Kamis, 27 Oktober 2011

Semoga Lebih Baik lagi kedepan. ^^


Alhamdulillah hari ini Rohmat genap berumur 24 tahun,ada sesuatu yg sedikit yg membuatku gundah .selain dimana jatah hidup ini berkurang. disatu sisi nikmat umur adalah salah satu nikmat yg luar biasa,byk kesempatan berbuat baik,menikmati indahnya hidup,bisa berkumpul dan bersama dengan orang 2tercinta dan tersayang di sekitar kita.bisa menyelesaikan tugas2 dan kerjaan cita2 dan harapan yg blum tercapai.

tapi disatu sisi nikmat umur adalah sebuah fitnah jika kita tak pandai mengelolanya dgn baik,bahkan seburuk2 manusia adalah yg panjang umurnya tapi jelek perangai dan amalnya.artinya dalam hidup dalam nikmat ini terselip ujian dan cobaan yg tak terkira dahsyatnya
Umur berkurang,sementara keburukan tiaphnari bertambah bertumpuk,menggunung.smentara kewajiban dan amal sholeh sebegitu sedikitnya.sebagaimana hasan Al banna katakan " kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yg tersedia"

Allah swt berfirman didalam al quran pada surat al hajj ayat 5
Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah diketahuinya.


Suri tauladan kita Nabi Muhammad memang belum pernah apalagi mengajarkan umatnya untuk merayakan milad atau hari ulang tahun,dan sebagai umat yg baik tak patut dan pantas kita keluar dari kotak,yg tentunya dan seyogyanya merayakan milad adalah hal yg baik dan bermanfaat maka mereka pasti telah mengerjakan dan mengamalknaya sebelum kita.
apalagi perayaan ulang tahun selama ini identik sekali dengan budaya barat yg telah disnyalir oleh nabi sebagai bentuk dari tasyabuh..dan sungguh kami dari umat nabi pantang mengikutinya
apalagi kita mengikuti cara mereka,berhura2 ngak jelas manfaatnya,mubadzir ikhtilat dan lain sebagainya

Di FB banyak yg mengucapkan selamat milad,met ultah,barakallah fi umrik.. hamba bingung
semoga ini bukan dari bagian dr tasyabbuh.dan saya sendiri mengangap ini bagian dari doa.semoga doa dari mereka benar2 tulus.. disatu sisi saya mengharap doa tidak harus dihari ulang tahun kan?? tapi entahlah.Mark zuckerberg telah membuat aplikasi sedimikian rupa sehingga saat Hari kelahiran para facebookers sama dengan tanggalan dikalender.maka otomatis akan muncul di beranda "hari ini Rohmat betahtinggal didepokcity ulang tahun"

entahlah Ya ALLAH....Maafkanlah hamba ampuni hamba atas segala dosa yg hamba lakukan dimana hamba tidak tahu itu adalah dosa dikarenakan kedangkalan dan lemahnya ilmu hamba.


Wallahu a'lam.. hamba dhoif dan lemah.buat saudara2ku seiman tolong ingatkan jika saya lalai alfa dan lupa.

Senin, 24 Oktober 2011

menunggu kejutan.!!


Pahit bukan berarti tak disukai,sebut saja melinjo pahit tapi renyah nan sedap.
atau obat yg tak disukai karena rasanya tapi dicari.dibayar mahal karena manfaat dan pentingnya.

pun demikian dengan manis,manis byk disuka tapi tak jarang jg dibenci.sebut saja pemanis buatan aspartam yg rentan bahayanya jika dikonsumsi berlebih...
akhir2 ini perjalan hidup terus menerus mengalami pasang dan surut semangat

dan hati ini juga berkecamuk laksana perang
berderu laksana ombak dilautan
terjal laksana tanjakan

dan pada akhirnya kedewasaanlah yg berbicara sanggup atau tidakkah anda melewati semua ini?? ataukah gagal bersama cerita dan cita masa lalumu yg kelam dan mengekangmu.
dan pada akhirnya jalan satu2nya dan harus kupilih adalah terus maju,dan berkarya.
tetap sabar
tetap semangat
tetap tersenyum
Allah tidak mencipatakan kita scara kebetulan
tapi karena kita mampu dan punya potensi

  • Setiap orang harus punya impian dlm hidupnya,dgn demikian barulah ada semangat dan harapan untuk diraih.
  • Impian bukanlah tuk dikhayalkan dan dibicarakan,tapi untuk diraih dan dikejar dengan usaha, ketekunan dan kearifan.
  • Walaupun mati dengan impian yg blum tercapai bukanlah bencana, tidak punya impian itulah malapetaka.
  • Aku tidak akan pernah pudar semangatnya dalam setiap hal yang aku lakukan.
  • Jangan pernah takut dan ragu tuk menggantung impian setinggi2nya,walau sampai menjangkau langit.
  • Impianku hanya satu! Menjadi pemenang dalam hidupku!
semangat mat.!!
ingat cita2mu dan cita2 orang tua dan orang yg kau sayangi
semua akan berjalan mudah jika Allah selalu dihatimu
luruskan niat biar tak salah langkah dan salah arah.!!

"Rabbana la tuziqqulubana ba'da idz hadaitana wa hablana min ladunka rohmat"

Jumat, 21 Oktober 2011

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI

Pengertian Manajemen

Ensiclopedia of the social science ~> proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi

Mary Parker Follet ~> seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain

Thomas H Nelson ~> ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan

G.R Terry ~> proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usaha untuk mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lain

James A.F Stoner ~> proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan


Prof. Drs. Oei Liang Lie ~> ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan alam, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

Dari semua pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Pengertian Administrasi

Administrasi berasal dari bahasa inggris administration yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan tertinggi suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (administrasi dalam arti luas)

Administrasi berasal dari bahasa belanda administratie yaitu kegiatan atau tata usaha. Pekerjaan administrasi ini adalah pekerjaan tulis menulis atau catat mencatat semua kegiatan organisasi. Administrasi sebagai kegiatan ketatausahaan atau office work disebut (administrasi dalam arti sempit)

Pengertian administrasi dalam arti luas :

Luther Gullick, administration has to do, with getting things done, with the accomplishment of defined objective (administrasi adalah pelaksanaan usaha mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu)

W.H Newman, administration is guidance leadership and control of efforts agroup individuals toward some common goal (administrasi adalah bimbingan, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha sekelompok orang untuk mencapai tujuan)

Prof. Dr. Prayudi, SH, administrasi adalah pengendalian suatu badan usaha secara keseluruhan secara semesta secara overall, tanpa menitik beratkan salah satu unsur tertentu

Pengertian administrasi dalam arti luas

Drs. Munawardi Reksohadiprawiro, administrasi berarti tata usaha yang mencakup setiap pengaturan yang rapi dan sistematis serta penentuan fakta-fakta secara tertulis, dengan tujuan tertentu memperoleh pandangan yang menyeluruh serta hubungan timbal balik antara satu fakta dengan fakta lainnya

G Kartasapoetra, administrasi adalah suatu alat yang dapat dipakai menjamin kelancaran dan keberesan bagi setiap manusia untuk melakukan perhubungan, persetujuan dan perjanjian atau lain sebagainya antara sesama manusia dan/atau badan hukum yang dilakukan secara tertulis

Harris Muda, administrasi adalah suatu pekerjaan yang sifatnya mengatur segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis, surat menyurat dan mencatat (membukukan) setiap perubahan/kejadian yang terjadi di dalam organisasi itu

Perbedaan Dan Persamaan Administrasi Dan Manajemen

J.M Pliffner, Prof. Dr. Prajudi SH, menyatakan bahwa administrasi lebih luas artinya daripada manajemen. Bila diartikan administrasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh bagian tata usaha, atau administrasi dalam arti sempit, dapat pula dinyatakan bahwa administrasi berbeda dan lebih sempit dibandingkan dengan manajemen.

