban baginya. (HR. Al Hakim).
Selain larangan dari hadits di atas, ’illat kenapa menjual bagian tubuh hewan udhiyah dilarang adalah karena qurban disembahkan sebagai bentuk taqarrub pada Allah yaitu mendekatkan diri pada-Nya, sehingga tidak boleh diperjualbelikan.
Sama halnya dengan zakat. Jika harta zakat kita telah mencapai nishab (ukuran minimal dikeluarkan zakat) dan telah memenuhi haul (masa satu tahun), maka kita harus serahkan kepada orang yang berhak menerima tanpa harus menjual padanya.
Jika zakat tidak boleh demikian, maka begitu pula dengan qurban karena sama-sama bentuk taqarrub pada Allah. Alasan lainnya lagi adalah kita tidak diperkenankan memberikan upah kepada jagal dari hasil sembelihan qurban sebagaimana nanti akan kami jelaskan.
Dari sini, tidak tepatlah praktek sebagian kaum muslimin ketika melakukan ibadah yang satu ini dengan menjual hasil qurban termasuk yang sering terjadi adalah menjual kulit. Bahkan untuk menjual kulit terdapat hadits khusus yang melarangnya.
Larangan menjual hasil sembelihan qurban adalah pendapat para Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad. Imam Asy-Syafi’i mengatakan :
“Binatang qurban termasuk nusuk (hewan yang disembelih untuk mendekatkan diri pada Allah). Hasil sembelihannya boleh dimakan, boleh diberikan kepada orang lain dan boleh disimpan. Aku tidak menjual sesuatu dari hasil sembelihan qurban.
Barter antara hasil sembelihan qurban dengan barang lainnya termasuk jual beli.
Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat dibolehkannya menjual hasil sembelihan qurban, namun hasil penjualannya disedekahkan.
Akan tetapi, yang lebih selamat dan lebih tepat, hal ini tidak diperbolehkan berdasarkan larangan dalam hadits di atas dan alasan yang telah disampaikan.
Catatan penting yang perlu diperhatikan: Pembolehan menjual hasil sembelihan qurban oleh Abu Hanifah adalah ditukar dengan barang karena seperti ini masuk kategori pemanfaatan hewan qurban menurut beliau.
Jadi beliau tidak memaksudkan jual beli di sini adalah menukar dengan uang. Karena menukar dengan uang secara jelas merupakan penjualan yang nyata. Inilah keterangan dari Syaikh Abdullah Ali Bassam dalam Tawdhihul Ahkam dan Ash Shan’ani dalam Subulus Salam.
Sehingga tidak tepat menjual kulit atau bagian lainnya, lalu mendapatkan uang sebagaimana yang dipraktekan sebagian panitia qurban saat ini. Mereka sengaja menjual kulit agar dapat menutupi biaya operasional atau untuk makan-makan panitia.
Tentang menjual kulit qurban, para ulama berbeda pendapat:

Pertama: Tetap terlarang.
Ini pendapat mayoritas ulama berdasarkan hadits di atas. Inilah pendapat yang lebih kuat karena berpegang dengan zhahir hadits (tekstual hadits) yang melarang menjual kulit sebagaimana disebutkan dalam riwayat Al-Hakim. Berpegang pada pendapat ini lebih selamat, yaitu terlarangnya jual beli kulit secara mutlak.

Kedua: Boleh, asalkan ditukar dengan barang (bukan dengan uang).
Ini pendapat Abu Hanifah. Pendapat ini terbantah karena menukar juga termasuk jual beli. Pendapat ini juga telah disanggah oleh Imam Asy-Syafi’i dalam kitab Al-Umm.
Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Aku tidak suka menjual daging atau kulitnya. Barter hasil sembelihan qurban dengan barang lain juga termasuk jual beli.”

Ketiga: Boleh secara mutlak.
Ini pendapat Abu Tsaur sebagaimana disebutkan oleh An Nawawi. Pendapat ini jelas lemah karena bertentangan dengan zhahir hadits yang melarang menjual kulit.
Sebagai nasehat bagi yang menjalani ibadah qurban: Hendaklah kulit tersebut diserahkan secara cuma-cuma kepada siapa saja yang membutuhkan, bisa kepada fakir miskin atau yayasan sosial. Setelah diserahkan kepada mereka, terserah mereka mau manfaatkan untuk apa.
Kalau yang menerima kulit tadi mau menjualnya kembali, maka itu dibolehkan. Namun hasilnya tetap dimanfaatkan oleh orang yang menerima kulit qurban tadi dan bukan dimanfaatkan oleh shohibul qurban atau panitia qurban (wakil shohibul qurban).
Diharamkan untuk menjual bagian dari tubuh hewan yang telah disembelih sebagai udhiyah.
Dalam masalah menyembelih hewan qurban, kita mengenal dua pihak. Pihak pertama adalah pihak yang beribadah dengan menyembelih hewan qurban. Pihak kedua adalah mustahiq, yaitu fakir miskin yang menerima pemberian.
Dalam masalah pembagian daging hewan qurban, kedua belah pihak sebenarnya sama-sama berhak untuk memakannya. Jadi yang berkurban boleh makan dan yang berhak (mustahiq) juga boleh makan.
Bedanya, kalau pihak yang berqurban, hanya boleh makan saja sebagian, tapi tidak boleh menjualnya. Misalnya, ketika menyembelih seekor kambing, dia boleh mendapatkan misalnya satu paha untuk dimakan.
Tapi kalau timbul niat untuk menjual paha itu ke tukang sate, meski niatnya agar duitnya untuk diberikan kepada fakir miskin juga, secara hukum ritual qurban, hal itu tidak bisa dibenarkan.
Maka hal yang sama berlaku juga bila yang dijual itu kulit, kaki dan kepala hewan qurban. Hukumnya tidak boleh dan merusak sah-nya ibadah qurban.
Dalilnya adalah khabar berikut ini:

مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَتِهِ فَلاَ أُضْحِيَّةَ لَهُ

Orang yang menjual kulit hewan qurban, maka tidak ada qurban baginya. (HR Al-Hakim)
Ketidak-bolehan seorang yang menyembelih hewan qurban untuk menjual kulitnya bisa kita dapati keterangannya dalam beberapa kitab. Antara lain
- Kitab Al-Mauhibah jilid halaman 697,
- Kitab Busyral-Kariem halaman 127,
- Kitab Fathul Wahhab jilid 4 halaman 196
- Kitab Asnal Matalib jilid 1 halaman 125.


