|
Dajjal-ilustrasi |
An-Nawas bin Sam'an r a. berkata bahwa pada suatu pagi Rasulullah saw
menceritakan tentang Dajal. Kami bertanya, "Rasulullah bagaimana
kecepatan Dajal berjalan di muka bumi?" Nabi menjawab, "Seperti mendung
yang diterpa angin, maka dia pergi mendatangi suatu kaum dan mengajak
mereka (dengan kebohongannya) untuk mengimaninya, lalu dengan segera
kaum itu percaya kepadanya. Lalu menyeru langit untuk segera menurunkan
hujan. Lalu tanaman-tanaman segera tumbuh subur dan mereka
menggembalakan ternaknya yang banyak susunya dan gemuk-gemuk. Kemudian
ia mendatangi suatu kaum yang lain, lalu mengajak mereka untuk
mengimaninya, tetapi kaum ini menolak semua ajakannya, lalu ditinggalkan
kaum tersebut oleh Dajal, mendadak daerah itu menjadi kering dan
gersang, tidak ada sedikit pun dari kekayaan (alam) mereka yang
tertinggal." (Shahih Muslim)
Rasulullah saw. sangat tepat memberikan gambaran
tentang kecepatan Dajal di bumi. Hal ini sebagaimana riwayat tersebut
memberikan gambaran tentang gerakan Dajal yang secepat angin. Bahkan,
dalam riwayat lain disebutkan bahwa ia dapat melangkah dari timur ke
barat dalam sekejap. Apabila kita mau sesekali merenungkan perkembangan
teknologi saat ini --apalagi beberapa dekade ke depan-- niscaya prediksi
hadits tersebut sangat tepat untuk menggambarkan "teknologi informasi".
Dunia yang semakin sempit dikarenakan kecepatan teknologi yang tidak
pernah terbayangkan oleh generasi sebelumnya. Kecepatan Dajal yang
disebutkan oleh hadits seperti "angin berhembus" itu, tidak lain adalah
sistem komunikasi yang didukung oleh teknologi super digital melalui
jaringan satelit yang sangat cepat bagaikan kedipan mata.
Langkah
informasi dapat seketika mencakup timur dan barat, sesuatu yang bukan
lagi aneh pada zaman sekarang apalagi di masa depan. Dajal menjadikan
"teknologi pengindraan" (satelit) sebagai sarana untuk mengawasi dunia.
l. Mendatangi Suatu Kaum (Bangsa)
Apa
yang diriwayatkan oleh hadits tadi --tentang Dajal mendatangi suatu
kaum--mengisyaratkan bahwa propaganda Dajal ke seluruh bangsa-bangsa
dengan menawarkan kenikmatan dan kelimpahan materi. Bangsa-bangsa yang
menjadi budak ajaran mereka akan segera menikmati limpahan kemakmuran
dunia yang dilambangkannya dengan turunnya hujan dan gemuknya ternak
peliharaan yang berlimpah air susunya. Sebaliknya, suatu bangsa atau
negara yang menolak kerja sama dengan Dajal akan dihancur-luluhkan
sebagai satu pelajaran bagi bangsa tersebut dan bangsa lainnya.
Bangsa
yang menolak Dajal akan mengalami penderitaan dari segi keuangannya,
kemiskinan, dan kekacauan yang luar biasa --sebagaimana diriwayatkan
dalam hadits tadi-- dalam bentuk mengalami kekeringan dan sedikitnya
kekayaan bangsa tersebut
Siasat licik Dajal adalah menggoda
manusia dengan hiburan dan wanita. Telah banyak para pemimpin dunia dan
pejabat pemerintahan yang "tersungkur" karena godaan wanita yang sengaja
disodorkan melalui jaringan konspirasi Dajal. Hal ini, sudah sejak
awal, diperingatkan oleh Rasulullah sebagaimana sabda baliau:
"Dunia
ini cantik dan hijau. Sesungguhnya, Allah menjadikan hamu khalifah dan
Allah mengamati apa yang kamu lakukan, karena itu jauhilah godaan wanita
dan tipuan dunia. Sesungguhnya yang menimpa kaum Bani Israel sebelum
kamu adalah karena godaan kaum wanita." (HR Ahmad).
Jaringan
konspirasi Dajal menjadikan kaum wanita sebagai "komoditi" (pelacur)
bagi kaum turis, bahkan diekspor ke Eropa untuk sekaligus mengorek
berbagai informasi dari lawan jenisnya yang terperangkap oleh godaannya
tersebut.