Kalau kita perhatikan definisi administrasi maupun manajemen yang dikemukakan oleh Luther Gulluck, W.H Newman, Pfiffner, J.A Stoner maupun Prof. Drs Oei terlihat bahwa pada hakikatnya administrasi adalah sama dengan manajemen. Tujuan administrasi maupun tujuan manajemen adalah sama, yaitu mewujudkan tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Rabu, 19 Oktober 2011

SAAT HUJAN TURUN

Hujan motivasi

titik titik air perlahan memenuhi pandangan

Sejuknya udara manjakan angan

Tiap tetes air yang terjatuh seolah membawa kabar gembira

Sorak sorai penghuni bumi menyambut kedatangannya

Bahwa berkah kehidupan telah tercurah dari langit

Basahi semua hal yang hampir kering dan mati

Tak henti kami bersyukur akan kehadirannya

Jadi mengapa kamu menjadi salah satu orang yang mengeluhkannya?

Saat hujan membuatmu gusar

Saat hujan menunda aktifitasmu

Ta ada yang perlu di cemaskan kawan

karna hujan telah jalankan tugasnya sebagai inti kehidupan

Syukuri tiap tetesnya yang membasahi alammu

Dan jangan pernah keluhkan kehadirannya

Karna air lah sumber kehidupan.

Senin, 17 Oktober 2011

Al-fahmu, landasan gerak dalam amal dakwah kita


Al Fahmu
Al Fahmu

Ikhwah, alhamdulillah, hari ini kita bersilaturahmi kembali, meskipun dalam nuansa yang berbeda, semoga tidak mengurangi eratnya ukhuwah diantara kita. Dan pada kesempatan kali ini, sedikit berbagi tentang sebuah materi, yang mungkin sudah kita dapatkan di materi liqo kita, tetapi tidak ada salahnya kita bedah kembali. Materi tersebut adalah rukun baiat Ikhwanul Muslimin, dan ada kesematan ini, mari kita mantapkan keyakinan kita tentang kepemahaman. Al- Fahmu. Paham. Paham artinya mengerti, bukan sekedar mengikuti tanpa tahu. Dan inilah yang dicontohkan Imam Syahid dalam dakwahnya. Memberikan kepemahaman kepada a’dhonya, bukan sekedar mengajak. Lalu pertanyaan besarnya, jangan – jangan keberadaan kita dalam jamaah dakwah yang mulia ini, hanya sekedar ikut – ikutan, hanya sekedar taklid, mencontoh dari kakak senior kita, tanpa faham lebih lanjut tentang jamaah dakwah ini. Kalau hal itu masih ada dalam diri kita, maka mari kita belajar kembali tentang al-fahmu. Rukun Baiah pertama.

Rukun Al-Fahmu, dalam Risalah taklim, ditempatkan pada urutan pertama dan menjadi penunjuang akan esensi yang harus dilakukan oleh seorang ikhwah. Analoginya, jika al-fahmu dapat dikuasai maka niscaya seorang ikhwah tidak akan sulit memahami Islam secara menyeluruh, seperti yang difahami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin, dan memahami apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ikhwah dalam berbagai langkah dan kehidupannya bersama gerakan Ikhwanul Muslimin. Banyak pihak yang mempertanyakan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Bai’ah ini. Ustadz Dr. Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan bahwa urutan yang dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al Banna sudah tepat. Karena beliau tahu betul fiqh prioritas, mendahulukan apa yang harus didahulukan.

Menurut Imam Syahid Hasan Al-Banna, al-fahmu adalah kayakinan akan fikrah (pandangan) kita yang merupakan fikrah Islamiyah yang solid dan tangguh. Fungsi alfahmu selaras dengan aksioma, pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yang benar merupakan pendahuluan dari perbuatan yang lurus. Karena ilmu merupakan bukti keimanan dan jalan menuju kebenaran. Para ahli sufi juga membuat alur: ilmu akan membentuk sikap, sikap akan mendorong perbuatan. Sebagaimana pernyataan psikolog yang menyatakan ada alur antara pengetahuan, emosi dan perbuatan. Artinya disini bahwa ilmu menjadi hal mendasar yang harus dimiliki sebelum tahap selanjutnya. Dan ilmu ada setelah kita memahami. Alfahmu. Prinsip Al Fahmu dengan 20 prinsipnya merupakan deklarasi bahwa Islam adalah solusi. Karena Islam adalah solusi maka kaidah-kaidah yang ada dalam Al Fahmu ini akan menjadi kaidah dasar dalam melakukan segala aktifitas. Seperti halnya yang telah diterangkan pada prinsip pertama dalam rukun Al-Fahmu ini tentang Syumuliatul Islam. Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang, ilmu pengetahuan dan hokum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih.

Prinsip pertama ini mengajarkan kepada kita bahwa aktivitas kita sehari-hari bukan hanya aktivitas semu yang tidak berlandaskan pada Islam, setiap muslim harus menyadari, mengetahui, meyakini dan mengamalkan Islam sesuai dengan kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua permasalahan kehidupan baik yang yang pribadi dan yang lebih besar dari pada itu disandarkan pada tata aturan Islam. Tidak ada pemisahan antara agama dan negara, seperti ungkapan ,” berikanlah hak negara kepada raja, dan berikanlah, hak agama kepada Tuhan.” Tidak akan pernah ada sekularisme dan liberalism dalam pemikiran dan aktivitas lainnya di muka bumi ini. Dan hal ini sepadan dengan firman Allah yang memerintahkan umat Islam untuk masuk ke dalam agama Islam secara kaffah.

Menurut Ibnu Qayyim, dalam konteks alfahmu, bahwa benarnya kepahaman dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Tiada nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dengannya, seorang hamba dapat terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang yang buruk tujuannya dan jalan orang-orang yang sesat (orang-orang yang buruk pemahamannya). Sebaliknya, mereka akan menjadi orang-orang yang diberi nikmat, yaitu orang-orang yang baik pemaham dan tujuannya. Merekalah orang-orang yang terbimbing ke jalan yang lurus, yang kita semua diperintah untuk memohonnya setiap kali shalat. Benarnya kepahaman merupakan cahaya yang disemayamkan Allah dalam hati hamba-Nya.

Maka dengan seluruh penjelasan di atas, maka sudah sangat jelas mengapa al-fahmu berada pada posisi pertama dalam urutan arkanul bai’ah. Hal ini tidak lain karena pemahaman merupakan modal atau landasan awal kita bergerak dalam tahapan rukun selanjutnya. Apa pun yang kita lakukan, pasti bersumber dari adanya keyakinan dan pemahaman. Ketika kita berusaha dalam jalan dakwah tanpa memahami esensi atau makna serta tidak memahami tujuan yang hendak dicapai, maka segala amal kita tidak akan sempurna dan kemungkinan gagal dikemudian hari akan menanti kita akibat fahmu kita yang tidak sempurna.

Ikhwah, diakhir tulisan ini, semoga Allah senantiasa menguatkan pemahaman kita, sehingga setiap jengkal jalan kehidupan kita dapat maksimal dan menghasilkan amal yang optimal untuk bekal hidup di akhirat kelak. Sehingga mimipi – mimpi besar kita, visi brilian kita tentang kampus madani, akan segera terealisasi, tentu seiring dengan semakin matang dan dewasanya kita dalam memahami jamaah ini. Selalu semangat, optimis, pantang menyerah. Semoga barakah, semoga istiqamah, semoga khusnul khatimah. Barakah… barakah.

Sabtu, 15 Oktober 2011

SEMANGAT DAN CITA-CITA PANTANG LUNTUR KARENA ALLAH SELALU BERSAMA KITA




Kata katamu mengapa sungguh menggelorakan
Bagai busur panah yang terlepas, menusuk jantung jantung kami

Harapan itu masih ada.... katamu lagi
Ummat ini harus bangkit
Al Ardhu Lana.... Al Ardhu Lana...
Wallahu biquwwatihi ma'ana
Ya, harapan itu masih ada....