KESALAHAN KEDUA : Mengupah Jagal Dengan Bagian Tubuh Hewan

Contoh larangan yang sering dilanggar lainnya adalah memberi upah untuk jagal dan para panitia yang ikut membantu proses penyembelihan, pembersihan, penimbangan dan pembagian daging dengan memberikan juga ’jatah’, baik daging atau bagian dari tubuh hewan udhiyah lainnya.
Barangkali logika yang digunakan adalah logika amil zakat, dimana amil zakat berhak mendapatkan 1/8 dari harta zakat yang dikumpulkannya. Sehingga jagal dan para panitia, menurut logika itu, seharusnya juga dapat jatah, kalau perlu jatahnya harus lebih besar dari jatah buat orang-orang.
Logika seperti ini nampaknya harus diluruskan, sebab yang menggunakan logika ini ternyata bukan hanya orang-orang awam, bahkan para kiyai, ustadz, tokoh agama dan para penceramah pun, ikut-ikutan memberikan legitimasi atas hal ini. Tentu semua melakukannya tidak berdasarkan ilmu, melainkan hanya sekedar ikut-ikutan belaka tanpa dasar yang pasti.
Padahal sebenarnya ada dalil yang tegas melarang hal ini, misalnya riwayat yang disebutkan oleh ‘Ali bin Abi Thalib,

أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لاَ أُعْطِىَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ : نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا

Rasulullah SAW memerintahkanku untuk mengurusi unta-unta qurban beliau. Aku mensedekahkan daging, kulit, dan jilalnya (kulit yang ditaruh pada punggung unta untuk melindungi dari dingin). Aku tidak memberi sesuatu pun dari hasil sembelihan qurban kepada tukang jagal. Beliau bersabda, “Kami akan memberi upah kepada tukang jagal dari uang kami sendiri”.
Dari hadits ini, An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh memberi tukang jagal sebagian hasil sembelihan qurban sebagai upah baginya. Inilah pendapat ulama-ulama Syafi’iyah, juga menjadi pendapat Atho’, An-Nakha’i, Imam Malik, Imam Ahmad dan Ishaq.”
Namun sebagian ulama ada yang membolehkan memberikan upah kepada tukang jagal dengan kulit semacam Al-Hasan Al-Bashri. Beliau mengatakan, “Boleh memberi jagal upah dengan kulit.” An-Nawawi lantas menyanggah pernyataan tersebut, “Perkataan beliau ini telah membuang sunnah.”
Sehingga yang tepat, upah jagal bukan diambil dari hasil sembelihan qurban. Namun shohibul qurban hendaknya menyediakan upah khusus dari kantongnya sendiri untuk tukang jagal tersebut.
Demikian pembahasan kami seputar pemanfaatan hasil sembelihan qurban yang terlarang dan yang dibolehkan. Semoga Allah memudahkan kita beramal sholih dan menjauhkan dari apa yang Dia larang. Semoga Allah memberikan kita petunjuk, sikap takwa, keselamatan dan kecukupan.

Panitia

Sedangkan panitia yang dititipi amanah untuk menyembelih, justru dilarang untuk mendapatkan bagian dari daging itu secara langsung, kecuali lewat jalur lainnya. Larangan itu ada di dalam hadits berikut ini.
Dari Ali radhiyallahuanhu berkata,"Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku menyembelih unta dan menyedekahkan dagingnya dan kulitnya. Tapi tidak boleh memberikan kepada penyembelihnya." Beliau berkata, "Kami memberi upah kepada penyembelih dari uang kami sendiri." (di luar hewan qurban). (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain dari Muslim disebutkan, "Tidak boleh dikeluarkan dari daging itu biaya untuk penyembelihannya."
Maka yang paling aman dalam masalah ini adalah bila ada akad dimana salah seorang pemberi hewan qurban menghadiahkan bagiannya untuk dimakan para panitia. Bisa sebagai hadiah atau bisa juga sebagai sedekah. Tetapi bukan sebagai upah apalagi bayaran.
Misalnya, ada salah seorang yang berqurban kambing menitipkan penyembelihan hewannya pada satu panitia tertentu, sambil mengatakan bahwa sebagian dari dagingnya dihadiahkan kepada para pantia untuk makan siang. Tentu hal ini boleh, karena pihak yang berqurban memang punya hak untuk memakan dagingnya atau menyedekahkannya atau memberikan daging itu sebagai hadiah.
Bahkan kalau ada di antara panitia itu yang ikut berqurban, lalu dia memberikan sebagian dari daging hewan yang diqurbankannya itu untuk makan para panitia, tentu akan lebih utama.
Namun bila inisiatif mengambil daging qurban itu hanya datang dari panitia semata, sedangkan pihak yang berqurban sama sekali tidak mengetahui, apalagi sampai tidak setuju bila mengetahuinya, tentu saja hal itu harus dihindari.
Terutama sekali bila akadnya hanyalah panitia itu membantu menyembelihkan dan membagikan, sama sekali tidak ada akad memberi hadiah atau sedekah kepada panitia.
Maka panitia dilarang mengambil daging hewan itu. Yang dibolehkan adalah panitia meminta uang jasa penyembelihan dan pendistribusian, di luar harga hewan yang diqurbankan.
Panitia juga dilarang menjadikan kebolehan memakan sebagian daging itu sebagai syarat dari kesediaan mereka menerima penyembelihan hewan qurban. Maksudnya, tidak boleh hukumnya bila panitia mensyaratkan kepada khalayak, siapa saja yang meminta jasa mereka untuk menyembelihkan hewan qurban, panitia berhak atas sebagian daging itu. Maka persyaratan seperti ini dilarang, karena hewan itu bukan hak panitia secara spontan.
Intinya, panitia berhak atas daging hewan qurban itu selama mereka diberikan sebagai hadiah atau sedekah, bukan sebagai ‘pembayaran’ atas jasa panitia.

