Jumat, 25 Januari 2013

Kekayaan yang Paling Berharga





Setiap orang jika ditanya kekayaan yang paling mahal harganya dan yang paling disukai, maka hampir pasti mereka akan menjawab: uang, mobil, rumah, berlian dan seterusnya. Jawaban itu tidak salah. Memang itu semua sudah umum dipandang sebagai kekayaan. 

Seseorang disebut kaya dan orang lainnya disebut miskin, perbedaan itu semata-mata karena kepemilikan harta. Orang disebut kaya jika ia memiliki rumah besar, uang banyak, mobil mewah, tabungan banyak di bank dan seterusnya.

Sebaliknya orang disebut miskin jika ia tidak memiliki rumah, tidak punya tabungan, tidak punya mobil dan juga tidak memiliki penghasilan dan tidak memiliki apa-apa. Itulah ciri orang miskin.

Sekalipun menurut pandangan sebagian besar orang, anggapan ini benar, tapi pertanyaannya kemudian adalah, apakah tidak ada ukuran selain itu. Kita sering dengar ada juga pandangan yang mengatakan, biar miskin harta asalkan tidak miskin jiwa. 

Dengan kalimat ini, artinya ada orang yang sekalipun tidak memiliki harta, tapi merasa memiliki jiwa yang luas dan kukuh, lebih disukai. Sebaliknya, ada orang yang kaya harta benda, tapi sesungguhnya ia miskin. 

Jika harus memilih, memang yang terbaik adalah menjadi kaya harta sekaligus kaya jiwa. Tapi, jika alternatif ini tidak boleh dipilih, ternyata ada orang yang lebih memilih kaya jiwa daripada kaya harta. Kemudian, siapa sesungguhnya orang yang disebut memiliki kekayaan jiwa itu?

Saya pernah mendapat cerita, ada seorang pegawai Kementrian Agama, ketika memasuki pensiun, segera baju korpri dan baju saparinya dicuci dan diseterika. 

Tatkala, pegawai yang tergolong rendah, hanya menduduki jabatan di tingkat kabupaten diundang untuk acara pelepasan pensiun, baju-baju tersebut dengan ikhlas diserahkan ke kantor dengan maksud agar jika diperlukan, dipakai pegawai lainnya. 

Tokh, kata dia, setelah pensiun dia tidak akan menggunakan baju seragam itu lagi. Inilah menurut padangan saya contoh orang yang tergolong kaya jiwa.

Sebaliknya dari cerita di atas, sebagai contoh orang berjiwa kerdil yang juga disebut miskin jiwa, dapat dicontohkan lewat kasus berikut. 

Seorang pejabat, sekian banyak keluarganya dimasukkan ke lembaga yang ia pimpin, sekalipun tidak memenuhi syarat. Ia berpikir, daripada diisi orang lain, apa salahnya diisi keluarganya sendiri? Bahkan, saudara dekatnya diberi fasilitas untuk pengadaan semua kebutuhan kantor. Itu dilakukan dengan alasan efisiensi dan agar cepat. 

Kasus seperti ini, sederhana dan aneh, tapi gampang sekali ditemui di mana-mana. Inilah gambaran orang yang hanya sebatas mementingkan dirinya sendiri dan abai pada orang lain. 

Satu sisi dia menjadi kaya, dihormati keluarganya dan diperjuangkannya, tapi sesungguhnya dia hanya memiliki aku kecil, sebatas keluarganya, belum meraihaku besar, ialah masyarakatnya.

Orang yang kaya jiwa adalah orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri, berani menghadapi tantangan hidup, ikhlas, sabar dan mampu membagikan kasih sayangnya kepada semua. 

Ia tidak takut miskin dan tidak takut pula kehilangan harta maupun jabatannya, yang ditakutkan adalah jika keberadaannya tidak memberi manfaat bagi orang lain. 

Lalu, siapa sesungguhnya orang yang miskin jiwa itu. Tidak lain adalah orang yang tidak menyandang sifat yang dimiliki orang yang berjiwa besar itu. 

Sehingga, sekalipun hartanya melimpah, tapi jika dia bakhil, pelit terhadap orang lain, maka harta yang dikumpulkan dengan susah payah, akhirnya juga tidak memberi manfaat pada siapa saja, termasuk kepada dirinya sendiri.
Oleh: Prof Dr Imam Suprayogo