Lihat-lihatlah matamu sedikit sekali terpejam
Karena keteguhan itu ada didadamu
ku tatap engkau dalam dalam
Dan ku tak kan pernah berhenti mengagumi solihmu
Pengorbananmu atas nama Qiyadah pada jundiyah
Cintamu pada Rabbana


Bangkit, bangkitlah duhai yg mengaku cinta
Optimis bukanlah hadiah,
perjuangkanlah! hadapilah! Yakinlah!

Inilah jalan lurus,meski ia penuh onak dan duri

Bukankah kita adalah pedang - pedang kebenaran
Yang akan menghunus segala makhluk bernama kedzoliman

Bukankah kita adalah letupan letupan semangat & juang
Yang akan mengalahkan segala lemah bernama keterpurukan

Lantangkanlah

Ini langkahku !!! terus melaju

Yang kan kuayun walaupun payah tak akan jera

Kan terus melaju Setegar karang bangkitkan jihadku



Saat terik begitu menggelorakan dan azzam smakin dikuatkan
Fa idza 'Azzamta Fatawakkal 'Alallah ( QS Ali Imron : 159)

Jumat, 14 Oktober 2011

Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Dalam kitab Nashoihul Ibad bab 1 makalah ke 15 diterangkan bahwa :

Abu Bakar Ash Siddiq Radhiallohu‘anhu menjelaskan tentang firman Allah SWT tentang …“Dzoharol fasada fil barri wal bahri…” Kerusakan di daratan dan dilautan…

Beliau berkata dalam tafsirannya ayat tersebut, al – Birru (daratan) yaitu lisan dan al – bahri (lautan) adalah hati. Maka apabila telah rusak lisan misal karena sebuah penyebab…”bakat alaihi nufusu” (maka menangislah manusia) yaitu segala anggota badan bani adam (manusia) dan apabila hatinya rusak misalkan karena riya… “bakat alaihil malaikat” (menangislah para malaikat)…

Diterangkan oleh ahli hikmah sesungguhnya lisan itu adalah sebuah pengingat bagi seorang hamba…sehingga seseorang tidak akan berbicara kecuali dalam hal (perkataan) yang di pahami dan baik…

Diterangkan pula bahwa sesungguhnya lisan itu berkata dengan setiap bahasa sehingga lisan itu berdzikir lil madzkur…yaitu berdzikir kepada Allah SWT. Begitu pula dengan hati…

Hati dinisbahkan dengan al-Bahri (lautan) karena dalamnya hati serta luasnya hati bagaikan sebuah samudera yang begitu luas dan dalam.

Ikhwan akhwat…. “salamatul insan fi hifdzil lisan” selamatnya manusia tergantung dari lisannya…

Lisan adalah sebuah daging yang lunak tidak bertulang…tetapi tajam bagaikan pedang…

Dalam kitab minhutasiah diterangkan rosulullah SAW memberi nasihat kepada Ali, yaa ali maa yakhluqullahu afdholu minal lisan… ila akhiri. “kenapa Allah menciptkan keutamaan pada lisan, dengan lisan manusia bisa masuk syurga dan dengan lisan pula bisa masuk neraka..naudzubillah…begitu dahsyat nya lisan…

Ikhwan akhwat fillah. Begitupun dengan hati…hati adalah raja…jagalah hati kita jangan sampai penyakit-penyakit hati masuk kedalam hati kita seperti ujub, riya, takabur, angkuh, sombong, dengki, hasud, dll. Sebab jika hati kita telah terasuki berbagai penyakit maka diri kita pun akan rusak pula, jauh dari rahmat Allah SWT.

Ayyuhal ikhwah…mari kita jaga lisan kita dan hati kita sebaik-baiknya dengan selalu berdzikir dan taqorub mendekatkan diri kepada Allah SWT….semoga Allah SWT. Memberi kita kekuatan dan lindungannya kepada kita…. Amiin.. Wallohua’lam….

Saya Tidak Tahu


0diggsdigg
email


Salah satu ajaran teragung yang disumbangkan Islam untuk ilmu pengetahuan adalah kalimat saya tidak tahu. Ia kalimat yang setiap orang berilmu mesti berlatih mengatakannya. Semakin berilmu semakin dituntut untuk fasih mengucapnya. Semakin ia mengetahui semakin haram lidahnya kaku menyebutnya. Siapa saja yang mengaku berilmu dan tidak lancar lidahnya mengucapnya, sungguh ia sedang menggali kuburannya sendiri.

Saya tidak tahu bukan hanya menjadi penyelesai masalah tapi juga menjadi lambang kebesaran hati. Juga simbol kedewasaan. Dan yang paling penting saya tidak tahu adalah penyelamat dari negerinya pertanggungjawaban di hadapan Allah nanti.

Islam sebagai penganjur ajaran ini memberikan contoh yang tidak tanggung-tanggung. Ia memperlihatkan bagaimana seorang yang digelari manusia mulia, kekasih Allah, sosok agung yang seluruh ramalannya terbukti, tokoh yang tak ditemukan kekurangan akhlaq dalam dirinya. Pribadi yang seluruh alam menangisi kepergiannya. Pemimpin yang begitu cantik berpolitik, panglima perang yang sangat cerdik strateginya, petarung tangguh yang tak terkalahkan, guru yang sangat menawan, murabbi yang penuh cinta, suami yang romantis dan bapak yang selangit kasihnya.

Islam memperlihatkan pada umatnya bahwa saya tidak tahu mesti diamalkan karena jangankan kalian, nabi Muhammad saja yang memiliki jutaan kemuliaan mempraktekkannya. Dalam Al Quran direkam banyak sekali ayat yang menggambarkan bagaimana Nabi mengatakannya. Lihatlah ayat-ayat ini:
“Katakanlah wahai Muhammad bahwa aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul, dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat padaku dan padamu, aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Allah padaku, tiadalah aku ini kecuali hanya pemberi peringatan yang nyata”(QS: Al Ahqaf: 9).

Pada saat beberapa pendeta Yahudi menanyai nabi tentang ruh, nabi pun diajari oleh Al Quran agar mengakui ketidaktahuannya. Ia mesti berkata demikian sebab tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sangat sedikit.

Kaumnya bertanya pada nabi Muhammad tentang hari kiamat, nabi tidak tahu. Al Quran pun mengatakan seperti ini, “katakanlah pada mereka bahwa tentang perkara itu hanya Allah yang tahu”. (QS; Al A’raf 183)

Nabi juga mengakui ketidaktahuannya tentang perkara yang gaib dan tersembunyi, Al Qur’an menceritakannya seperti ini, “………..Saya tidak mengatakan padamu bahwa saya punya seluruh gudang-gudang rezki dan kekayaan dari Allah, saya juga tidak mengetahui hal-hal gaib…….”. (QS: Hud 31).

Bukan cuma itu, di ayat lain Allah mengajarkan dan menceritakan pengakuan nabi yang tak mampu berbuat apa-apa untuk menolak keburukan dan mendapatkan kebaikan. Nabi tak mampu melakukan semua itu sebab ia tidak tahu. Dan nabi pun disuruh mengakui ketidaktahuannya sebagaimana dalam surat Al A’raf 188, “….. andaikan saya tahu permasalahan yang gaib pasti saya akan selalu memperbanyak kebaikan dan pasti tidak akan ditimpa keburukan”.

Allah telah mengajarkan Muhammad untuk bersikap kesatria mengakui ketidaktahuannya. Al Qur’an membimbingnya untuk bersikap demikian dan para malaikat telah mencontohkannya. Mereka berkata saat Allah memintanya menyebut nama-nama benda, “Duhai Tuhanku sungguh kami tidak tahu apa-apa kecuali apa yang telah Engkau ajarkan pada kami, sungguh engkaulah yang maha mengetahui dan bijaksana”. (QS: Al Baqarah: 82).