Sumber: Ust Ahmad Sarwat
http://zilzaal.blogspot.com/2012/10/dua-kesalahan-panitia-penyembelihan.html

Rezeki yang Tertahan




Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi, benar atau tidak cara mendapatkannya.

Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang dan lainnya.

Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan oleh masalah pembagian rezeki ini. Dia merasa rezekinya sedang seret, padahal sudah berusaha maksimal mencarinya.

Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla menahan rezeki yang bersangkutan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.

Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Kita menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal, Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. “Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS. Ath-Thalaq [63]: 3).

Kedua, karena dosa. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad).

Ketiga, bermaksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi, manipulasi, akan membuat rezeki kita tidak berkah.

Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia dan tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita telanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.

Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Banyak aktivitas kita yang membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh. Kita disibukkan oleh kerja, sehingga lupa shalat, lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, lupa menuntut ilmu agama, lupa menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Akibatnya, pekerjaan kita tidak berkah.

Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat pada Allah. Sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.

Kelima, enggan bersedekah. Siapa pun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan, serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh butir, yang pada tiap-tiap butir itu terurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. (QS al- Baqarah [2]: 261). Wallahu a’lam.




Oleh: Abu Albi Bambang Wijonarso
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/09/05/m9v6eu-rezeki-yang-tertahan

Kamis, 11 Oktober 2012

Kucing dan Kedudukannya Dalam Pandangan Islam


Photo © Naturfotografie / Stefan Betz
Banyak mitos yang bertebaran disetiap kehidupan kucing mulai dari memiliki 9 nyawa hingga sebagai jelmaan dewa. Seperti yang terjadi pada masa dinasti Fir’aun 3000 tahun yang lalu, kucing amat dipuja karena dianggap sebagai titisan dewa.
Lain di Mesir lain pula di Eropa, di dataran ini kucing dianggap sebagai sihir setan atau pembawa bencana. Tak pelak lagi, pada masa abad kegelapan terjadi pemusnahan besar-besaran terhadap hewan lucu ini, hingga menyebar ke Afrika Utara. Padahal, wabah yang oleh masyarakat saat itu dianggap sebagai kutukan adalah jenis penyakit pes yang diakibatkan oleh meledaknya populasi tikus dan penurunan populasi kucing sebagai predator.
  • Jual Jaket Motor Respiro Anti Angin dan Anti Air Cocok dipakai Harian maupun Touring
    www.JaketRespiro.com
  • Plus 4.000 artikel Islami, 6.000 kitab, serta nasyid walimah & jihad.
    digitalhuda.com/?f1
  • Peluang Usaha Sambil Ibadah, Perwakilan Biro Umrah-Haji Plus dan Raih Reward Ratusan Juta Rupiah.
    www.rumahhajidanumrah.com
  • Sedia Baju Hamil, Baju Menyusui, Celana Hamil, Bra Menyusui, Nursing Pillow, Nursing Apron, dll.
    www.hamil-menyusui.com
Nabi Muhammad SAW dan Kucing Kesayangannya
Didalam perkembangan peradaban islam, kucing hadir sebagai teman sejati dalam setiap nafas dan gerak geliat perkembangan islam.
Nabi Muhammad memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.
Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.
Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhari, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seorang wanita dimasukkan kedalam neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada di lantai” (HR. Bukhari).
Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
Penghormatan Para Tokoh Islam Terhadap Kucing
Pada abad ke-13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat Islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para Khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Bahkan di dunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, pada masa dinasti Mamluk, Baybars Al Zahir, seorang Sultan yang juga pahlawan garis depan dalam Perang Salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan di dalamnya. Tradisi ini telah menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara Islam.
Hingga saat ini, mulai dari Damaskus, Istanbul, hingga Kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.

Keistimewaan Kucing

Nabi menekankan di beberapa hadits bahwa kucing itu tidak najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci.
Kenapa Rasulullah SAW berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis?
Fakta Ilmiah 1
Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia.
Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya. Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.
Fakta Ilmiah 2
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.
Hasil yang Didapatkan
  1. Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.
  2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
  3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.
  4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
  5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.
  6. Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.
Komentar Para Dokter Peneliti
  1. Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing.
  2. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
  3. Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing,
  4. Manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia.
  5. Dokter hewan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bemama lysozyme.
  6. Kucing tidak suka air karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll)
  7. Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air.
  8. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.
Fakta Ilmiah 3
Dan hasil penelitian kedokteran dan percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih daripada manusia.
Fakta Ilmiah Tambahan
Zaman dahulu kucing dipakai untuk terapi. Dengkuran kucing yang 50Hz baik buat kesehatan selain itu mengelus kucing juga bisa menurunkan tingkat stress.
Sisa makanan kucing hukumnya suci. Hadist Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.
Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang rumahan),” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu.
Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”
Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.
Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing.” (H.R Al Baihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).
Hadits ini diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya adalah suci, Liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih bersih daripada manusia. Mungkin ini pula-lah yang menyebabkan mengapa Rasulullah SAW sangat sayang kepada Muezza, kucing peliharaannya.