Oleh karena itu, umat Islam diperingatkan agar menjauhi
jebakan dunia --khususnya godaan wanita-- yang selalu dikemas dengan
penuh daya pikat oleh kaum Dajal ini. Ketahuilah bahwa kenikmatan dunia,
betapapun gemerlapnya, hanyalah sementara dan tidak mempunyai nilai
sama sekali dibandingkan dengan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda,
"Perbandingan dunia dan akhirat, seperti seorang yang mencelupkan
jarinya ke dalam laut, lalu diangkatnya dan dilihatnya (jarinya
tersebut). Apa yang melekat di ujung jarinya itulah dunia, sedangkan
sisanya yaitu air di lautan, maka itulah kenikmatan akhirat." (HR Muslim
dan Ibnu Majah)
2. Berkecamuknya Kemungkaran
Abdullah bin
Amru bin al Ash r a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Dajal akan
keluar pada umatku, maka tinggalkanlah penjahat-penjahat manusia dalam
kecepatan burung, dan jiwa srigala tidak mengenal kebaikan dan tidak
menolak mungkar. Hingga setan menyerupakan mereka dan berkata kepada
mereka, 'Tidakkah kamu menyambut saya?' Mereka menjawab, 'Apakah yang
kauperintahkan kepada kami dengan menyuruh kami menyembah berhala'…" (HR
Muslim).
Hadits tersebut memberikan simbol informasi bahwa Dajal
akan menjadikan para pengikutnya menjadi manusia yang tidak lagi
mengenal agamanya sendiri. Bahkan, mereka menjadi asing dengan agamanya.
Umat Islam telah meninggalkan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidupnya. Hal
inilah yang diperkirakan dan sangat dikhawatirkan Rasulullah saw,
sebagaiman firman Allah SWT:
"... 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan'…" (al-Furqan: 30).
Kemungkaran
semakin merajalela dikarenakan manusia telah melupakan Allah dan
terpikat oleh kenikmatan fatamorgana yang ditawarkan dan dikemas dengan
sangat memikat oleh para profesional Dajal.
Persatuan suatu
bangsa "diobok-obok" sehingga nasionalisme pecah berantakan menjadi
kepingan-kepingan negara kecil yang memudahkan Dajal untuk mengontrol
mereka. Konflik antaragama diprovokasi dengan segala isu sistematis,
sehingga menjadi alasan pembuktian propaganda kaum Dajal bahwa agama
tidak lagi dibutuhkan karena hanya menjadi sumber konflik. Manusia harus
merdeka dari segala cara berpikir dogmatis yang memperbudak dirinya.
Inilah gaya haru dari paham seorang Yahudi licik, Karl Marx. Ia seorang
neo Komunisme yang bagaikan binatang "melata dari bawah bumi" mendesis
(daabbatim minal ardhi; an-Naml: 82) menyebarkan
racun terhadap fikrah atau cara berpikir umat Islam dan umat agama lain.
Kaum
Dajal itu bergerak bagaikan burung yang terbang dengan cepat hinggap ke
sana ke mari dan menyebarkan berbagai keburukan. Jiwanya yang sudah
kehilangan "moralitas agama" telah diisi oleh hawa nafsu binatang
srigala yang tidak kenai belas kasihan: menindas dan menyebarkan fitnah
kebencian. Hal ini telah disebutkan oleh Thomas Hobbes:
"Manusia
akan menjadi sekelompok srigala yang siap untuk saling mencabik satu
sama lain (homo homini lupus belium omnium contra omnes)."
Segala
tatanan moral agama dianggapnya sebagai penghalang dinamika dan
kemerdekaan berpikir. Agama hanya akan menjadi simbol statusquo yang
sekarat, sehingga harus dihilangkan setahap demi setahap dengan
memberikan wacana baru, yaitu kenikmatan dunia hedonis-epikuristik.
Yaitu, mengajak umat manusia untuk menerima berhala baru, ideologi baru
yang matrialistis-rasional serta berbagai bentuk okultisme, agama
mistik, dan berbagai takhayul, sebagaimana dijelaskan oleh hadits tadi:
sebagai penjahat yang kecepatannya seperti burung, dan jiwanya bagaikan
srigala yang tidak mengenal kebaikan dan tidak mau menolak kemungkaran,
serta menyuruh menyembah berhala. Para kaki tangan Dajal, baik sadar
atau tidak sadar, terbelenggu akal pikirannya. Buta mata hatinya untuk
mendengarkan hati nuraninya. Ia terpesona terhadap kehebatan kekuasaan
dan intelektualitas Dajal yang "mengangkangi" dunia tanpa saingan itu.
Mereka mendatangi dan menyembah untuk meminta bantuan Dajal agar
memperoleh curahan hujan dari langit dan tumbuh subur ternak dan
tanamannya.
Begitulah yang dinubuwatkan hadits Rasulullah saw.
Orang-orang yang lemah iman dan hilang rasa bangganya untuk berpihak
kepada Allah dan Rasul-Nya --mereka malu dan merasa minder dengan
menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul sebagai azas dan panduan
hidupnya-- akan dengan mudah terperangkap oleh gemerlapnya kekuatan
Dajal.