Setelah nabi mengamalkan sendiri ajaran ini ia pun berpesan, “Hai sekalian manusia, barangsiapa yang mengajari orang sesuatu maka katakanlah jika ada perkara yang tidak diketahuinya “Allahu A’lam”, sungguh merupakan ciri ketinggian ilmu seseorang jika ia mengatakan pada perkara yang tidak diketahuinya “Allahu A’lam”.

Bahkan nabi mengancamkan api neraka pada mereka yang terlalu berani berfatwa dan tidak peduli dengan ajaran ini. Beliau berkata, “Yang paling berani berfatwa di antara kalian adalah yang paling mudah masuk neraka”.

Sebab nabi telah mengajarkan maka para sahabat pun berlomba mengamalkan dan menyampaikan ajaran ini. Ibnu Abbas berkata, “Jika seorang berilmu tidak mampu berkata saya tidak tahu maka tidak mengapa jika dia diperangi.”

Abu bakar juga mencontohkan sikap ini dengan berkata, “Di langit mana saya akan bernaung, di bumi saya akan berpijak jika seandainya mengatakan tentang Al Quran yang saya tidak ketahui.”

Saat Said bin Jubair, sang sahabat mulia ini ditanya tentang sebuah masalah agama ia pun tak melupakan ajaran nabi ini dan berkata,” Saya tidak tahu, celakalah orang yang berkata saya yang paling tahu pada perkara yang dia tidak ketahui.”

Itulah mereka para ulama di zamannya tidak pernah malu berkata saya tidak tahu.

Abu Bakar manusia yang paling dekat dan paling terbaik setelah Rasulullah selalu berkata saya tidak tahu. Abdullah bin Umar juga selalu berkata saat ditanyai sebuah permasalahan agama saya tidak tahu.

Bapaknya juga demikian, Uqbah bin Muslim berkata, saya pernah menemani Umar dalam sebuah perjalanan selama tiga puluh empat bulan. Banyak orang yang bertanya padanya dan selalu ia jawab,” Saya tidak tahu”. Umar berkata padaku, “tahukah kamu apa yang diinginkan oleh orang-orang itu?” Tidak, jawabku. Mereka ingin menjadikan punggung kita ini sebagai jembatan menuju neraka. Seorang Umar yang perkasa sangat takut. Ia sadar betul bahwa menjawab dengan kalimat tidak tahu itu lebih mulia dari pada menyesatkan manusia.

Dan lihatlah pula tokoh-tokoh besar Islam ini begitu fasih berucap saya tidak tahu.

Suatu ketika Imam Al-Syai’bi kebingungan tentang sebuah permasalahan fiqih. Sahabatnya pun berkata padanya, “Kami sungguh malu melihat engkau bingung tidak mengetahui masalah fiqih ini.” Beliau pun menjawab pada para sahabatnya, “Sungguh malaikat itu tidak malu-malu mengatakan subhanaka la ilma lana illla ma allamatana…. Sungguh suci engkau ya Allah, tak ada ilmu yang kami punya kecuali apa yang kau ajarkan.”

Suatu ketika ada seseorang yang menghadiri pengajian Imam Al-Qasim Bin Muhammad lalu bertanya padanya tentang satu perkara. Sang Imam Menjawab, saya tidak terlalu memahaminya. Sang penanya berkata lagi, saya mengajukan padamu pertanyaan yang tidak ada orang selainmu yang mampu menjawabnya. Sang imam pun menjawab, “Engkau jangan melihat panjangnya jenggotku dan banyaknya orang yang hadir di pengajianku. Demi Allah sungguh saya tidak memahaminya.” Seorang syeikh dari Quraisy yang hadir di situ juga berkata padanya, “wahai saudaraku, jawablah, sungguh saya tidak melihat orang yang paling mampu darimu saat ini.” Sang imam lalu menjawab, “Demi Allah, andaikan dipotong-potong lidahku saya lebih senang dibanding mengatakan sesuatu yang saya tidak tahu.”

Beliau kemudian bercerita tentang Imam Malik yang berkata, “Andai seorang hidup dalam keadaan bodoh, itu lebih baik dari pada ia berkata tentang agama Allah yang tidak ia pahami.”

Imam Malik berwasiat pada muridnya Ibnu Hurmuz Al-Asham sebagai berikut, ”Sepantasnyalah seorang ulama mewarisi pada murid-muridnya perkataan saya tidak tahu.”

Lebih lanjut imam Malik berkata, “Ilmu itu ada tiga, ayat-ayat Al-Quran yang terang, sunnah nabi yang shahih dan perkataan saya tidak tahu.” Pernah juga suatu ketika beliau ditanyai tentang permasalahan fiqih sebanyak empat puluh masalah. Tiga puluh enam masalah ia jawab dengan berkata “saya tidak tahu.”

Beliau didatangi seseorang dari negeri yang jauh, Maroko. Ia utusan kaumnya, disuruh bertanya pada sang ulama dar al hijrah ini. Perjalanan enam bulan lamanya telah ia tempuh untuk sampai pada sang Imam. Ia bertanya namun sang Imam menjawab saya tidak tahu. Sampaikan pada orang yang mengutusmu bahwa imam Malik, ulama dar al hijrah itu berkata saya tidak tahu. Lalu siapa yang tahu masalah ini, tanya sang utusan, imam Malik pun berkata, yang mengetahuinya adalah orang yang diajarkan oleh Allah.

Maka Hasan Al Banna selalu mendengung-dengungkan pada seluruh kadernya perkataan Imam Malik, “An Qala La Adri Fa qad Afta,” seseorang dikatakan berfatwa jika ia berkata saya tidak tahu.

Kalau mereka begitu lancar berkata, mengucapkannya begitu indah, begitu tegas menuturkannya lalu apa yang menghalangi kamu(yang menulis tulisan ini). Apa yang melarangmu mahasiswa bodoh. Apa yang mencegahmu yang bukan apa-apa untuk berkata saya tidak tahu Allahu A’lam.