Rabu, 23 Januari 2013

Hati-Hati Tentang Si Hati



“Pokoknya sakiiiiiit hati ini, sakiiit banget deh!”, keluhan seorang sahabat tatkala menceritakan prihal pengkhianatan seseorang yang dipercayainya. Mimik muka penuh kekesalan ditambah nada suara yang menandai rasa jengkel.
Juga kelunya lidah seorang ibu, berurai air mata dan ragam tanya dalam nuraninya, “Kenapa anak hamba yang dibesarkan dalam pendidikan agama yang baik, tetapi melakukan perbuatan zina dan sering berdusta, Ya Allah?”, ibu mana pun juga yang merupakan muslimah sholihat, pastilah merasa hancur hatinya tatkala memetik kenyataan pahit melihat anaknya ‘kumpul kebo’ berlumur kehinaan dan belum juga bertaubat pada-NYA.
Lain lagi kalimat bijak dari Mas Fulan, seorang brother asal daerah Jawa Timur, ia berkata, “Dulu sih sakiit sekali rasanya, ingin melampiaskan dengan amarah atau bahkan membunuh… Tapi Alhamdulillah, saya masih bisa mengontrol diri. Hati ini berkata ‘tidak, jangan emosi’…. Maka sekarang saya lega… Alhamdulillah sudah ikhlas…”, senyumnya ceria. Subhanalloh, padahal Mas Fulan itu mengalami kepahitan suatu peristiwa hidup, pengalamannya ketika pulang ke rumah memergoki istri tercinta tengah berselingkuh, pasangan selingkuhan itu adalah saudara iparnya sendiri! Maka tatkala Mas Fulan menceraikan si istri, adik perempuan Mas Fulan juga menjanda karena bercerai dengan suaminya tersebut. Tamparan yang luar biasa bagi keluarga mereka. Sempat trauma, begitulah kata Mas Fulan, lima tahun lebih ia merasa ketakutan membuat rencana berumah tangga kembali. Butuh waktu introspeksi diri, perlu lebih banyak pertimbangan yang matang, karena ia ‘takut’ hatinya terluka lagi.
Dua tahun lalu, Mas Fulan ‘sembuh’, berjumpa dengan pilihan hatinya dan membangun rumah tangga yang baru dengan optimis, Allah ta’ala pasti melimpahkan obat luka terbaik buatnya. Keberkahan mengiringi, saat ini Mas Fulan telah menggendong jundi nan lama diimpikannya. Alhamdulillahirobbil ‘alamiin.
Memang si hati selalu jadi perbincangan sepanjang masa. Urusan hati berkaitan dengan cinta, benci, juga rindu dan sebagainya, dibahas tak pernah usai. Kedalaman hati seseorang tiada yang tau, kecuali Allah SWT. Dalam biografi dari Sufyan Ath-Thauree, Khalf ibn Tameem melaporkan bahwa ia mendengar Sufyan berkata: “Visi mata (apa-apa yang dipandang) seseorang bertujuan pada dunia fana, dan visi hati seseorang bertujuan untuk akhirat. Ketika seorang pria ‘melihat’ dengan matanya, ia sia-sia, (ia menilai sesuatu dari pandangan mata saja) tak bermanfaat. Adalah ketika ia melihat dengan hatinya, baik melihat seseorang yang disukainya maupun ‘melihat’ penilaian diri sendiri, ia memetik banyak manfaat.”
Kalau zaman sekolah dulu, sang ustadzku pernah berpesan seraya bercanda, “Ada tiga organ yang bicara…Wanita disebut cantik karena wajah dan penampilannya, si mata yang bicara. Wanita cantik karena cerdas, pandai dan rajin, itu otak atau akal pikiran yang berkata. Wanita cantik karena berakhlakul karimah, baik budinya, itu si hati berucap. Dan mata lebih cenderung memperturutkan nafsu, maka pertimbangkanlah kata hati, karena kebaikan budi pekerti lebih berharga.”Dan sebagaimana yang kita ketahui, kecintaan seseorang kepada Islam tentunya membuat selalu ingin memahami dan terus menggali ilmu-ilmuNya. Dengan berusaha makin memahami, maka akan terus berusaha mengamalkan rambu-rambuNya, dan wujud yang paling terlihat adalah akhlakul karimah, kepribadian hidup sehari-sehari. Itulah pancaran hati nan cantik.
Sufyan Ath-Thauree pun pernah mengatakan tentang ‘bukti kesabaran hati’. Tiga hal tanda engkau telah bersabar : Jangan bicarakan tentang musibah yang menimpamu, jangan diumbar prihal sakit dan lukamu, serta jangan memuji dirimu sendiri. Astaghfirrulloh, kebanyakan peristiwa keseharian diri ini masih susah untuk bersabar, sibuk ‘nyari tempat berkeluh kesah’, sulit menata hati padahal sudah sering mengingat akan si obat hati, sebagaimana firman Allah ta’ala, bermakna, “Tidaklah kalian ketahui bahwa hati hamba-hamba Allah SWT yang beriman itu dibahagiakan oleh Allah dengan banyak berdzikir kepada-Nya.” (QS. Al-Hadid [57] : 16)
Si hati jelita dengan kelurusan niat dan kesyukuran, tentunya menampakkan sikap dan prilaku rendah hati dan ketulusan seseorang dalam menjalani detik-detik hidupnya. Wajah pun sumringah bahagia. Sedangkan hati yang dengki, iri, hingga berjibunnya penyakit hati, maka sikap yang tampak adalah rakus, tamak, doyan mengadu-domba, menebar fitnah, mencari celah ‘kemudahan mencapai tujuan’ dengan jalan apapun, berkhianat serta kesulitan untuk tersenyum.
Sebagaimana wasiat baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “…Ketahuilah, bahwa setiap raja memilliki daerah terlarang. Ketahuilah, bahwa daerah terlarang Allah adalah hal-hal yang diharamkan. Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah (segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim)
“Ada secuil catatan tentang si hati…
Bilangan tahun adalah seperti pohon, bulan adalah dahannya,
Hari-hari merupakan cabang-cabangnya, jam adalah daunnya,
Dan nafas ibarat buahnya
Siapa pun yang nafasnya digunakan untuk taat kepada Allah,
Maka buah pohon itu akan baik, lezat dan murni manisnya
Siapa pun yang nafasnya digunakan untuk mendurhakai Allah,
Tentu buahnya akan jahat, busuk dan jelek
Waktu panen adalah pada hari kiamat
Yang pada saat itu buah akan ditampilkan,
Apakah itu manis atau asam
Ketulusan dan Tauhid adalah pohon dalam hati
Cabang-cabangnya adalah perbuatan
Dan buahnya adalah kenikmatan hidup selama ini
Kehidupan duniawi dan kebahagiaan abadi di akhirat
Buah tauhid dan ketulusan dalam kehidupan dunia adalah sama
Allah limpahkan berkah kepada hamba –Nya nan ikhlas
Balasan kebaikan berlipat ganda
Kemusyrikan, berbohong, dan kemunafikan juga pohon dalam hati
Buahnya adalah selama hidup tak tentram
Diliputi rasa takut, tertekan, kesedihan, dan sesak dalam dada
Kegelapan hati, dan di akhirat menelan az-zaqqum jua siksaan permanen
Allah ta’ala menyebutkan dua pohon tersebut dalam ayat-ayat cinta-Nya Surah Ibrahim."
“Ya Allah, yang selalu membolak-balikkan hati, mantapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan dalam ketaatan pada-Mu, amiin”. Wallahu a’lam bish-shawab.
by : bidadari_Azzam
(bidadariazzam.blogspot.com @Krakow, jelang subuh 29 juli 2011)
Keterangan tentang Az-Zaqqum (Pohon Neraka Jahannam), Dari Ibnu Abbas ra, berkata, “Nabi SAW membaca ayat ini, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imran [3] : 102), lalu beliau bersabda, ‘Andai setetes pohon Az-Zaqqum menetes ke dunia, maka merusak kehidupan para penduduk dunia. Bagaimana dengan orang yang makannya ialah Az-Zaqqum?” (HR. At-Timidzi-Hadits ini Hasan shahih)

Jumat, 18 Januari 2013

Zaqqum Dunia ada di Thaif , Saudi



 

Mendengar kata Arab Saudi, salah satu hal yang mungkin terbayang dalam kepala kita adalah panas. Maklum, bagaimana tidak, dataran Arab memang sudah ditakdirkan seperti itu oleh Allah swt. Tapi jangan heran, tidak demikian dengan sebuah kota bernama Thaif. Thaif, jika di Indonesia, mungkin seperti Bandung, yang sejuk.

Thaif adalah sebuah daerah yang terletak hanya 80 km dari Mekah, tetapi mempunyai iklim yang sungguh berbeda dengan Mekah. Di Mekah mungkin orang sudah kepanasan karena suhu 48 derajat celcius. Perbedaan yang tentu saja selalu membuat kening orang berkerut karena terasa jomplang sekali dikarenakan kedua kota itu berada di Saudi, dan bisa dibilang “bersaudaraan” karena jaraknya yang hanya bisa ditempuh dengan waktu hanya 1,5 jam saja mengenakan kendaraan.
Thaif terkenal sebagai pemasok sayur mayur dan buah-buahan di Arab Saudi. Thaif diberkahi dengan kesuburan tanah meski komposisi bebatuannya lebih banyak. Buah dan sayur yang terdapat di pasar tradisionalnya melimpah dan segar. Segala macam buah berada di kota ini, termasuk buah delimanya yang sangat terkenal.

Untuk memasuki Thaif, diperlukan izin khusus dan pemeriksaan yang cukup ketat. Ini mungkin karena di sana terdapat sekolah militer dan gudang senjata pemerintahan Arab Saudi.

Kota ini dikelilingi oleh pegunungan yang dingin. Dahulu, sekadar mengingatkan, di kota inilah Nabi Muhammad saw pernah diusir dan dilempar batu. Kini, di daerah ini pula tumbuh subur pohon Zaqqum, pohon yang dipenuhi duri tajam dan besar. Dalam Surah Al Waqiah ayat 52, pohon ini bakal menjadi bahan makanan penghuni neraka. Apa gerangan pohon Zaqqum ini? Samakah dengan pohon Qhorqod Yahud?