Rep/Red: Farid Zakaria
Sumber: Islampos / Eramuslim

Selasa, 09 Oktober 2012

Ka’bah dan Yahudi




Oleh: Bambang Sukirno
Sang waktu terus berlalu. Tak terasa musim haji kembali tiba. Tiga juta muslim dari segala penjuru kini tumpah-ruah di bumi bersejarah Makkah. Mereka bersimpuh di hadapan Ka’bah, kiblat seluruh muslim dunia. Nabi Ibrahim AS telah tiada, namun kedalaman tauhid Khalilullah beserta keluarganya selalu dikenang hingga kini. Pengabdian yang tulus kepada Rabbnya, tidak pernah membuat mereka menawar perintah Allah Ta’ala. Meski kadang perintah itu tak masuk nalar manusia. Kini, mata seluruh muslim dunia tertuju ke sana. Mereka yang beragam suku dan budaya disatukan dengan satu syi’ar: “Labbaik, Allahumma labbaik… Labbaik laa syarikalaka labbaik…”
Ka’bah yang menjadi sentral, selalu memunculkan kedengkian dari dulu kala. Raja Abrahah, pernah membangun tempat ibadah begitu besar dan indah di Yaman untuk menandingi keagungannya. Tapi, seorang arab badui justru membuang hajat di sana. Abrahah marah dibuatnya. Dengan tentara gajah, ia ngelurug ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Niat itu tidak terwujud, karena seperti kata Abdul Muthallib, “Ka’bah itu milik Allah, Dia yang akan menjaganya.” Burung Ababil pun berpesta pora.
Ka’bah juga memunculkan kecemburuan bangsa Yahudi. Saat di Madinah, mereka berdebat soal rumah ibadah pertama di dunia. Yahudi bersikeras bahwa di Baitul Maqdis rumah ibadah pertama dibangun. Sampailah hal ini ke telinga Nabi Saw. Allah kemudian menjawab melalui firman-Nya, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadat manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi …” (QS 3: 96).
Saat ditegaskan bahwa agama selain Islam tertolak, orang Yahudi berkata, ‘kalau begitu kami Islam’. Saat ditandaskan, ‘kalau kalian Islam, Allah mewajibkan haji untuk kaum muslimin ke Mekkah.’ Namun, gengsi yang begitu tinggi membuat mereka berujar, ‘yang demikian tidak pernah diwajibkan atas kami.’ Itu sebabnya, dalam ayat selanjutnya disebutkan, “Katakanlah, Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?”. Demikian asbabun-nuzul menyebutkan.
Apa yang melatarbelakangi sikap Yahudi? Tak lain adalah klaim mereka sebagai ‘bangsa pilihan’ yang akan mendapat ‘tanah yang dijanjikan’. Meski pensifatan dalam kitab suci mereka mengarah bahwa hal itu sudah muncul; bahwa umat yang dipilih adalah Muhammad Saw; dan tanah yang dipilih adalah Makkah, namun mereka tak menerima kenyataan ini. Kedengkian membutakan mereka hingga selalu mencari dan mencari. Dan itu berlangsung hingga kini.  Zionisme kemudian dibentuk untuk menyambut ilusi ‘jadwal Tuhan’.
Erzt Israel (negara Israel) kemudian menjadi missi yang ditetapkan. Yahudi bermimpi mendatangkan masa keemasan kerajaan Israel di era Nabi Daud dan Sulaiman dulu. Tiba-tiba, bangsa yang gemar membunuh Nabi utusan Allah ini, merasa sebagai ahli waris. Padahal sejarah mencatat, bagaimana ideologi paganisme Mesir kuno begitu mengakar dalam bangsa ini dan bukan tauhid; ajaran para Nabi. Bukankah mereka pernah meminta dibuatkan patung sapi sesaat setelah diselamatkan Nabi Musa dari Fir’aun? Secara biologis mungkin mereka bisa mengklaim sebagai anak turun Nabi Israel, namun secara ideologis, terlalu jauh untuk menyebut mereka sebagai pewaris.
Negara Israel impian dideskripsikan lokasinya ‘dari sungai Nil sampai sungai Eufrat Tigris’. Dalam Konperensi Perdamaian di Versailles pada 1919, batas wilayah negara Israel selanjutnya ditetapkan: di Utara meliputi Shaida (Lebanon) dan Damsyiq (Suriah), di Timur mencakup Amman (Yordania) dan Aqaba, sedang di Barat sampai di El-Arish Mesir. Luas Erzt Israel dengan demikian sama dengan dua kali lipat luas wilyah Israel sekarang. Demikianlah, ekspansi perluasan wilayah Israel nampaknya tinggal soal waktu. Dan konflik di Timur Tengah, belum ada tanda-tanda akan padam.
Dan inilah sumber banyak konflik di dunia hari ini. Ambisi Israel yang didukung negara Barat memparadekan kedhaliman secara kasat mata. Bangsa Barat seolah menafikan lolongan dan protes bangsa lain. Lembaga Internasional semacam PBB juga mandul, karena sejatinya merekalah yang menerbitkan akte notaris berdirinya Israel di Palestina. Dan inilah pemicu yang menggerakkan banyak pemuda untuk membela saudaranya… dengan segenap cara dan keyakinannya. Tak terkecuali, Usamah bin Laden. Ia harus meninggalkan kasur empuk, berpindah ke goa-goa Afghanistan demi membuat perhitungan.
Popularitas Israel sebagai bangsa cerdas, tidaklah diragukan. Ragam kekuatan yang mereka miliki dari ekonomi, militer dan lobi membuat seolah mereka bisa berbuat apa saja. Yahudi sadar, bahwa potensi ancaman atas missi Israel Raya adalah Islam. Karena selain lokasinya di negeri muslim, Islam juga memiliki ideologi jihad. Dan ideologi jihad disemai di pesantren-pesantren juga di komunitas-komunitas pengajian. Terbitlah sandi ‘war on terror’ yang membidik pusat persemaian ideologi jihad. Dan penguasa-penguasa negeri muslim, turut menari dalam gendangan itu. Banyak program digelar dan direncanakan, dari yang soft hingga yang hard. Dolar Amrik mengalir ke kantong-kantong para Kyai juga Polisi.
Coba kita perhatikan diskusi-diskusi akhir-akhir ini. Orang muslim sendiri sibuk mencari akar persoalan terorisme. Dan akar itu, selalu diarahkan ke Islam dan jihad tanpa berusaha kritis terhadap kedhaliman Yahudi di Timur Tengah. Juga tanpa ada sedikit ‘empati’ bahwa perlawanan pemuda muslim  hari ini di dunia, hanyalah reaksi dari sebuah aksi. Para pemuda itu hanyalah terpanggil secara aqidah, meski kadang ada sikap ghuluw (berlebihan) dari mereka yang memiliki semangat over dosis. Begitulah, tak ada yang memiliki kemauan politik serius dalam menangani akar terorisme.
Tapi itulah dinamika hidup; sunnatullah yang terus berjalan. Front-front begitu jelas. Kubu-kubu juga begitu tegas. Banyak pihak berharap konflik bisa diredam. Dan itu adalah kemauan siapapun yang memiliki akal sehat. Hanya, seiring tidak ada kemauan positif dari Yahudi dan Barat, nampaknya konflik belum akan berhenti. Disini kita melatakkan nubuat Rasulullah, bahwa pernah beliau meramalkan akan eksistensi thaifah manshurah (kelompok yang mendapat kemenangan). Kelompok yang menjadikan jihad sebagai jalan perjuangannya. Kelompok yang selalu melawan kedhaliman. Secara khusus, hadits-hadits yang memuat thaifah manshurah bahkan ada yang menyebut daerah Syam sebagai maqor (benteng). Penyebutan ini menunjukkan betapa penting daerah Syam sebagai pusat wilayah konflik. Dan Syam dalam peta lama, adalah Palestina, Yordania, Libanon, Suriah; dalam peta sekarang.
Dalam nubuat juga, kelak peperangan akan dimenangkan oleh kaum muslimin. Bukhari dan Muslim meriwayatkan, “Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi, lalu membunuh mereka, sehingga seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon berkata: Hai Muslim! Hai hamba Allah! Ini Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia! Kecuali pohon ghorqod, maka itu adalah dari pohon-pohonnya orang Yahudi. ”
Begitulah babak akhir itu nantinya. Yahudi sendiri mengimani natijah akhir dari perseteruan ini. Sampai-sampai Jewish National Fund (www.jnf.org) melakukan gerakan penanaman pohon ghorqod. Melalui situs, kaum Zionis ini melakukan penjualan ghorqod secara online dengan US $ 18. Barangsiapa membeli 3 batang bonus 1 batang. Pohon tersebut akan disumbangkan untuk Israel dan ditanam disana. Disebutkan, bahwa sebanyak 220 juta batang ghorqod kini telah ditanam di Palestina. Begitulah mereka meyakini. Tapi sayang seribu sayang, tidak sedikit umat Islam yang kurang meyakini babak akhir ini. Hingga mereka lebih memilih bersekutu dengan Yahudi dalam amal ketimbang berpihak kepada muslim sendiri.
Momenum haji seharusnya menyadarkan umat Islam akan banyak hal. Tentang tauhid, tentang kedengkian Yahudi, dan tentang keharusan persatuan ummat. Selamat menunaikan ibadah haji. Semoga menjadi haji mabrur.
eramuslim.com