** Disarikan dari Buku Al Quran Wa Qadhaya Al Insan oleh : Dr. Aisyah Abdurrahman (Bintu Syati’).




SUKSES DIMULAI DARI PIKIRAN
~~~~~~~~~~~~~~~~


Muhammad Ali mengatakan bahwa sang juara dihasilkan dari keinginan,
impian, dan visi. Sementara, Dennis Waitley, mengatakan bahwa pemenang
selalu mengatakan 'saya akan' dan 'saya bisa'. Ini adalah pekerjaan pikiran.
Memang tidak nyata tetapi akan memabwa dampak yang luar biasa bagi
kehidupan Anda jika pikiran Anda sudah tekondisikan seperti yang
dijelaskan di atas.
Keinginan datang dari pikiran. Sementara semua orang memiliki pikiran,
jadi semua orang bisa memiliki keinginan. Bahkan, memang semua orang
punya keinginan, siapa yang tidak? Lalu mengapa tidak semua orang menjadi
orang sukses. Tentu saja keinginan yang membawa kepada kesuksesan
berbeda dengan keinginan biasa. Keinginan yang membawa kepada sukses
adalah keingianan yang sangat jelasa dan keinginan yang memberikan
dorongan yang besar untuk mencapainya. Bukan sekedar keinginan yang
bila tercapai tidak membawa dampak, begitu juga jika tidak.
Bukan juga keinginan yang samar, seperti saya ingin bahagia
dan saya ingin kaya.
Apa bedanya keinginan dan impian? Impian adalah bagian dari keinginan.
Impian memiliki makna lebih khusus, impian digunakan untuk keinginan
yang besar, keinginan yang menurut kebanyak orang sulit atau tidak
mungkin dicapai. Sudahkah Anda punya impian? Sementara visi adalah
gambaran dari impian tersebut dimana impian tersebut seakan-akan sudah
Anda capai. Visi adalah gambaran Anda masa depan, saat semua keinginan
Anda tercapai.
Al Quran, dengan indah membangun visi manusia. Visi saat berada di surga.
Gambaran indah surga seakan-akan sudah terjadi pada diri kita.
Gambar surga yang indah begitu sering diulang-ulang dalam Al Quran
dan juga kita dianjuarkan untuk membaca Al Quran sesering mungkin.
Hikmah yang bisa kita ambil adalah agar visi kita diakhirat tersebut
melekat dalam kepala kita sehingga memiliki dorongan kuat untuk
mencapainya.
Berikut adalah salah satu contoh bagaimana gambaran surga diberitahukan
kepada manusia.

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu,
mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu."
Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada

isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.�
(QS Al Baqarah[2]:25)
Masih banyak lagi gambaran indah tentang surga baik dalam ayat Al Quran
maupun hadits.
Pikiran positif, yang salah satunya memiliki visi hidup yang jelas baik dunia
maupun akhirat insya Allah akan membawa kita kepada keberhasilan.
Pikiran positif lainnya ialah selalu berkata 'saya bisa' dan 'saya akan'.
Meskipun secara islami akan lebih baik jika di tambah dengan kata insya Allah.
Kata-kata 'saya akan' dan 'saya bisa' adalah refleksi dari pikiran positif yang
tidak menyerah pada keadaan, apapun keadaan yang dilaluinya.

Senin, 10 Oktober 2011

JENIS2 KEPRIBADIAN.MASUK YG MANAKAH KITA.??

Selama ini kita mengenal orang dari kepribadian mereka. Ada orang yang mudah bersahabat, pendiam, keras, pemarah, pendendam, penyabar, santai, perfeksionis (menuntuk kesempurnaan), penggembira, optimis, pesimis, dan masih banyak istilah lain yang menggambarkan diri seseorang.

Kalau diamati sekilas, kelihatannya akan cukup sulit untuk bisa mempelajari dan memahami kepribadian seseorang. Bila kita renungkan lebih dalam, akan kita ketahui bahwa kepribadian itu mempunyai suatu pola.

Pola yang akan terlihat sangat sulit dimengerti bagi orang yang tidak mengerti cara membacanya, tetapi bagi bagi mereka yang telah belajar dan mengerti cara membaca pola ini, mereka juga dapat membaca orang lain. Beberapa tipe kepribadian secara umum dapat kita golongkan :

1. Tipe Kepribadian Koleris

Orang koleris dikenal sebagai orang yang keras, tegas, dan sangat menuntut. Mereka memiliki energi besar untuk melakukan hal-hal sulit, memiliki dorongan dan keyakinan yang kuat akan kemampuan diri mereka. Mereka pantang menyerah, tidak ada yang namanya kegagalan dalam kamus mereka. Bila mereka gagal, meraka akan terus mencoba dan mencoba lagi. Dan siapa pun yang berusaha menghalangi niatnya untuk mencapai tujuan akan dianggap sebagai musuhnya.

Orang koleris percaya bahwa dirinya dilahirkan menjadi pemimpin dan selalu tampil di depan menjadi pemimpin kelompok dalam kegiatan. Mereka adalah orang yang suka dan sangat tertantang untuk melaksanakan suatu tugas besar, suka mendapat peran penting dan memegang wewenang.

Mereka juga berfikir dengan cepat, cepat dalam mengambil keputusan, tidak biasa diam, selalu saja mencari suatu pekerjaan atau kegiatan, mampu mengerjakan beberapa tugas sekaligus dengan hasil yang sama baiknya.. Orang koleris sangat dinamis dan aktif serta sangat membutuhkan perubahan. Mereka mempunyai kebutuhan mendasar barupa tantangan, pilihan, dan pengendalian.

Mereka akan sangat termotivasi untuk melakukan sesuatu bila ketiga komponen ini terpenuhi. Mereka selau berorientasi pada target yang harus dicapai, mementingkan hasil akhir, tidak suka pada orang yang kerjanya lamban. Kemampuan alami orang koleris membuat mereka mampu menyelesaikan sendiri hampir semua masalah, sehingga mereka jarang membutuhkan orang lain. Orang koleris juga jarang menangis, jarang memberikan perhatian yang hangat, dan menunjukkan rasa sayang dan perhatiannya dalam bentuk memberi atau menghasilkan “sesuatu” bagi orang yang mereka cintai.

Orang koleris selain memiliki keinginan yang sangat kuat, juga cenderung sangat yakin pada kemampuan diri mereka sendiri serta sangat mandiri. Mereka tidak suka diperintah oleh orang lain, tetapi suka memberikan perintah. Tidak suka orang yang plin-plan, banyak bicara, tetapi tidak produktif.

Orang koleris memang tekadang kurang bijaksana. Dalam bertindak, Mereka sering kali bisa menjadi sangat marah terhadap hal-hal kecil atau tindakan yang mereka anggap bodoh. Dan kalau sudah marah, mereka bisa sangat kasar dalam berbicara (sarkatis). Mereka dapat menghancurkan Anda hanya dengan menggunakan kata-katanya. Mereka juga mudah memaafkan orang lain, mudah melupakan kemarahannya walau pun mereka penuh temperamen dan mudah marah.

2. Tipe Kepribadian Sanguin

Orang sanguin dikenal sangat ramah dan sangat suka berbicara kepada siapa saja dengan topik apa saja. Mereka penuh inspirasi, sangat aktif, dapat mempengaruhi orang lain untuk percaya pada apa yang dikatakan, bisa menjadi motivator yang menyenangkan, dan sikapnya cenderung optimis.

Orang sanguin juga mudah dipengaruhi, cenderung menjadi pengikut, dan mau melakukan apa saja untuk menyenangkan hati orang lain. Mereka pintar membuat kesan, mempunyai banyak kawan, mengenal banyak orang penting, menyukai kehidupan sosial, mempunyai rasa humor yang tinggi, mempunyai antuasisme dan sikap ekspresif. Hal ini membuat mereka disukai oleh setiap orang yang mereka ajak bicara.

Orang sanguin sangat suka menjadi pusat perhatian, sangat menyukai pujian, dan perhatian, mempunyai impian-impian besar, kreatif dalam merencanakan sesuatu. Tapi mereka kurang terdorong untuk mewujudkan impian dan rencananya, sering tidak disiplin dan pelupa. Meraka sangat takut kehilangan popularitas atau kehilangan kawan.

Mereka akan membuat rumah menjadi tempat tinggal yang sangat menyenangkan, tidak suka pekerjaan yang rutin dan monoton, menyukai kegiatan yang bersifat spontan, tidak keberatan menjadi sukarelawan, kreatif dan inovatif serta selalu memikirkan kegiatan baru yang menyenangkan dan pintar mendorong serta memotivasi orang lain untuk turut bekerja.