Zaqqum ( زقوم‎) adalah pohon di neraka yang buahnya menjadi makanan penghuni neraka, jika pohon ini diletakkan di dunia, maka akan hancur bumi beserta isinya. Jika dimakan rasanya akan seperti kuningan yang dicairkan bahkan lebih buruk. Buah tersebut akan membakar wajah beserta organ dalam tubuh mereka. Penghuni neraka akan selalu lapar, mereka akan selalu tergesa-gesa kedasar neraka, untuk memakan apapun yang dapat mereka temukan. Didasar neraka ini mereka akan dipaksa memakan buah dari pohon Zaqqum. Bahkan sebelum disentuh pun, bibir mereka akan terbakar sehingga nampaklah gigi mereka. Tidak hanya itu, mereka akan menelan duri yang akan merobekkan kerongkongan setelah buah itu ditelan. Sebelum buah itu sampai keperut, buah itu akan membakar dan mengeluarkan isi perut.

Istilah zaqqum ini digunakan dalam Al Quran ayat:

    as Shafaat 62, 63, 66 dan 67, 68
    al Israa 60,
    ad Dhukan 43,
    al Waqi’aah 52.

”(Makanan surga) itulah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya ia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka jahim. Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka jahim”.(As Shaffat:62 – 68 )

Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda,”Seandainya setitik dari zaqqum diteteskan di dunia niscaya akan menghancurkan kehidupan semua penghuninya. Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang menjadikan zaqqum sebagai makanannya?” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Majjah dalam sunannya, kitab Az-Zuhud, bab Shifat An Nar, 8/4325.)

Walaupun pohon zaqqum tidak sama dengan pohon gharqad, tetapi orang-orang Yahudi sudah terkenal senang memelihara pohon ini. (eramuslim)

Minggu, 13 Januari 2013

masih ada harapan.!!




Berhenti bertanya bagaimana cara mendapatkan apa yang kita inginkan, karena jawaban yang kita temukan hanyalah berusaha. terkadang ikhtiar yg terbaik itu berdoa, namun terkadang juga doa yg terbaik itu ikhtiar, keduanya memang tidak bisa dipisahkan, jika saat ini kita mempunyai sebuah keinginan atau sebuah hajat, maka tiada lain hanyalah selalu kita usahakan dan perjuangkan.apapun itu


jangan pernah takut Allah tidak menolong kita, saat segala aktivitas yg kita lakukan bermuara pada keridhaan dan keikhlasan krn Allah  pasti Allah tolong. pertolongan Allah memang tidak bs kita prediksi dan kita duga. segala puji bagi Allah yg telah memberikan Nikmat yg luar biasa, terutama keluarga kami yg berhajat ingin mengoperasikan Adik nomer dua kami, setelah berkali2 berikhtiar dan berusaha akhirnya Allah jawab. besok tepatnya tgl 14 januari 2013 bisa dioperasi penyakitnya, saya bersyukur sekali meski kami bukan keluarga yg mampu, namun Allah selalu memberi jalan keluar kepada siapapun orangnya selama orang itu tdk putus asa dan pantang menyerah. terlebih saya pribadi sangat bangga bisa berkontribusi buat keluarga, meski ini sangat kecil dan tak sebanding dengan segala perjuangan, pengorbanan kasih sayang dan cinta kedua orang tua kami.

segala sesuatu seberat apapun itu jika kita hanya keluhkan dan tidak ada ikhtiar untuk mengatasinya, sampai kapanpun jangan harap bisa terselesaikan, namun sebaliknya sebesar apapun ujian dan cobaan yg kita hadapi jika kita optimis dan selalu kita usahakan, niscaya Allah Tahu dan akan menolongnya.

begitu juga dengan hidup ini, byk pelajaran berharga yg dapat kita petik. diantaranya tentang optimisme dan ketekunan. ada sebagian orang yg suka dan hobinya mencela (entahlah apa motifnya) orang lain, klo perbuatan yg salah dan dzalim mungkin masih wajar, namun anehnya perbuatan yg baik dan sifatnya lebih membanggun atau berbau sedikit agama namun dalam tatanan yg umum nampaknya banyak yg apatis bahkan phobia, saya katakan demikian krn sering sekali saya lihat debat dan komentar pada sebuah permasalahan yg sifatnya membanggun, namun nada dan perkataan yg keluar adalah cemoohan dan makian, yg menunjukkan ketidakdewasaan dalam dalam berpendapat. terlebih di negeri ini, bangsa yg dulunya terkenal lemah dan lembut, sopan santun bertenggang rasa. pokoknya Te Oo Pe dah. seakan hilang disaat bangsa ini berkembang dan ingin menjadi lebih dewasa, dewasa dalam tatanan secara universal, baik politik , ekonomi, sosial dan budaya.

harapan itu masih ada, saya sangat yakin memang, bahwa letak kemajuan dan kemunduran sebuah negara bkn terletak pada tatanan pemerintahannya, namun terletak pada karakter dan sifat bangsa itu tersendiri. mau demokrasi, republik, monarchi, kerajaan atau apapun hasilnya tetap sama. saya kagum pada tetangga sebelah kita yaitu australia, negara yg sangat luas atau ia biasa dikenal dengan benua kecil adalah negara persemakmuran inggris (commonwealth) parlementer, namun pendidikan disana sangat emnjunjung tinggi apa itu budi pekerti dan karakter, banyak orang tua disana khawatir jika anak2 mereka dalam hal kecerdasan afektif mereka buruk, mereka khawatir anak mereka menjadi pribadi2 yg suka berbohong, menipu, tidak jujur, kasar tidak punya perikemanusiaan. maka sedari kecil mereka selalu membimbing mereka dengan menanamkan benih2 attitude dan budi pekerti yg baik, namun jika urusan kognitif mereka tdk terlalu khawatir, karena bagi mereka kesemuannya itu bisa ditempuh dengan bimbingan secara intens, namun jika  sudah dewasa maka akan sulit bagi orang tua mendidik anaknya secara berkarakter, karena sebagaian karakter mereka telah terbentu sejak dini lewat kebiasaan sehari-hari. sedangkan kognitif bisa dipelajari kapanpun dia mau. hasilnya adalah mereka menjadi generasi yg baik bagi bangsanya kedepan.

saya berharap pada saya pribadi dan bangsa ini agar semakin lebih dewasa dalam berfikri, berucap dan bertindak. karen sebagaimana saya jelaskan diatas bahwa masih ada dan banyak tipe manusia yg hanya mencela kegelapan tp ga da usaha untuk menyalakan korek api meskipun kecil tuk meneranginya n orang sekitarnya. bangsa ini harus bangkit dan menjadi bangsa yg mulia dan dewasa dan bersikap, meskipun ini skala yg sangat luas dan ditambah lagi masyarakat kita sangat heterogen dengan bersuku, beragama, budaya yg berbeda namun tidak menampik kemungkinan bahwa segala perbedaan itu bukanlah sekat yg membentengi kita untuk maju dan keluar dari segala keterpurukan. masih ada jalan keluarnya yaitu perbaiki karakter bangsa ini dengan mulai mendidik anak2 generasi penerus kita, ubah paradigma kita bahwa masa depan anak kita bukan karena kemampuan dan kecerdasan mereka dalam menyerap pelajaran, namun terlebih dari itu adalah peran serta orang tua dan semua elemen untuk peduli bahwa kemajuan dan kemunduran bangsa terletak lebih banyak pada karakter dan budi pekerti bangsa itu sendiri. apa yg bisa kita harapakan dari seorang Doktor maupun professor dgn gelar yg seabrek dan titel yg segudang dan dari lulusan universitas2 terkenal, namun ia masih doyan korupsi dan mencuri atau sebagainya. ironis sekali, mestinya semakin tinggi ilmu seseorang semakin pintar ia mengelola sense of science nya, namun sebaliknya melakukan kesalahan yg fundamental dengan mencederai dirinya sekaligus titel dan pendidikannya yg bertahun-tahun ia perjuangkan. namun sebaliknya banyak yg bisa kita harapkan dari seorang yg tanpa gelar maupun titel dan profesi yg tinggi, tukang sapu misalnya yg menemukan uang jutaan rupiah namun ia masih punya kesadaran diri mengembalikan uang tersebut dengan tidak mengambilnya, ia sadar tanggung jawab sekaligus hak yg mestinya ia pantas ia dapatkan maupun sebaliknya. 