JALANI SAJA


cerita motivasiPerjalan hidup memang tidak mudah, segala masalah selalu menghampiri kita. Banyak orang yang tidak mau menyelesaikan masalahnya dengan baik, lari dari masalah, melampiaskan masalahnya dengan berbagai hal, seperti Narkoba, minum-minuman keras, membunuh dan lain-lain.
Banyak orang cerdas di dunia ini, namun kecerdasan itu terkadang tidak di gunakan untuk kebaikan sesama, orang cerdas terkadang malah merugikan orang lain.
Aku pernah menghadapi masalah yang bagi aku itu masalah yang serius, yaitu masalah keluarga. ketika itu keluarga kami hidup harmonis, tetapi kehidupan itu tidak berujung lama, karena terjadi konflik besar dalam keluarga. aku terpukul oleh kejadian itu, kakak, abang, bapak dan keluarga besar aku jadi kacau.
Orang-orang yang biasa ramai dalam rumah, penuh canda tawa, sekarang menjadi tegang. mereka pada lari dari rumah, sempat terlintas dalam pikiran, bahwa aku juga ingin lari dari rumah, dan ingin rasanya bunuh diri, karna semua keluarga aku tidak ada yang baikan lagi.Karena aku tidak ingin hidup penuh dengan dendam. akhirnya aku mencoba bertahan dalam situasi yang sulit, dan aku terus berdoa. satu tahun lamanya mereka sudah mulai mendekat kembali ke rumah lagi. hati aku sangat senang.
hikmah yang aku dapat ialah, bahwa jangan cepat lari dari masalah hidup, penyelesaian masalah tidak gampang, jadi bersabarlah dan teruslah berdoa. lari tidak akan pernak bisa menyelesaikan masalah.
salam damai…