Abu Sa'id al-Khudri ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Pada
waktu keluarnya Dajal, ada seseorang dari kaum mukminin yang pergi
(menemui Dajal) kepadanya. Lalu ia disambut oleh polisi-polisi Dajal dan
ditanyakan, 'Hendak ke mana engkau?' Ia menjawab, 'Saya ingin menemui
orang (Dajal) yang baru keluar.' Lalu mereka bertanya, 'Apakah kamu
belum percaya kepada Tuhan kami?' Ia menjawab, 'Tuhan kami tidak samar.'
Maka berkatalah polisi Dajal, 'Bunuhlah dia.' Akan tetapi, polisi
tersebut ditegur oleh sebagian dari mereka (polisi lain), 'Jangan.'
Tuhan kami (Dajal) telah melarang tidak boleh membunuh seorang, selain
dari perintahnya. Maka dibawalah mukmin tersebut menghadap kepada Dajal,
maka ketika dilihat oleh si mukmin, ia segera berkata, 'Hai sekalian
manusia, inilah Dajal yang telah disebut oleh Rasulullah saw'. Maka
segera Dajal menyuruh merebahkan mukmin tersebut dan diperintahkan
supaya dikupas kulit dan dipukuli punggung dan perutnya. Lalu Dajal
bertanya, 'Apakah tetap engkau tidak percaya kepada kami?' Ia menjawab,
'Engkaulah alMasih pendusta.' Kemudian diperintahkan supaya (mukmin
tersebut) digergaji dari atas kepalanya hingga ke kakinya menjadi dua
bagian, dan berjalan Dajal di tengah dua bagian badan yang telah
terbelah dua. Kemudian Dajal memerintahkannya, 'Bangunlah!' Maka
bangunlah dan tegaklah ia. Kemudian Dajal kembali bertanya, 'Apakah kamu
belum percaya kepadaku?' Ia menjawab, 'Tidak berkurang pengetahuanku
tentang engkau, bahkan bertambah yakin.' Kemudian si mukmin berkata,
'Hai sekalian orang, ia (Dajal) tidak dapat berbuat demikian lagi kepada
seorang pun'. Maka Dajal berusaha untuk membunuh kembali orang mukmin
itu, tetapi Allah telah meletakkan diantara leher hingga belakang orang
itu seolah-olah tembaga, hingga tidak dapat disembelihnya. Kemudian
dipegang tangan dan kaki orang itu dan dilemparkan. Mereka menyangka ia
dilempar ke dalam neraka, padahal ia dilempar ke surga. Kemudian Nabi
melanjutkan sabdanya, 'Itulah manusia yang paling besar kesaksiannya
(mati syahid) di sisi Tuhan Rabbul 'alamin'…" (HR Muslim)
Anas r
a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Akan mengikuti Dajal dari
Yahudi Asbahan, tujuh ribu yang memakai pakaian seragam." (HR Muslim)
3. Teror Terhadap Orang Beriman
Dajal
akan melakukan teror dengan berbagai cara kepada orang-orang beriman.
Mereka membuat isu dan menyebarkan berita bohong, baik melalui berbagai
media massa maupun internet, agar orang-orang beriman terpojok dan
dinistakan oleh kaumnya. Orang yang bertindak jujur, ikhlas, dan
berpihak kepada Allah dan Rasul-Nya akan segera berhadapan dengan teror
fitnah yang dilancarkan oleh para pengikut Dajal tersebut. Sehingga
datanglah satu kondisi secara sangat nyata dan manusia pun buta mata
hatinya melihat kebenaran. Nafsu amarah menjadi akidahnya. Caci maki,
umpat, dan hujatan menjadi zikirnya. Lalu fitnah dan kebencian menjadi
jubah kebesarannya. Maka menarilah kaum Dajal yang telah memecah belah
suatu kaum yang dikawal oleh "mayat-mayat hidup" (zombie).
Kebenaran
telah dibohongkan. Kejujuran telah dicemoohkan. Kesalehan telah
dilecehkan. Dan para pengikut Dajal itu pun beramai-ramai menyanyikan
kepalsuan, kemunafikan, dan kebohongan di atas penderitaan dan darah
manusia. Akan tetapi, orang-orang beriman yang masih mempunyai hati
nurani tetap waspada terhadap segala bentuk gerakan Dajal zionis yang
menampakkan dirinya sebagai al-Masih ad-Dajal. Mereka sadar bahwa Dajal
berupaya untuk melakukan cuci otak (brainwashed) kepada kaum mukminin
--seperti yang disebutkan hadits Muslim tadi-- dengan cara mengupas
kulit dan memukul punggung orang beriman.
Hanya saja, Allah
memberikan perlindungannya dengan simbol perisai dari tembaga sehingga
orang mukmin itu selamat dari pengaruh Dajal. Mereka (Dajal beserta
kaumnya) menyangka bahwa orang mukmin itu telah dibuangnya ke neraka,
padahal Allah menggantinya dengan surga (jannatun na'im). Bagi orang
beriman, keberpihakan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah harga mati yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Betapapun seluruh manusia, pada saat itu,
secara sadar atau tidak sadar telah menjadi pengikut dan penyembah
berhala yang dipropagandakan kaum Dajal.