bukan bermaksud mengeneralisir, namun alangkah baiknya contoh diatas membuka mata kita  bahwa segala hal bisa saja berubah, niat baik, visi dan misi bisa berubah. namun karakter yg tertempa lama akan sulit berubah. ia ibarat karang yg kuat meski dihantam berkali-kali derasnya ombak.

Wallahu a'lam.

Selasa, 08 Januari 2013

Hadirkan HATIMU


 

Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu seorang shahabat yang mulia, berkisah: “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: ‘Bacakanlah Al-Qur`an untukku.’ Aku bertanya heran: ‘Wahai Rasulullah, apakah aku membacakan untukmu sementara Al-Qur`an itu diturunkan kepadamu?’ Beliau menjawab: ‘Iya, bacalah.’ Aku pun membaca surat An-Nisa` hingga sampai pada ayat:

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلىَ هَؤُلاَءِ شَهِيْدًا

“Maka bagaimanakah jika Kami mendatangkan seorang saksi bagi setiap umat dan Kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka itu.” (An-Nisa’: 41)
Beliau bersabda: ‘Cukuplah.’ Aku menengok ke arah beliau, ternyata aku dapati kedua mata beliau basah berlinang air mata.”1
Saudariku muslimah, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatimu! Demikianlah keadaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika membaca Al-Qur`an dan mendengarkannya. Sementara beliau adalah orang yang paling tahu kandungan Al-Qur`an serta paling paham maknanya. Beliau juga adalah orang yang telah diampuni dosa-dosanya. Namun bersamaan dengan itu, beliau tetap tersentuh hatinya kala mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Bahkan, beliau pernah shalat dalam keadaan dada beliau bergemuruh karena isak tangis saat membaca surat Al-Qur`an2.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memang telah menyebutkan kandungan Al-Qur`an berupa janji dan ancaman, kisah surga dan kenikmatannya berikut neraka dengan azabnya. Yang kesemua itu mestinya menggugah ambisi untuk menggapai surga-Nya dan menangis karena takut akan neraka beserta azabnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللهِ ذلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al-Qur`an yang serupa ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabb mereka, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu berzikir (mengingat) Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu, Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (Az-Zumar: 23)
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji suatu kaum dalam firman-Nya:

قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَقُوْلُوْنَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُوْلاً. وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا

“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Berimanlah kalian kepadanya atau tidak usah beriman. Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila Al-Qur`an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur di atas wajah mereka sujud kepada Allah, seraya berkata: ‘Maha suci Rabb kami, sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi.’ Dan mereka menyungkur di atas wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu.” (Al-Isra`: 107-109)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah menganjurkan umatnya untuk khusyuk, menghinakan diri, dan menangis saat membaca Al-Qur`an karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Beliau bersabda:

عَيْنَانِ لاَ تَمُسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: (pertama) mata yang menangis karena takut kepada Allah, (kedua) mata yang bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah.”3
Bahkan beliau menerangkan, seseorang yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala akan masuk ke dalam surga-Nya:

لاَ يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يَعُوْدَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ ...

“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai susu (yang diperah) bisa kembali ke kantung susu (kambing) ….”4
Para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca Al-Qur`an dengan menghadirkan hati, merenungi dan mengambil pelajaran dari ayat-ayatnya, hingga mengalirlah air mata mereka dan khusyuk hati mereka. Mereka mengangkat tangan mereka kepada Rabb mereka dengan menghinakan diri memohon kepada-Nya agar amal-amal mereka diterima dan berharap ampunan dari ketergelinciran mereka. Mereka merindukan kenikmatan nan abadi yang ada di sisi-Nya. Diriwayatkan bahwasanya Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu ketika masih di Makkah, membangun tempat shalat di halaman rumahnya. Beliau shalat di tempat tersebut dan membaca Al-Qur`an, hingga membuat wanita-wanita musyrikin dan anak-anak mereka berkumpul di sekitarnya karena heran dan takjub melihat apa yang dilakukan Abu Bakr. Sementara Abu Bakr radhiyallahu 'anhu adalah sosok insan yang sering menangis, tidak dapat menahan air matanya saat membaca Al-Qur`an5.
‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu pun punya kisah. Beliau shalat mengimami manusia dan menangis saat membaca Al-Qur`an dalam shalatnya, hingga bacaannya terhenti dan isaknya terdengar sampai shaf ketiga di belakangnya. Beliau membaca ayat:

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِيْنَ

“Celakalah orang-orang yang berbuat curang.”
Ketika sampai pada ayat:

يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ

“Pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb semesta alam.”
Beliau menangis hingga terhenti bacaannya.
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji orang-orang yang menangis karena membaca/mendengar bacaan Al-Qur`an ketika mengabarkan tentang para nabi dan para wali-Nya:

إِنَّ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَقُولُوْنَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُوْلاً

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila Al-Qur`an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur di atas wajah mereka sujud kepada Allah, seraya berkata: ‘Maha suci Rabb kami, sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi’.” (Al-Isra`: 107-108)

إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

“Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Ar-Rahman, mereka tersungkur dalam keadaan sujud dan menangis.” (Maryam: 58)

وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا

“Dan mereka menyungkur di atas wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (Al-Isra`: 109)
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan bahwa tangisan karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala itu menambah kekhusyukan mereka. Sementara hanya orang-orang berilmulah yang memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana dalam firman-Nya:

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Hanyalah yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” (Fathir: 28)
Dengan demikian orang yang paling kenal dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dialah yang paling takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena itulah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَمَا وَاللهِ، إِنِّي لأَخْشَاكُمْ لِلّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ

“Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling bertakwa kepada-Nya….” 6
Abu Raja` berkata: “Aku pernah melihat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma, di bawah kedua matanya ada garis semisal tali sandal yang usang karena sering dialiri air mata.”7
Saudariku… Demikianlah keadaan salaful ummah, orang-orang shalih dan orang-orang terbaik dari kalangan umat ini. Bila salah seorang mereka melewati penyebutan tentang neraka, terasa lepas hatinya karena takut dari neraka dan ngeri akan siksanya. Bila melewatinya sebutan surga dan kenikmatannya, serasa gemetar persendian mereka karena khawatir diharamkan dari merasakan kenikmatannya yang kekal. Dua keadaan ini demikian memberi pengaruh, hingga meneteslah air matanya dan khusyuk hatinya. Ia pun berusaha menyembunyikan tangisan itu dari orang-orang di sekitarnya. Namun tak jarang tangis itu terdengar dan mereka pun tahu keadaannya. Demikianlah tangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan amal yang ikhlas karena mengharap wajah-Nya.
Apa yang dilakukan orang-orang belakangan dengan mengeraskan suara dan isakan ketika menangis dalam shalat bukanlah kebiasaan salaf. Karena hal itu justru akan mengganggu orang-orang yang shalat di sekitarnya, dan dikhawatirkan akan jatuh ke dalam perbuatan riya‘ serta menyelisihi petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Semestinya seseorang menyembunyikannya dari manusia semampunya, karena hal itu lebih baik dan lebih utama.
Termasuk perkara yang perlu menjadi perhatian sehubungan dengan pembacaan Al-Qur`an adalah beradab terhadap Al-Qur`an dengan diam mendengarkannya, dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Apabila dibacakan Al-Qur`an maka dengarkanlah dan diamlah, mudah-mudahan kalian dirahmati.” (Al-A’raf: 204)
Sepantasnya bagi seorang muslim untuk menjaga apa yang telah dihapalnya dari Al-Qur`an dan terus menerus membacanya agar tetap tersimpan di dadanya. Karena Al-Qur`an begitu cepat lepasnya (hilang dari ingatan) apabila tidak dijaga. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تَعَاهَدُوْا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ اْلإِبِلِ فِي عُقُلِهَا

“Biasakanlah untuk terus menerus membaca Al-Qur`an karena demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya sungguh dia (bacaan/hafalan Al-Qur`an) itu lebih cepat lepas/hilangnya daripada unta dari tali pengikat kakinya.”8
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah berkata: “Orang-orang sebelum kalian memandang Al-Qur`an sebagai surat-surat dari Rabb mereka. Mereka pun mentadabburinya pada waktu malam dan merealisasikannya di waktu siang.”
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Pembawa Al-Qur`an adalah pembawa bendera Islam. Tidak pantas baginya bermain-main bersama orang yang main-main, dan tidak pula lalai bersama orang yang lalai, tidak berbuat laghwi (sia-sia) bersama orang yang berbuat laghwi, dalam rangka mengagungkan hak Al-Qur`an.” (At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an, hal. 44)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
(Diringkas dengan sedikit tambahan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyyah dari kitab Al-Mukhtar lil Hadits fi Syahri Ramadhan Yastafidu Minhul Wa’izh wal Khathib, hal. 118-125)

1 HR. Al-Bukhari no. 5050
2 Sebagaimana dalam hadits dari Mutharrif dari ayahnya Abdullah bin Asy-Syikhir bin ‘Auf radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيْزٌ كَأَزِيْزِ الرَّحَى مِنَ الْبُكَاءِ

“Aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat dalam keadaan dada beliau berbunyi keras seperti suara periuk yang mendidih karena tangisan beliau.” (HR. Abu Dawud no. 904, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Abi Dawud)
3 HR. At-Tirmidzi no. 1639, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 3829
4 HR. At-Tirmidzi no. 1633, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 3828
5 HR. Al-Bukhari no. 3905
6 HR. Al-Bukhari no. 5063
7 Siyar A’lamin Nubala`, 3/352
8 HR. Al-Bukhari dan Muslim

Sabtu, 05 Januari 2013

Damai, Produk Peradaban Islam






Syekh Al-Azhar Al-Syarief, Dr Ahmad Al-Tayyib, mengatakan damai dan perdamaian merupakan produk peradaban Islam sejak masa permulaan (kerasulan). 

Oleh karenanya, hubungan antara kaum Muslim dan non-Muslim tecermin dalam satu kata kunci, yaitu mengenal pihak lain (saling mengenal). Hal tersebut karena pemikiran filsafat Islam dalam kaitannya dengan hubungan antara Muslim dan non-Muslim didasari pada dua kenyataan (hakikat).

Pertama, kenyataan bahwa perbedaan (al-ikhtilaf) merupakan hukum alam (sunnatullah) yang ditetapkan Allah SWT. Dia menciptakan manusia dengan perbedaan warna kulit, bahasa, agama, tradisi dan tabiat. 

Memang, seandainya Allah berkehendak, maka tidak sulit bagi-Nya menjadikan manusia sebagai satu umat yang sama dalam segala hal. Namun, hal tersebut tidak dikehendaki-Nya, malahan “perbedaanlah” yang dikehendaki-Nya dan atas sebab perbedaan itulah manusia diciptakan.

Allah SWT berfirman, "Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka." (QS. Hud: 118-119). 

Penggunaan isim isyarah "dzalika" pada kalimat tersebut menurut para ahli tafsir merujuk pada kata "wa la yazalu mukhtalifiin", sehingga maknanya atas sunnatullah berupa perbedaan keyakinan, pemikiran, rasa, tabiat dan kecenderungan yang terdapat pada manusia itulah maka manusia itu diciptakan.

Kedua, kenyataan bahwa manusia diciptakan dengan hukum alam untuk saling mengenal antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, manusia diciptakan untuk saling menjalin "ukhuwah insaniyah" (QS. Al-Hujurat: 13).

Dua kenyataan tersebut, mau tidak mau harus dicarikan solusi dan tata kelolanya oleh manusia. Dan Rasulullah SAW telah menunjukkan melalui perjalanan hidupnya bahwa damai dan perdamaian merupakan jalan terbaik untuk mengkompromikan perbedaan dan upaya untuk saling mengenal antarmanusia. 

Perhatikanlah berbagai pendekatan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menjalankan dakwahnya di Makkah dan Madinah. Perhatikan pula berbagai perjanjian yang dibuat oleh Rasulullah SAW dengan kaum Anshar, kaum Yahudi di Madinah, dan kaum kafir Quraisy yang kesemuanya menunjukkan upaya-upaya serius menciptakan perdamaian dalam rangka mencari tata kelola yang baik demi keberlangsungan kehidupan.

Perhatikan lebih detail lagi syariat peperangan dalam Islam yang tidak lain merupakan situasi pengecualian dalam rangka menghapus kezaliman, menegakkan kebenaran, menafikan kebatilan, menegakkan kedamaian, keamanan dan ketenangan, mempertahankan agama, negara, jiwa, harta, benda, kebebasan beragama dan kemanusiaan. 

Allah SWT berfirman, "Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, ‘Tuhan kami ialah Allah’.”

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah, Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh Allah Mahakuat, Mahaperkasa." (QS. Al-Hajj: 39-40). 

Maka, jika pada saat ini terdapat sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai kelompok Islam dengan kebiasaan melakukan kekerasan, kejahatan, teror dan mengganggu ketentraman masyarakat, dapat dipastikan bahwa perbuatan mereka bertentangan dengan syariat Islam. Dan mereka perlu belajar Islam langsung melalui teks aslinya, bukan dari para ideolog-ideolog yang salah dalam memahami ajaran Islam yang damai. Wallahu a'lam.


Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/12/28/mfq9e4-damai-produk-peradaban-islam

Mengagumi Rasulullah SAW



Ketika Rasulullah SAW sedang bertawaf mengelilingi Ka’bah, beliau mendengar seorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir, “Ya, Karim! Ya, Karim!”.  Lalu, Nabi SAW menirunya, “Ya, Karim! Ya, Karim!”. Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, lalu berzikir lagi. Nabi Muhammad pun kembali mengikutinya.