Orang sanguin dapat bersahabat dengan siapa saja, sangat perduli dengan orang lain, tidak memiliki beban, selalu terlihat gembira dan bahagia serta sangat menyenangkan untuk dijadikan kawan. Orang sanguin sering tidak disiplin, tidak menepati janji, sulit bertahan dalam suatu proyek yang rumit dan memakan waktu lama, selalu tidak puas pada jalur karir yang dipilih, dan terlalu menikmati perubahan.

Mereka mengalami kesulitan untuk mendengarkan orang lain, selau bercerita dengan penuh semangat dan lupa memberi kesempatan orang lain berbicara, sangat impulsif dalam pola perilakunya. Karena mereka sangat rileks, tanpa beban. Mereka mempunyai kecenderungan untuk membesar-besarkan sesuatu, kurang bisa menyimpan rahasia, cenderung bertindak sebelum berfikir, dan terkadang kurang tegas sehingga sering diperalat oleh orang lain.

3. Tipe Kepribadian Phlegmatis

Orang phlegmatis adalah tipe orang yang paling menyenangkan untuk dijadikan kawan. Orang phlegmatis adalah orang yang manis, tidak mendesak, tidak suka memerintah. Mereka mempunyai sifat pemalu, tidak suka menonjolkan diri, menyukai keramaian, sopan dan mempunyai aturan yang baik dalam pergaulan, tidak suka dengan konflik dan pertentangan, senang memberi dukungan dan setuju dengan pendapat orang lain, sangat tertutup dan menjadi pendengar yang baik dan tidak mudah tersinggung.
Mereka hanya bisa mengerjakan satu hal dalam satu waktu tertentu, tidak bisa mengerjakan banyak hal secara bersamaan, senang pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang. Orang phlegmatis baik dalam menyimpan rahasia, baik dalam menerima perintah, sulit untuk berkata “tidak” , memiliki sifat menyerah, suka menyenangkan orang lain, tidak tegas, mudah dibujuk untuk melakukan hal yang tidak disenanginya.

Mereka tidak menyukai kejutan, bersifat sentimental, mempunyai kebutuhan mendasar berupa penghargaan dan penerimaan, tidak banyak menuntut, apa adanya, tenang dan bahagia dalam hidupnya. Sifatnya rendah hati, sabar, simpatik, teratur, efisien, dan sangat praktis. Dan mereka selalu mencari solusi yang paling sederhana dari setiap masalah yang dihadapi, selalu bersikap konservatif (berhati-hati), tapi kadang bisa menjadi penakut, dan selalu ingin mengetahui hasilnya sebelum mereka memulainya.
Orang phlegmatis bisa sangat plin-plan, tidak senang membuat kesalahan, tipe penonton, kurang aktif, kurang berinisiatif, suka berada di belakang layar, tidak senang menjadi pusat perhatian, cenderung mencari selamat, takut mendapat malu, kurang bersemangat, kurang motivasi.

Mereka lebih suka diam dan menunggu untuk mengerjakan sesuatu. Bila mereka tidak diberi penghargaan dan pengarahan, maka mereka akan menjadi frustasi dan menyerah, tidak mau mengerjakan apa-apa lagi. Sebaliknya, bila mereka mendapatkan pengarahan dan bimbingan, mereka akan mau mengerjakan lebih banyak daripada yang diharapkan.

4. Tipe Kepribadian Melankolis

Orang melankolis adalah orang yang serius dan tertutup, namun cerdas dan sangat kritis dalam berpikir. Mereka mengerjakan suatu hal lebih tekun, memahami sesuatu setahap demi setahap, menjalani sebagian hidupnyu dengan sangat serius. Mereka mampu menganalisis suatu keadaan dengan jauh lebih baik, memiliki kemampuan luar biasa dalam “melihat di balik layar”, tingkat ketelitian dan ketajaman analisisnya tinggi. Mereka mengikuti perencanaan dan mengikutinya dengan sangat hati-hati.
Orang melankolis sangat hati-hati, teliti, suka curiga, tidak senang membuat kesalahan, senang dengan detail, menyukai data, fakta, angka-angka dan grafik. Mereka taat mengikuti instruksi dengan seksama, tidak suka mendesak, tidak perlu menjadi pemimpin, senang berada di sekeliling orang yang ramah dan terbuka.

Orang melankolis senang menjadi benar bukan karena mereka merasa lebih baik daripada orang lain, tetapi mereka hanya ingin menjadi benar, dan hasil kerjanya harus benar dan baik. Mereka sangat konsisten, tidak pernah salah dalam menyampaikan detail suatu cerita, cenderung conformist (orang yang suka mengikuti apa yang dilakukan oleh banyak orang), dan selalu ingin meningkatkan kinerjanya.

Orang melankolis mempunyai perasaan yang sangat halus, tidak mau menyinggung perasaan orang lain, menyimpan kemarahan dan dendam mereka untuk waktu yang sangat lama. Mereka selalu berorientasi pada jadwal, menentukan standar yang sangat tinggi, bersifat perfeksionis, sangat terorganisir dan tertib.

Mereka sangat analitis tapi sering buruk dalam melakukan sintesis, jarang salah dan selalu melakukan pemeriksaan ulang, sangat sensitif, sangat idealis, ingin mnjadi yang terbaik, mencari yang terbaik, berusaha mendapatkan yang terbaik. Orang melankolis sangat kuat memegang prinsip dan keyakinannya, tekun dalam mengejar cita-cita yang ingin mereka capai, rela berkorban, bekerja tak kenal lelah untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang baik, lebih mementingkan tugas daripada diri mereka sendiri, dan juga sangat rapi.
Orang melankolis sangat terpusat pada diri mereka sendiri, kurang memiliki fleksibilitas dalam membangun suatu hubungan interpersonal yang hangat. Mereka sering sekali murung, cenderung melihat hal-hal yang salah daripada hal-hal yang benar, sering keliru membaca orang, sikap mereka cenderung kaku, suka berteori, tidak suka bersosialisasi, suka melindungi dirinya sendiri, dan sangat segan mencoba hal-hal baru. Sangat sulit bagi oang melankolis untuk melakukan konsultasi atau terapi bagi persoalan pribadinya, dan tidak mudah untuk memaafkan orang yang pernah melakukan kesalahan pada mereka.

Dari uraian di atas, kita akan bisa sedikit membaca diri kita sendiri sebagai sarana untuk perbaikan diri, menentukan sikap dalam bersosialisasi dengan orang lain, dan mencoba mengenali kepribadian seseorang yang ada di sekitar kita.

Tulisan di atas berasal dari berbagai sumber yang saya rangkum karena bila dituliskan disini bisa beberapa lembar, dan tanpa mengurangi isi dari tulisan tersebut. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah dan kesalahan itu datang dari diri saya sendiri. Semoga bermanfaat. So…termasuk dalam tipe manakah diri Anda? [diannurdiana28.wordpress.com]

Maqosid syariah

Suatu waktu Nabi Muhammad SAW melarang kaum muslimin menyimpan daging kurban kecuali dalam batas tertentu, sekedar bekal untuk tiga hari. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian peraturan yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad itu dilanggar oleh para sahabat. Permasalahan itu disampaikan kepada Nabi Muhammad. Beliau membenarkan tindakan para sahabat itu sambil menerangkan bahwa larangan menyimpan daging kurban adalah didasarkan atas kepentingan Al Daffah (tamu yang terdiri dari orang-orang miskin yang datang dari perkampungan sekitar Madinah). Setelah itu, Nabi Muhammad bersabda, “Sekarang simpanlah daging-daging kurban itu, karena tidak ada lagi tamu yang membutuhkannya”.

Dari kasus tersebut terlihat, adanya larangan menyimpan daging kurban diharapkan tujuan syariat dapat dicapai, yakni melapangkan kaum miskin yang datang dari dusun-dusun di pinggiran Madinah. Setelah alasan pelarangan tersebut tidak ada lagi, maka larangan itu pun dihapuskan oleh Nabi SAW.