Pencarian

DOA DAN DZIKIR


Keselamatan memiliki sepuluh bagian, yang sembilan diantaranya terdapat dalam diam kecuali dzikir kepada-Nya dan yang satunya adalah menjauhi pergaulan dengan orang-orang bodoh. Berdzikir kepada-Nya diantara orang-orang lalai, seperti pohon yang hijau ditengah-tengah tanaman yang kering. Diantara indera-indera lahiriah, tidak ada yang lebih mulia daripada mata, maka jangan kalian penuhi semua keinginannya karena ia melalaikan dari berdzikir kepada-Nya.
Pemenuhan doa bukan sebab dari apa yang diinginkan pendoa, tetapi diberikan karena itulah yang terbaik yang diinginkan-Nya untuk para pendoa. Doa adalah kunci rahmat. Orang yang berdoa dengan tulus pasti akan mendapat salah satunya yaitu dosa yang diampuni, kebaikan yang disegerakan atau keburukan yang ditangguhkan.
Apakah sebanding dosa-dosa yang naik kepada-Nya dengan kemuliaan-Nya?, Apakah ibadah yang dipersembahkan kepada-Nya sebanding dengan nikmat-Nya?, sesungguhnya setiap hamba ingin menenggelamkan dosa-dosanya kedalam kemuliaan-Nya, sebagaimana tenggelamnya amal-amal kedalam nikmat-nikmat-Nya. (Ali bin Abi Thalib r.a)
Rasulullah Saw bersabda: Allah berfirman: Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku sendiri untuk berbuat aniaya. Maka kalian jangan saling menzalimi sesama kalian. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu semua adalah orang-orang yang tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk. Hai hamba-hamba-Ku, kalian adalah orang-orang yang lapar, kecuali orang-orang yang Aku beri makan. Hai hamba-hamba-Ku sekiranya generasi pendahulu kalian dan generasi yang terakhir, mereka berdiri disuatu dataran tinggi, lalu mereka semua meminta kepada-Ku, maka Aku kabulkan permintaan tiap-tiap orang, hal ini sama sekali tidak mengurangi apa-apa yang ada pada-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya ini semua adalah amal-amal perbuatanmu sendiri, Aku hitung untuk kamu tanpa Aku kurangi, maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah dia memuji Allah SWT dan barangsiapa mendapatkan yang tidak demikian itu, hendaklah dia mencerca dirinya sendiri [HR. Bukhari]
Rasulullah Saw bersabda: Doa seseorang itu akan dikabulkan selagi dia tidak terburu-buru menyebabkan dia berkata: Aku Berdoa Tetapi Tidak Dikabulkan [HR. Bukhari]
Rasulullah Saw bersabda: Tidak ada seorang muslim yang menghadapkan mukanya kepada Allah untuk berdoa, kecuali Allah memberikannya, kadang dipercepat dan kadang diperlambat [HR. Ahmad]
Rasulullah Saw bersabda: Perbanyaklah berbuat baik agar orang-orang mendoakan kebaikan untukmu, karena sesungguhnya seorang hamba itu tidak mengetahui, melalui lisan siapakah doanya dikabulkan atau ia diberi rahmat [HR. Al Khatib]
Rasulullah Saw bersabda: Berlindunglah kalian kepada Allah dari musibah yang memayahkan, kecelakaan yang menghinakan, takdir yang buruk dan penghinaan musuh [HR. Bukhari]
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya seseorang benar-benar dihambat rezekinya disebabkan oleh dosa yang dikerjakannya. Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa. Tidak ada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. [HR. ibnu hibban melalui ibnu tsauban r.a]
Rasulullah Saw bersabda: Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang amal perbuatan yang paling baik buat kalian, paling suci (berharga) disisi kalian, dan paling banyak mengangkat derajat (pahala) kalian dan lebih baik bagi kalian daripada meng-infakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada perang menghadapi musuh kalian, lalu kalian memukul leher mereka dan mereka memukul leher kalian. Mereka menjawab: Tentu saja kami mau. Nabi Saw bersabda: Ber-Dzikir kepada Allah SWT [HR. Tirmidzi]
Rasulullah Saw bersabda: Semoga Allah merahmati seorang hamba yang mengucapkan kebaikan lalu ia mendapatkan keuntungan, atau ia diam tidak mengatakan hal yang buruk lalu ia selamat [HR. Ibnu Mubarak]
Rasulullah Saw bersabda: Dunia itu terkutuk, terkutuk (pula) apa yang ada padanya kecuali ingat kepada Allah dan apa yang mengiringinya atau orang yang mengajar atau orang yang belajar [HR. Tirmidzi]
Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa mengingat Allah hingga kedua matanya menangis karena takut kepada Allah, hingga sebagian dari air matanya itu menetes ke tanah, niscaya Allah tidak akan meng-azabnya dihari kiamat [HR. Al Hakim]
Rasulullah Saw bersabda: Allah berfirman: Hai anak Adam, sesungguhnya selama kamu berdoa kepada-Ku dan kamu mengharapkan kepada-Ku, Aku ampuni kamu bagaimanapun keadaanmu sebelumnya, Aku tidak perduli. Hai anak Adam, sekiranya dosa-dosamu mencapai awan dilangit, kemudian kamu minta ampun kepada-Ku, Aku ampuni kamu dan Aku tidak perduli. Hai anak Adam, sekiranya kamu mendatangi Aku dengan membawa kesalahan-kesalahan yang hampir memenuhi bumi, kalau kamu bertemu Aku nanti dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu, pasti Aku mendatangi kamu dengan membawa ampunan yang hampir memenuhi bumi pula [HR. Tirmidzi]
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik [07:Al A’raaf:56]
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?, maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata [39:Az Zumar :22].
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya [17:Al Israa’ :36]
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (*)Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal [03:Al Imran:135~136]
Kejujuran kekasih Allah dan keterusterangan merupakan pencuci hati. Pengalaman itu bukti. Tidak ada pekerjaan yang lebih melegakan hati dan lebih agung pahalanya selain ber-dzikir kepada-Nya. `Karena itu, ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu`(02:Al Baqarah:152). Berdzikir kepada Allah merupakan surga Allah di bumi-Nya, maka siapapun yang tak pernah memasukinya, ia tidak akan memasuki surga-Nya di akhirat kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari berbagai kerisauan, kekesalan dan goncangan. Dan dzikir merupakan jalan paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki. Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahkan dengan berdzikir kepada-Nya segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh. Dan para pelalai dzikir kepada-Nya adalah penyembah-penyembah berhala dunia.
`(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan`(16:An Nahl:21). Semakin banyak mengingat Allah, pikiran akan semakin terbuka, hati semakin tentram, jiwa semakin bahagia, nurani semakin damai. Itu karena dalam mengingat Allah terkandung nilai-nilai ketawakkalan kepada-Nya, keyakinan penuh kepada-Nya, ketergantungan diri kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya, berbaik sangka kepada-Nya. Dia senantiasa dekat dengan hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya, senantiasa mendengar ketika diminta, dan senantiasa mengabulkan ketika dimohon. Rendahkan dan tundukkan diri dihadapan-Nya, sebutlah nama-Nya yang indah berulang-ulang, pujilah, mendoalah, mohonlah ampunan-Nya. Dengan demikian akan mendapat berkat kekuatan dan pertolongan dari-Nya, akan mendapat kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, cahaya penerang dari-Nya.