Seakan merasa seperti diolok-olok, orang itu menoleh ke belakang. Terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah dan tampan, yang belum pernah dikenalinya. Orang itu lalu berkata, “Wahai, orang tampan, apakah engkau memang sengaja memperolok-olokku karena aku ini adalah orang Arab Badui? Kalaulah bukan karena kegagahanmu, pasti aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad SAW.”
Rasulullah pun tersenyum, dan bertanya, “Tidakkah engkau mengenali nabimu, wahai, orang Badui?” 
Orang itu menjawab, “Belum.” 
Lalu, Rasulullah bertanya, “Jadi, bagaimana engkau beriman kepadanya?” 
Si Badui kembali berkata dengan mantap, “Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya walaupun saya belum pernah melihatnya.”
“Wahai, orang Badui, ketahuitah, aku ini nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat,” ujar Nabi. 
Melihat Rasulullah di hadapannya, dia tercengang, seakan tak percaya. “Tuan ini Nabi Muhammad?” 
Nabi menjawab, “Ya.”
Ia segera menunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah. Melihat hal itu, Nabi segera menarik tubuh orang Badui itu seraya berkata, “Wahai, orang Badui, janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabur dan yang minta dihormati atau diagungkan. Akan tetapi, demi berita gembira bagi orang yang beriman dan ancaman bagi yang mengingkarinya.”
Ada dua makna penting dalam kisah di atas. 
Pertama, kebanggaan seorang hamba bertemu dengan Nabi SAW. 
Kedua, kecintaan terhadap Nabi bukan dengan cara memujanya, seperti mencium kaki. Nabi tak memposisikan dirinya di hadapan umatnya laksana tuan dan budak.
Kecintaan dan kekaguman terhadap Rasulullah hendaknya direfleksikan dari perilaku yang mencerminkan ketaatan terhadap ajarannya, bukan pada pribadinya secara fisik. Kita tak menemukan Rasulullah dalam bentuk fisik, tetapi ajaran kebenaran yang disampaikannya akan tetap “hidup” dan menjadi cahaya sepanjang zaman. Selama itu pula, umat akan merasakan kehadiran Rasulullah sekaligus menghormatinya.
Kesetiaan dan kekaguman kepada Rasulullah saat ini akan memiliki derajat yang sama dengan orang yang bertemu secara langsung tatkala kita menjadi umat yang taat dan selalu menegakkan syiar Islam yang diajarkannya.
Sumber: kolom hikmah Republika, 16 September 2010

masih layu

 


ada sebuah pola dalam hidup ini
ia membentuk pola bulat tak bersudut
kunamai dia hidup
kunamai pula dengan perjuangan hidup
kunamai pula dengan rotasi perjuangan hidup

masih layu
masih seperti yg kemarin, tahun lalu
waktu saja tidak cukup merubah, meski setiap waktu ia berubah
tapi tidak dengan hidup, ia berputar, berotasi seperti bumi
masih layu seperti tanaman yg kurang hujan, meski saat ini hujan tak kunjung berhenti

kusebut ia semangat, meski berulang kali kuhafal kalimat2 bijak
tak menjamin hidup ini otomatis menjadi bijak
meski sering kudendangkan kata2 semangat, tak jua semangat itu otomatis tumbuh, masih layu ternyata.

perubahan adalah hal yg tak bisa dihindarkan, kesendirian jg harus diingkirkan
mungkin setangkai tanaman layu bukan karena kekurangan air hujan, barangkali ia sendirian
ditengah sekelilingnya lain tanaman, atau mungkin kurang perhataian dan sentuhan.
mungkin ia butuh teman? saya rasa itu bukan tumbuhan, mungkin itu diriku saja yg mencocokkanya.

2013, tahun baru bagi sebagian orang, bagiku hanya kalender saja yg berubah beserta banyak liburan yg sudah kudapatkan.
nampaknya harus diakhiri segala kelayuan hidup ini, segala yg mengelisahkan hati.
target harus diwujudkan, bukan hanya dituliskan
rencana tanpa realisasi omong kosong
realisasi tanpa rencana hanya merencanakan kegagalan.

bismillah, ridhoi kami Ya Rabb untuk bisa menyempurnakan separuh Din Mu tahun ini, wallahu yubarik fiih.








Jumat, 04 Januari 2013

PRINSIP-PRINSIP BERKOMUNIKASI YANG ISLAMI





Seseorang yang dimuliakan Allah Swt, Imam Ghozali dalam suatu dakwahnya kepada murid-muridnya memberikan gambaran bahwa yang paling tajam dalam kehidupan manusia ini bukanlah tajamnya pedang yang terhunus atau pisau….tapi yang paling tajam dalam kehidupan ini adalah lidah manusia. Karena lidahlah maka seseorang bisa membunuh yang lain, karena lidahlan seseorang bisa bercerai dengan pasangannya, bahkan karena lidah pula banyak orang yang dihinakan oleh Allah Swt.

Sebagai hamba Allah yang berTAWQA, maka hendaklah setiap omongan yang keluar dari mulud ini selalu mencakup ke 6 kriteria ucapan-ucapan yang diridhai Allah Swt.

Nabi Muhammad bersabda,
Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari Akhir (Qiamat) maka hendaklah ia berbicara dengan perkataan yang baik atau diam (HR. Bukhari-Muslim)

1. QAULAN SADIDA (perkataan yang jujur)

Qaulan Sadida artinya pembicaraan yang benar, jujur, lurus, tidak bohong, dan tidak berbeli-belit.
Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (Al-Ahzab[33]: ayat 70)

Tidak Bohong
Arti kata dari qaulan sadida adalah tidak bohong. 
Nabi Muhammad saw bersabda,
“Jauhi bohong, karena bohong membawa kamu pada dosa, dan dosa membawa kamu pada neraka. Lazimkanlah berkata jujur, karena jujur membawa kamu pada kebajikan, dan kebajikan membawa kamu pada surga”.

Al-Qur’an menyuruh kita selalu berkata benar, supaya kita tidak meninggalkan keturunan yang lemah.

Bahaya Bohong
Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa orang beriman tidak akan berdusta. Dalam perkembangan sejarah, umat Islam sering dirugikan karena berita-berita dusta. Yang paling parah ketika bohong memasuki teks-teks suci yang menjadi rujukan. Kebohongan tidak berhasil memasuki Al-Qur’an karena keaslian Al-Qur’an dijamin oleh Allah hingga hari Qiamat.