Dari ketetapan tersebut terlihat bahwa sejak masa Nabi Muhammad, Maqasid Al Syariah telah menjadi pertimbangan sebagai landasan dalam menetapkan hukum. Upaya seperti itu, seterusnya dilakukan pula oleh para sahabat. Upaya demikian terlihat jelas dalam beberapa ketetapan hukum yang dilakukan oleh Umar Ibn al Khattab. Kajian Maqasid Al Syariah ini kemudian mendapat tempat dalam ushul fiqh, yang dikembangkan oleh para ushuli dalam penerapan qiyas, ketika berbicara tentang Masalik Al Illah. Kajian demikian terlihat dalam beberapa karya ushul fiqh, seperti Ar-Risalah oleh Al Syafii, Al-Musthafa karya Al Ghazali, Al-Mu’tamad karya Abu Al Hasan Al Bashri, dan lain-lain. Kajian ini kemudian dikembangkan secara luas dan sistematis oleh Abu Ishaq Al Syathibi.1

Dalam kelanjutannya, Maqasid Al Syariah malah menjadi bahasan yang kurang populer atau bahkan diabaikan dalam banyak buku referensi yang berbicara tentang ushul fiqh. Penelusuran tentang bahasan Maqasid Al Syariah menjadi tidak mudah didapat. Sejauh ini pembahasan Maqasid Al Syariah lebih banyak diidentikkan dengan Abu Ishaq al Shathibi.

Sedikitnya kitab-kitab ushul fiqh salaf terutama dari ulama madzhab Syafi’i yang membicarakan Maqasid Al Syariah atau bahkan mengabaikannya dalam pokok bahasan mereka, tersebab keterkaitan bahasan ini dengan teologi yang diyakininya.

Sebagaimana dijelaskan Shatibi, doktrin Maqasid Al Syariah menjelaskan bahwa tujuan akhir hukum adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia.2 Teologi Islam menerima pengertian umum dan lahir dari mashlahah ini, tetapi mereka saling berbeda pendapat jika mashlahah dipahami dalam kerangka kausalitas. Kaum Asy’ariah menolak secara eksplisit maupun implisit, kausalitas dalam hubungannya dengan Tuhan. Bagi mereka, premis ini mengimplikasikan bahwa Tuhan diwajibkan karena pertimbangan mashalah, untuk bertindak dalam suatu cara tertentu. Karena kewajiban semacam itu berarti membatasi kemahakuasaan Tuhan, maka kaum Asy’ariah menolak ide bahwa mashlahah adalah ‘Illal Al Syar’i. Kendatipun demikian, mereka menerima premis ini dengan menafsirkan mashlahah sebagai ‘rahmat’ Tuhan, dibanding sebagai ‘sebab’ bagi tindakan-tindakanNya. Di sisi lain kaum Mu’tazilah walaupun juga mempertahankan kemahakuasaan Tuhan. Tetapi menyakini bahwa Tuhan berkewajiban melakukan kebaikan. Sebagai konsekwensinya, mereka menerima premis diatas, mengenai mashlahah sebagai ‘Illat Al Syariah.

Argument-argumen teologis yang merambat ke dalam ushul fiqh ini, karena banyak penulis dalam bidang ushul fiqh juga menulis di bidang teologi.3 Namun demikian, ushul fiqh menuntut suatu cara berpikir dan metode penalaran yang berbeda dari metode kalam. Pemikiran hukum mengharuskan bahwa kehendak bagi tindakan-tindakan sukarela manusia harus dihubungkan dengan manusia itu sendiri jika ia secara hukum harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Karena ketaatan kepada perintah-perintah Tuhan tergantung pada kehendak manusia, maka perintah itu harus diperlihatkan dimotivasi oleh perkembangan kepentingan-kepentingan manusia. Sebagai konsekwensinya, premis mashlahah harus diterima dalam ushul fiqh dalam kerangka sebab, motif dan tujuan.

Perdebatan mengenai Maqasid Al Syariah ini, tidak saja terkait dengan teologi, tetapi juga terkait dengan kehujjahan Maqasid Al Syariah sebagai sumber pengembangan hukum. Metode-metode pengembangan hukum Islam yang didasarkan atas Maqasid Al Syariah seperti istihsan dan mashlahah mursalah,4 adalah metode pengembangan yang diperselisihkan keberadaannya. Imam Syafi’i contohnya, atas istihsan dia menyatakan:

من إستحسن فقد تشرع

“Barang siapa yang menggunakan istihsan maka ia telah benar-benar mencipta syara’”.5

Pengertian dan Cakupan Maqasid Al Syariah

Maqasid Al Syariah berarti tujuan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum Islam.6 Sementara menurut Wahbah al Zuhaili, Maqasid Al Syariah berarti nilai-nilai dan sasaran syara’ yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariah, yang ditetapkan oleh al-Syari’ dalam setiap ketentuan hukum.7 Menurut Syathibi tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia.8

Maqasid Al Syariah, yang secara substansial mengandung kemashlahatan, menurut al Syathibi dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama maqasid al syari’ (tujuan Tuhan). Kedua maqasid al mukallaf (tujuan mukallaf). Dilihat dari sudut tujuan Tuhan, Maqasid Al Syariah mengandung empat aspek, yaitu:9

  1. Tujuan awal dari Syari’ menetapkan syariah yaitu kemashlahatan manusia di dunia dan akhirat.
  2. Penetapan syariah sebagai sesuatu yang harus dipahami.
  3. Penetapan syariah sebagai hukum taklifi yang harus dilaksanakan.
  4. Penetapan syariah guna membawa manusia ke bawah lindungan hukum.

Begitu pula dari sudut maqasid al mukallaf, Maqasid Al Syariah mengandung empat aspek pula, yaitu:10

  1. Pembicaraan mashlahah, pengertian, tingkatan, karakteristik, dan relativitas atau keabsolutannya.
  2. Pembahasan dimensi linguistik dari problem taklif yang diabaikan oleh juris lain. Suatu perintah yang merupakan taklif harus bisa dipahami oleh semua subjeknya, tidak saja dalam kata-kata dan kalimat tetapi juga dalam pengertian pemahaman linguistik dan kultural. Al Syathibi mendiskusikan problem ini dengan cara menjelaskan dalalah asliyah (pengertian esensial) dan ummumiyah (bisa dipahami orang awam).
  3. Analisa pengertian taklif dalam hubungannya dengan kemampuan, kesulitan dan lain-lain.
  4. Penjelasan aspek huzuz dalam hubungannya dengan hawa dan ta’abud.

Mayoritas peneliti membagi kemashlahatan menjadi dua macam, kemashlahatan akhirat yang dijamin oleh akidah dan ibadah dan kemashlahatan dunia yang dijamin oleh muamalat. Tetapi dalam pembahasan ini, tidak ditemukan korelasi yang mengharuskan untuk memperhatikan pembagian ini. Karena pada hakekatnya segala hal yang terkait dengan akidah, ibadah dan muamalat dalam syariat Islam menjamin segala kemashlahatan umat baik sisi dunia maupun akhirat.11

Kemashlahatan yang menjadi tujuan syariat ini dibatasi dalam lima hal, agama, jiwa/nafs, akal, keturunan dan harta. Setiap hal yang mengandung penjagaaan atas lima hal ini disebut maslahah dan setiap hal yang membuat hilangnya lima hal ini disebut mafsadah.12

Adapun setiap hal yang menjadi perantara terjaganya lima hal ini, dibagi menjadi tiga tingkatan kebutuhan yaitu al dlorruriyat, al hajiyat dan al tahsinat.13

Kebutuhan dhoruriyat

Definisinya adalah tingkat kebutuhan yang harus ada atau disebut juga kebutuhan primer. Apabila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi maka keselamatan ummat manusia akan terancam, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Al Syatibi ada lima hal yang termasuk dalam kategori ini yaitu memelihara agama, jiwa, kehormatan, keturunan dan harta. Untuk memelihara lima hal pokok inilah syariat Islam diturunkan. Dalam setiap ayat hukum apabila diteliti akan ditemukan alasan pembentukannya yang tidak lain adalah untuk memelihara lima hal pokok di atas. Seperti kewajiban qisas:

ولكم فى القصاص حياة يأولى الألباب لعلكم تتقون

“Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu hai orang-orang yang bertakwa”14

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa disyariatkannya qisas karena dengan itu ancaman terhadap kehidupan manusia dapat dihilangkan.

Kebutuhan al hajiyat