Dan, `Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia, dan pahala yang baik di akhirat`(03:Al Imran:148), adalah suatu kewajiban untuk berdoa dan meminta kepada-Nya dalam keadaan lapang maupun ketika sulit. Menumpahkan semua permasalahan keharibaan-Nya, duduk bersimpuh didepan pintu gerbang Arasy-Nya sambil memohon, menangis merendahkan diri dan memohon ampuan-Nya.
`Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya`(27:An Naml:62). Doa anda kepada Rabb terhitung sebagai wujud lain dari ibadah dan bukti ketaatan besar yang akan mendatangkan suatu pemberian yang lebih dari apa yang diharapkan. Maka seorang hamba yang benar-benar mengetahui hakekat berdoa kepada Allah, niscaya ia tidak akan pernah resah dan kecewa. Semua tali akan mengerut kecuali tali-Nya dan semua pintu akan tertutup kecuali pintu-Nya. Allah Maha Dekat, Maha Mendengar dan Maha Menjawab. Dia mengabulkan   doa   setiap   orang   yang   berada   dalam kesulitan, Dia selalu memerintahkan untuk meminta karena manusia itu lemah dan selalu membutuhkan, Dia Maha Kaya, Maha Kuat, Maha Tunggal dan Maha Terpuji.
`Berdoalah kepada-Ku niscaya akan kuperkenankan bagimu` (40:Al Mu’min:60). Angkat kedua tangan, buka kedua telapak tangan, perbanyak memohon kepada-Nya, jangan pernah bosan meminta kepada-Nya, jangan pernah berpaling dari pintu-Nya dan berbaik sangkalah kepada-Nya. `Semoga jalan keluar terbuka, semoga kita bisa mengobati jiwa kita dengan doa ; Janganlah engkau berputus asa manakala kecemasan yang menggenggam jiwa menimpa ; Saat paling dekat dengan jalan keluar adalah ketika telah terbentur pada putus asa(Sayyidina Ali ra). (`Aidh Al-Qarni)
Tujuan doa adalah menunjukkan kepada Allah ketidak berdayaan kita atas kehendak-Nya dan bila bencana yang memaksa kita harus berdoa kepada-Nya, sesungguhnya lebih baik dari pada menerima nikmat kemudian lupa kepada-Nya. Bagaimana mungkin permintaan kita yang datang belakangan sebagai sebab pemberian Allah yang telah diputuskan-Nya terlebih dahulu. (Pustaka)
Jangan menggunakan doa untuk membinasakan hamba-hamba Allah lainnya, karena Allah masih mengharapkan dari mereka agar mereka bertaubat lalu diampuni-Nya atau Allah akan menurunkan keturunan dari mereka yang banyak bertasbih kepada-Nya atau Allah menunggu mereka kembali kepada-Nya dan terserah Allah untuk mengampuni atau menyiksanya. (Pustaka)
Jangan memutuskan sesuatu dengan tergesa-gesa, bermohonlah kepada Allah agar setiap keputusan menghasilkan kebaikan. Mungkin kamu membenci sesuatu, padahal ia amat amat baik bagimu. Dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Hanya Allah-lah yang mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Pustaka)
Janganlah kecewa karena kelambatan pemberian Allah kepadamu, sedang kamu bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesungguhnya Allah telah berjanji untuk memenuhi seluruh doa dan pemenuhan doa adalah kehendak Allah untuk dipercepat atau diperlambat. Berjihad dengan harta dalam keikhlasan merupakan kendaraan atas pemenuhan doa-doa kepada hamba-Nya. (Pustaka)
Seorang ahli hikmah sudah dibekali dengan kekuatan iman, karena sebelum menyampaikan nasehat mereka selalu memohon petunjuk dari Allah, karena hanya Allah-lah yang mengatur kalimat yang keluar dari lisannya dan hanya Allah-lah yang mengatur pendengaran para pendengarnya dan pokok segala hikmah adalah takut kepada Allah. Sesungguhnya orang yang telah mendapat izin Allah, kata-katanya mudah dipahami dan isyaratnya mudah dimengerti, karena nasehat yang keluar dari hati yang ikhlas mudah diterima oleh hati pendengarnya. (Pustaka)
Kehidupan hari ini merupakan cermin bagi hari esok, apabila kita tidak mengalahkan kekhawatiran hari ini, maka kekhawatiran yang sama akan mengalahkan kita pada hari-hari berikutnya. Hanya dengan mengingat Allah-lah kita dapat mengalahkan rasa khawatir yang dibisikkan oleh setan. Ingatlah bahwa tidak ada satupun perbuatan Allah yang layak kita cela, karena selalu sarat dengan hikmah. (Pustaka)
Hendaklah permohonanmu kepada Allah adalah pertanda kerendahan, ketundukan, kesyukuran, kekhusyu’-an dan penyesalan dirimu dihadapan-Nya. Hendaklah menggunakan orang-orang yang hidup diantaramu sebagai pelajaran dalam kebaikan dan keburukan, menggunakan waktu sebaik-baiknya,  masa sehat sebelum datangnya sakit, masa muda sebelum datang masa tua tanpa daya, masa senggang sebelum datang masa sibuk, masa kaya sebelum datangnya kemiskinan, kelalaian dari hal-hal tersebut membuat terputusnya kehidupan dan berubahnya akal. Dihari kiamat semua manusia akan teringat apa yang telah dilakukannya di dunia, jika keburukan, maka penyesalan menjadi tidak berguna, bahkan penyesalan menjadi penyesalan dan kegelisahan yang kekal. (Pustaka)
Apa yang hilang dari umur kita tidak dapat ditarik kembali, maka pergunakanlah waktu dengan sesuatu yang berharga bagi kepentingan dunia dan akhirat, karena masa yang dilewati tanpa berdzikir kepada Allah, merupakan masa penyesalan di akhirat nanti. Ingatlah bahwa ketaatan kita tidak akan mendatangkan manfaat bagi-Nya dan kemaksiatan kita tidak akan membahayakan-Nya, karena Dia memerintahkan berbuat taat dan melarang berbuat maksiat semata-mata hanya  untuk kepentingan diri kita sendiri. (Pustaka)
Orang yang paling berbahagia adalah orang yang perkataannya adalah dzikir, diamnya berpikir, pandangannya kasih sayang. Orang yang sempurna akalnya adalah orang yang sanggup mengoreksi dirinya sendiri dan orang yang sempurna imannya adalah orang yang tidak takut pada kehidupan setelah kematian.
Semua kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah ada batasnya dan bagi orang yang berhalangan dimaafkan dengan meninggalkan atau menunda pelaksanaannya, kecuali dzikir, karena tidak ada halangan untuk  berdzikir kepada Allah, kecuali orang-orang yang hilang akal. Dan barangsiapa yang menyembah Allah karena mengharapkan sesuatu atau ingin menolak siksa, maka sesungguhnya dia belum memahami dan menghayati sifat-sifat Allah. Bagaimana jika Allah tidak menciptakan surga dan neraka?,  apakah Allah menjadi tidak berhak disembah?. (Pustaka)
Allah memberikan wirid kepada hamba-Nya semata-mata agar mereka mendekat dan masuk kehadhirat-Nya. Allah memberikan wirid kepada hamba-Nya semata-mata untuk menyelamatkan mereka dari cengkeraman kebendaan dan membebaskan mereka dari perbudakan oleh sesuatu selain Allah. Dan hadirkan hati dalam dzikir kepada-Nya, tiada suatu amalpun yang dapat menyamai dzikir, karena sesungguhnya amal-amal itu sendiri ditujukan untuk berdzikir kepada-Nya, maka dzikir adalah jiwa dari semua amal-amal. (Pustaka)
Kamu tidak akan meminta jika kamu yakin bahwa Allah memberi tanpa diminta. Kamu tidak akan takut jika kamu yakin bahwa Allah selalu terjaga untuk menjaga hamba-hamba-Nya. Kamu tidak akan tertidur jika kamu yakin bahwa Illiyyin itu ada. Kamu tidak akan kenyang jika kamu yakin bahwa kenyang itu mematikan hati  dan kamu tidak akan berbicara jika kamu yakin bahwa diam lebih utama. (Pustaka)
 http://fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=306:doa-dan-dzikir&catid=48:mutiara-hikmah&Itemid=421