2. QAULAN BALIGHA (perkataan yang menyentuh qalbu)

Kata baligh berarti fasih, jelas maknanya , menyentuh qalbu, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu, prinsip qaulan baligha dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.
Sebagai seorang mubaligh, maka berdakwahlah dengan hati yang ikhlas, begitu juga jama’ahnya menerima pencerahan dengan ikhlas…insya Allah petunjuk Allah akan turun pada hamba-bambaNya yang ikhlas.
Allah berfirman:
…dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang menyentuh pada qalbu mereka.(An-Nisaa [4]: ayat 63)


3. QAULAN KARIMA (perkataan yang mulia)

Kata qaulan karima mengandung dua hal, yakni:
(1) berkenaan dengan tuntunan berakhlak kepada Allah,
(2) berkenaan dengan tuntunan berakhlak mulia kepada kedua orang tua. Tuntunan akhlak kepada kedua orang tua, antara lain: keharusan berbakti kepada orang tua, dan mengurus orang tua di saat mereka sudah usia lanjut ataupun saat sedang sakit. Jika seorang anak mengikuti perintah Allah ini, ia akan selamat di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman,
…maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Israa’ [17]: ayat 23)


4. QAULAN MA’RUFA (perkataan yang baik)

Betapa pentingnya berbicara dengan kata-kata yang baik dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun, dengan sarat pembicaraannya itu akan mendatangkan pahala dan manfaat, baik bagi dirinya sebagai komunikator maupun bagi orang yang mendengarkan sebagai komunikan.
Allah berfirman:
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan perasaan si penerima.(Al-Baqarah [2]: ayat 263)


5. QAULAN LAYYINA (perkataan yang lembut)

Allah swt memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk mendakwahkan ayat-ayat Allah kepada Firaun dan kaumnya. Firaun sebagai seorang Raja Mesir memiliki watak keras, sombong, dan menolak ayat-ayat Allah, bahkan menantang Allah dengan mengaku sebagai Tuhan.
Nabi Muhammad saw mencotohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut kepada siapa pun, baik kepada keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun kepada manusia yang belum beriman.
Allah berfirman:
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Tahaa[20]: ayat 44)


6. QAULAN MAYSURA (perkataan yang pantas /memberi harapan)

Salah satu prinsip komunikasi dalam Islam adalah setiap berkomunikasi harus bertujuan mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hamba-hambanya yang lain. Islam mengharamkan setiap komunikasi yang membuat manusia terpisah dari Tuhannya dan hamba-hambanya.

Seorang komunikator yang baik adalah komunikator yang mampu menampilkan dirinya sehingga disukai dan disenangi orang lain. Untuk bisa disenangi orang lain, ia harus memiliki sikap simpati dan empati.
Allah berfirman:

Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu  yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas  (Al-Israa’[17]: ayat 28)




by Ghoen Setyabudi, pengasuh Pondok Yatim Akhlaqul Kharimah. Jl. Biliton 28 Madiun (08123236870)
http://www.akhlaqulkharimah.com/2011/10/25/6-prinsip-berkomunikasi-yang-islami/#more-285

HATI-HATI BAGI PENGGEMAR OPRAH WINFREY, Penyesat Baru : Oprah Winfrey, pendiri agama O


Siapa yang tak kenal Oprah Winfrey. Pembawa acara Oprah Show itu memang terkenal dengan kecakapannya dalam memotivasi publik dengan acara-acaranya yang selalu menginspirasi. Pada 6 April 2010, Oprah mendirikan agama baru yang disebutnya Agama O. Dideklarasikan di Chicago, Amerika Serikat, Oprah memosisikan dirinya sebagai pendiri sekaligus pemimpin agama O.

Gayle King --editor O, The Oprah Magazine, yang menjadi Uskup Agung sekaligus pembicara agama ini, menyatakan inilah agama baru yang sangat diharapkan orang, sejak Scientology.

Sejak Oprah sebagai pemimpin tertinggi dan sekaligus sebagai kepanjangan tangan Tuhan, penebusan dosa tidak perlu, dan pengampunan dijamin, tanpa harus ada campur tangan orang lain. Meskipun Oprah meresmikan sendiri pembukaan pertama Gereja Oprah Juru Selamat, yang terletak di Chicago Magnificent Mile, namun agama Oprah tidak mensyaratkan bangunan gereja.


Sebaliknya, "Berbahagialah gerejaku, masukkan kalian sekarang dan lihatlah pelayanan saya di televisi panel layar datar raksasa Sony di dalam!" Oprah berseru. Kemudian ia melanjutkan, "Lihatlah dalam diri Anda, agar Anda dapat mengatasi semua rintangan jika Anda percaya pada diri sendiri! Lihat juga di dalam kantong hadiah Anda, karena Anda semua mendapatkan sertifikat untuk sebuah televisi Sony gratis! "

Menurut Gayle dalam seremoni pembukaan agama tersebut, agama ajakan Oprah ini begitu menggoda banyak orang karena menghilangkan banyak aturan dan larangan dalam agama konvensional yang sudah ada. "Sekarang, Anda dapat melakukan hal yang sama, dan tanpa ada ancaman kutukan abadi," kata Gayle, yang juga merupakan sahabat Oprah.

Gayle melanjutkan, agama Oprah memiliki semua kenyamanan yang ada pada sebuah sistem kepercayaan tradisional, tapi lebih dikombinasikan dengan semangat kehidupan Oprah, sehingga siapa pun akan merasa nyaman ketika mereka berpindah ke tradisi baru O. Misalnya saja, tradisi Katolik seperti pengakuan dosa telah dimasukkan ke dalam O. Namun dengan modifikasi: cukup dilakukan sekali seumur hidup.

Setelah mengucapkan kata pengantarnya, Gayle kemudian merentangkan tangannya ke langit, dan Oprah muncul dari atas, terbalut jubah putih menyilaukan dan sepasang sepatu bot kulit hitam setinggi lutut dengan tumit stiletto. Kerumunan campuran perempuan pra dan pasca-menopause histeris, menangis, seperti melihat visi surgawi.

Saat ini, Oprahnisme menjadi agama resmi di Kanada, Jepang dan Selandia Baru. Kentalnya pengaruh New Age, nampak dari doktrin awal yang didengungkan Oprah.

Gereja Oprah ini semakin mengibarkan sayapnya yang kokoh. Namun Gereja Katolik menolak jika Gereja Oprah sebagai sebuah agama. Pengikut Oprah ini menunjukkan perlawanan kepada agama yang menolak.

Bagi Oprah, salah satu kesalahan dari manusia adalah menilai bahwa hanya ada satu jalan kehidupan, dan bahwa kita tidak menerima adanya bermacam-macam jalan di dunia. Padahal hanya ada satu cara bagi manusia untuk menuju Tuhan, yaitu melalui Tuhan Yesus. Besarnya pengaruh Gerakan New Age terlihat dari banyak tamu di acara-acara Oprah, yang merupakan pendukung New Age.

Contoh Doa-doa Agama O :
Doa-doa ini diambil dari facebooknya.

"For Oprah so loved the world, She came in person."
Karena Oprah cinta dunia ini, Dia datang untuk itu.

If you will accept Oprah as your Lord and Savior, please pray this prayer or one similar to it with all your heart:
Bila kau menerima Oprah sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, silakan ikuti doa ini atau setidaknya serupa sesuai dengan sepenuh hatimu.

"Dear Oprah, I admit I am a sinner; going to hell. I know that I cannot save myself. I turn from my sins and put my faith in your television program to pay for all my sins. I now accept you as my Savior and trust you to take me to Harpo Studios after I die. Thank you for saving me. O-men."
"Oprah yang terkasih, saya akui bahwa aku seorang pendosa; sedang menuju ke neraka. Saya tahu tidak dapat menyelamatkan diri saya sendiri. Saya berbalik dari dosa-dosa saya dan menaruhnya dalam iman kepada acara televisimu untuk membayar semua kesalahan saya. Saya sekarang menerimamu sebagai Tuhan dan Juruselamat dan mempercayaimu untuk membawaku ke Harpo Studio setelah saya meninggal. Terima kasih untuk menyelamatkan aku. O-men (Amin)"

“For whosoever shall call upon the name of Oprah shall be saved.” (Book of Oprah 10:13)
"Barangsiapa berseru memanggil nama Oprah akan diselamatkan" (Buku Oprah 10:13)

Tentang New Age Movement
New Age Movement atau Gerakan Zaman Baru tidak seperti agama formal kebanyakan. “Agama” ini tidak memiliki teks suci, organisasi pusat, keanggotaan, pendeta formal, pusat geografis, dogma, kepercayaan, dan lain sebagainya. Mereka sering menggunakan definisi eksklusif untuk beberapa istilah mereka.

New Age sebenarnya gerakan spiritual yang mengalir bebas, sebuah jaringan orang-orang percaya dan praktisi yang memiliki keyakinan agak mirip dan praktis, yang mereka tambahkan ke dalam agama formal yang mereka ikuti. Mereka menjadikan seminar, konvensi, buku, dan kelompok informal sebagai khotbah dan agama mereka.

Filosofi New age adalah filsafat yang berpusat pada diri manusia. Gerakan Zaman Baru mengajarkan bahwa manusia adalah "allah".

Work life balance


Banyak nasihat indah yang sebenarnya tidak bisa dikerjakan. Padahal yang utama dari sebuah nasihat adalah bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Percuma kata-kata indah terangkai dalam bentuk nasihat namun tidak bisa dikerjakan. Alih-alih bisa dilaksanakan, nasihat itu malah menjadi beban bagi penerimanya.

Salah satu nasihat yang sering kita dengar adalah hiduplah yang seimbang atau bahasa kerennya “work life balance”. Cobalah bertanya kepada si pemberi nasihat, apakah ia sudah menjalani hidupnya dengan seimbang? Dugaan saya, ia akan menjawab tidak.
Konsep work life balance itu mengacu kepada pembagian waktu yang seimbang antara berbagai kepentingan. Padahal faktanya, prioritas hidup orang setiap saat berubah. Sesuatu yang diprioritaskan pasti akan menyita waktu yang lebih banyak dibandingkan kepentingan yang lainnya.

Selain itu, work life balance sangat ditentukan faktor luar. Misalnya, saat kita berkomitmen ingin berkumpul dengan keluarga, tiba-tiba jalanan macet total di segala arah. Dalam kondisi seperti ini, nasihat agar kita work lifa balance justru menjadi beban yang menyiksa.

Gantilah nasihat work life balance menjadi “curahkan energimu”. Apa maksudnya? Fokus dan nikmatilah saat Anda melakukan sesuatu. Saat bekerja atau berbisnis kerahkan semua energi untuk melakukan yang terbaik. Hindari tubuh Anda di tempat kerja tetapi pikiran dan tindakan Anda melayang jauh dari pekerjaan.

Begitu pula saat bersama keluarga, curahkan energi Anda untuk memberikan yang terbaik. Singkirkan gadget, smartphone dan sejenisnya saat keluarga Anda mengajak bicara dan bermain. Kerahkan energi Anda untuk melayani dan memberi yang terbaik. Hindari, tubuh Anda bersama mereka tetapi tangan dan pandangan Anda ke “produk-produk teknologi” yang Anda bawa.

Ketika Anda “bercengkrama” dengan Sang Maha, kerahkan semua energi untuk menghadap kepada-Nya. Hindari, tubuh Anda melakukan gerakan-gerakan ibadah namun pikiran dan hati Anda melayang jauh ke tempat atau aktivitas yang berbeda. Ketahuilah, Dia bukan hanya melihat tubuh Anda tetapi mengetahui isi kepala dan hati Anda.

Fokus dan nikmatilah kegiatan Anda tanpa terbebani dengan nasihat work life balance. Namun, tetap sadarilah bahwa hidup bukan hanya tentang diri Anda tetapi juga tentang keluarga, negara, agama dan juga lingkungan Anda…

Salam Sukses Mulia!

@jamilazzaini

KARTUNIS BRAZIL ADALAH MUSUH UTAMA ZIONIS ISRAEL NOMOR 3


Menjelang berakhirnya tahun 2012, Lembaga Yahudi Shimon Wiesenthal Center (SWC) mengeluarkan daftar musuh Zionis Israel “2012 Top Ten Anti-Semitic/Anti-Israel Slurs”. Selain menempatkan Mursyid Am Ikhwanul Muslimin Muhammad Badi’ sebagai musuh utama Zionis nomor satu, lembaga yang didirikan Simon Wiesentha itu menempatkan Carlos Latuff sebagai musuh Israel nomor tiga. Siapakah Carlos Latuff? Berikut ini profilnya:
Carlos Latuff adalah seorang kritikal kartunis. Dilahirkan 44 tahun yang lalu di Brazil, Latuff memiliki darah keturunan Arab dari Lebanon. Karya-karyanya meliputi berbagai tema, termasuk anti-globalisasi, anti-kapitalisme, dan anti-intervensi militer AS. Latuff terkenal dengan karya-karyanya yang menyoroti Israel-Palestina dan, baru-baru ini, peristiwa Arab Spring. Latuff sendiri telah menggambarkan karyanya sebagai “kontroversial”.

Karya-karya Latuff banyak dimuat di media Brazil. Diantaranya The Brazilian edition of Mad, Le Monde Diplomatique, dan the Toronto Star. Sebagian karya Latuff juga dimuat di media Arab seperti the Saudi Magazine Character, Al Akhbar, dan lain-lain. Latuff juga mempublikasikan karyanya sendiri di website pribadinya.

Latuff banyak menggambar karikatur tentang Palestina dan Israel sejak ia mengunjungi wilayah Palestina pada 1990 lalu. Ia menjadi sangat kritis terhadap Israel setelah melihat langsung apa yang dialami rakyat Palestina. Akibatnya, Latuff mendapatkan kritikan atas karya-karyanya, terutama dari kalangan Pro Zionis.

Diantara karya Latuff yang paling terkenal adalah seri karikatur We are all Palestinians (Arabic: كلنا فلسطينيون). Melalui tema itu Latuff menggambarkan semua orang yang tertindas, termasuk Afrika Selatan dan Tibet menyatakan “Saya Palestina.”

Latuff juga membuat serangkaian karikatur yang menggambarkan Perdana Menteri Ariel Sharon, Presiden AS George W. Bush, Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva dan PM Inggris Tony Blair sebagai monster dan sebagai Nazi.

Namun, dari seluruh karyanya, agaknya karikatur yang dibuatnya selama serangan Israel pada perang delapan hari Nopember lalu, yang dikenal sebagai “Hijarah As Sijjil” adalah karya yang paling dibenci Israel. Melalui karikaturnya tersebut, Latuff menggambarkan PM Israel Benjamin Netanyahu sedang membunuh dan menyiksa bayi Palestina demi elektabilitas pada pemilu mendatang. Karikatur itu pula yang menjadi pertimbangan SWC “menobatkan” Carlos Latuff sebagai musuh Israel nomor tiga.

Ketika ditanya tentang anti-semitic oleh Majalah Mingguan Yahudi Amerika, pada 2008 lalu, Latuff menegaskan:

“Kartun saya tidak saya tujukan pada orang-orang Yahudi atau Yudaisme. Fokus saya adalah Israel sebagai entitas politik, sebagai pemerintah, angkatan bersenjata mereka menjadi satelit kepentingan AS di Timur Tengah, khususnya kebijakan terhadap Palestina. Hal itu juga menegaskan bahwa mereka adalah penindas Palestina…”

Template by:

Free Blog Templates