KABHI KHUSHI KABHI GHAM (Kadang Suka Kadang Duka)

Bismillaah.. Di dalam hidup ini semua manusia pernah merasakan hidup kadang suka kadang duka, dibalik semua hal itu tentu kita merasakan lelah ketika kita dihadapkan dengan perasaan Duka, tetapi ketika kita menyadari semua itu, itulah cara Allah untuk mendewasakan Hamba-Nya.. Menguatkan hati dan langkahnya, itupun cara Allah agar Hamba-Nya bisa bersimpuh berdoa dihadapannya, jika kita selama ini sombong dengan yang menciptakan kita, bagaimanapun kita membutuhkannya, dan Allah pasti membuat seorang hambanya untuk memohon kepada-Nya...



Wahai saudaraku pernahkah kita berpikir begitu besar sayangnya Allah kepada Hamba-Nya, namun kita lupa untuk sayang pada-Nya, begitu besar Rasa cinta Allah kepada Hamba-Nya namun Hamba-Nya lupa dan Lalai untuk mencintai-Nya, begitu besar perhatian Allah kepada Hamba-Nya namun Hamba-Nya sombong dan lupa untuk memperhatikan-Nya...

Ketika Allah memberikan kesulitan dalam hidup itu semat-mata Allah memberikan pelajaran dan perhatian kepada Hamba-Nya dan Allah pun tidak lalai untuk memperhatikan kita, karena sesuai janji-Nya dalam Firman-Nya: Fa Innama al yusri yusron innama al yusri yusri "Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesudah kesulitan itu ada kemudahan"...

Teguhkan hati dan yakinlah, pertolongan Allah sangat dekat ketika kita bersimpuh memohon kepada-Nya lewat Sujud dan Doa kita, Sujudkanlah seluruh tubuh jasad dan Ruh mu di hadapan-Nya, dan tadahkanlah tangan-Mu untuk bermunajad memohon melalui doa kepada-Nya...

Allah tiada mengingkari janji dan mengecewakan seorang Hamba yang bersujud dan menadahkan tangannya dalam Doa untuk meminta kepada-Nya sesuai janji Allah dalam Firman-Nya: 'Ud unii astajib lakum "Mintalah kepada niscaya akan ku kabulkan”...

Suka dan Duka adalah seni dalam hidup di Dunia, jadi jika kita saat ini masih dihadapkan dengan permasalahan, kesulitan, dan kepedihan maka bersabarlah karena Allah menyukai dengan orang yang bersabar, Firman Allah : Innallaha ma'ashabhirin ”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bersabar”...

So.. Hadapilah hidup ini sesuai ketentuan dan ketetapannya, Qodo dan Qodar Allah itu sedikitpun tidak pernah mendzolimi Hamba-Nya sedikitpun, karena Allah lebih mengetahui mana yang terbaik untuk Hamba-Nya.

Dengan Sabar, ikhlas, dan tawakkal itulah modal untuk meraih keridhoan Allah, tetaplah khusnudzon atas Takdir Allah.
Segala yang terbaik Allah sudah mengetahui takaran yang mana yang baik dan pantas untuk hamba-Nya, jadi tetaplah Khusnudzon dan jalani hidup ini sesuai dengan kehendak dan ketentuan-Nya...

serahkan segala urusan kepada Allah baik permasalahan, kesulitan dan segala macam perkara hidup dengan ketidakberdayaan diri dengan kehendak-Nya.
La Tahzan innallaha ma'anna ”Jangan bersedih, Allah bersama kita”.

~Keep Spirit.. Keep Khusnudzon wa Istiqomah~

Template by:

Free Blog Templates