Al Syatibi mendefinisikan sebagai kebutuhan sekunder. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi keselamatan manusia tidak sampai terancam. Namun ia akan mengalami kesulitan. Syariat Islam menghilangkan segala kesulitan tersebut. Adanya hukum rukhshah (keringanan) seperti dijelaskan Abdul Wahhab Khallaf. Merupakan contoh kepedulian syariat Islam terhadap kebutuhan ini. Contoh pembolehan tidak berpuasa bagi musafir, hukuman diyat (denda) bagi seorang yang membunuh secara tidak sengaja, penangguhan hukuman potong tangan atas seseorang yang mencuri karena terdesak untuk menyelamatkan jiwanya dari kelaparan.

Kebutuhan al tahsinat

Definisinya adalah kebutuhan yang tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima hal pokok tadi dan tidak pula menimbulkan kesulitan apabila tidak terpenuhi. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap, seperti dikemukakan Al Syatibi seperti hal yang merupakan kepatutan menurut adat-istiadat menghindari hal yang tidak enak dipandang mata dan berhias dengan keindahan yang sesuai dengan tuntutan norma dan akhlak, dalam berbagai bidang kehidupan seperti ibadah muamalah, dan uqubah. Allah SWT telah mensyariatkan hal yang berhubungan dengan kebutuhan tahsinat. Contoh anjuran berhias ketika hendak ke masjid, anjuran memperbanyak ibadah sunnah, larangan penyiksaan mayat dalam peperangan/ muslah.

Al Syatibi juga membagi mashlahah dalam tiga hal:15

  1. Mashlahah muktabar, yaitu kemashlahatan yang berhubungan dengan penjagaan pada lima hal sebagaimana diungkap di atas. Usaha pemeliharaan kemashlahatan yang lima ini adalah pemeliharaaan yang dhoruri (yang paling utama). Itulah sebabnya diharuskannya berjihad kepada yang kuat fisiknya untuk melawan serangan musuh yang bermaksud menghancurkan agama dan tanah air. Ditetapkannya hukuman qisas untuk menjamin keselamatan jiwa, dan lain-lain.
  2. Mashlahat mulgha, yaitu sesuatu yang sepintas lalu terlihat mashlahat, tetapi ada mashlahat yang lebih besar sehingga mashlahat yang kecil itu boleh diabaikan. Sebagai contoh, pada suatu ketika Abdurrahman ibn Hakam, gubernur Andalusia, meminta fatwa kepada Imam al Laitsi tentang kafarat karena telah membatalkan puasa Ramadhan dengan mencampuri istrinya di siang hari. Al laitsi memfatwakan bahwa kafaratnya harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Pengambilan keputusan ini diambil dengan argumen bahwa memerdekakan budak atau memberi makan 60 oarang miskin terlalu ringan bagi seorang gubernur, maka dikawatirkan sang gubernur meremehkannya. Kemashlahatan yang lebih besar dalam kasus ini adalah kemashlahatan agama.
  3. Mashlahat mursalah, yaitu kemashlahatan yang tidak terkait dengan dalil yang memperbolehkan atau melarangnya, contoh untuk mengatasi merajalelanya pemalsuan hak milik atas barang-barang berharga atau pemalsuan isteri agar dapat bebas kumpul kebo maka atas pertimbangan mashlahah mursalah boleh diadakan ketentuan kewajiban mencatat dan keharusan mempunyai keterangan yang sah setiap terjadi akad jual beli, nikah, hibah dan lain sebagainya.

Batasan Maslahah

Al Syatibi memberikan gambaran tentang karakter mashlahah:16

  • Tujuan legislasi (tashri’) adalah untuk menegakkan mashlahah di dunia ini dan di akhirat.
  • Syari’ menghendaki masalih harus mutlak

Alasan bagi kedua pertimbangan di atas ialah bahwa syariah telah dilembagakan harus abadi, universal (kull), dan umum (amm) dalam hubungannya dengan segala macam kewajiban (takalif), subjek hukum (mukallafin) dan kondisi-kondisi (ahwal).

Ketiga karakter di atas menuntut mashlahah harus mutlak dan universal. Kemutlakan berarti bahwa mashlahah tidak boleh subjektif dan relatif. Kenisbian biasanya didasarkan pada sikap menyamakan suatu masalah dengan salah satu dari kondisi kesenangan pribadi, keuntungan pribadi, pemenuhan keinginan nafsu dan kepentingan individu. Semua pertimbangan di atas memberikan konsep mashlahah akan makna relatif dan subjektif, yang bukan merupakan pertimbangan syari’ dalam mashlahah, meski mungkin dipertimbangkan dalam budaya adat.

Unsur universal dalam karakter di atas, tidak dipengaruhi oleh takhalluf (memperkecil) unsur-unsur partikulernya. Misalnya hukuman diberlakukan berdasarkan ketentuan universal bahwa biasanya hukuman ini mencegah orang dari melakukan kejahatan dengan mengabaikan orang-orang tertentu yang walaupun dihukum, tidak dapat menahan diri dari melakukan suatu kejahatan. Keberadaan orang-orang tertentu ini tidak mempengaruhi validitas ketentuan umum tentang hukuman.

Kemashlahatan asasi bagi al Buthi, sebenarnya hanyalah satu yaitu terciptanya penghambaan seorang mukallaf kepada Allah dan ma’rifat billah.17 Al Buthi mendasarkan pada dalil:

وابتغ فيما أتاك الله الدار الأخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا…….

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi …”.18

Al Buthi menandaskan bahwa mayoritas ahli tafsir bersepakat bahwa pernyataan la tansa nashibaka min al dunya, bermakna bagian dunia yang berfaedah bagi akhiratnya.

Dalam memberikan batasan mashlahah, al Buthi memaparkan dua hal yang keluar dari kriteria mashlahah:19

  • Segala hal yang keluar dari substansi mashlahah dengan tujuan penjagaan lima hal contoh melepaskan ketentuan diri dari ketentuan ibadah, menginginkan kenikmatan berzina, melampaui batas penjagaan diri tanpa ketentuan yang dibenarkan syara’ dan lain-lain.
  • Segala sesuatu yang tidak bertentangan dengan substansi mashlahah tetapi menjadi berubah karena tujuan yang tidak baik berdasar hadits: “innamal a’malu binniyat”.

Kehujjahan Maqasid Al Syariah (mashlahah)

Mashlahah dalam bingkai pengertian yang membatasinya bukanlah dalil yang berdiri sendiri atas dalil-dalil syara’ sebagaimana Al Qur’an, Al Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Dengan demikian tidaklah mungkin menentukan hukum parsial (juz’i/far’i) dengan berdasar kemashlahatan saja. Sesungguhnya mashlahah adalah makna yang universal yang mencakup keseluruhan bagian-bagian hukum far’i yang diambil dari dalil-dalil atau dasar syariah.

Kesendirian mashlahah sebagai dalil hukum, tidak dapat dilakukan karena akal tidak mungkin menangkap makna mashlahah dalam masalah-masalah juz’i. Hal ini disebabkan dua hal:20

  • Kalau akal mampu menangkap Maqasid Al Syariah secara parsial dalam tiap-tiap ketentuan hukum, maka akal adalah penentu/hakim sebelum datangnya syara’. Hal ini mungkin menurut mayoritas ulama.
  • Kalau anggapan bahwa akal mampu menangkap Maqasid Al Syariah secara parsial dalam tiap-tiap ketentuan hukum itu dianggap sah-sah saja maka batallah keberadaan atsar /efek dari kebanyakan dalil-dalil rinci bagi hukum, karena kesamaran substansi mashlahah bagi mayoritas akal manusia.

Bagi Abdul Wahhab Khallaf, Maqasid Al Syariah adalah suatu alat bantu untuk memahami redaksi Al Qur’an dan Al Hadits, menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan dan menetapkan hukum terhadap kasus yang tidak tertampung dalam Al Qur’an dan Al Hadits.21

Dari apa yang disampaikan Abdul Wahhab Khallaf ini, menunjukkan Maqasid Al Syariah tidaklah mandiri sebagai dalil hukum tetapi merupakan dasar bagi penetapan hukum melalui beberapa metode pengambilan hukum. Namun begitu, sebagaimana disinggung dalam pendahuluan hampir keseluruhan metode yang dipertentangkan/tidak disepakati oleh ulama, adalah karena faktor pengaruh teologi.

Minggu, 09 Oktober 2011

Sakit dan Penawarnya


Sakit adalah perasaan yang tidak nyaman dalam diri kita.

Sakit bisa terasa terhadap fisik, psikis ataupun sosial. Syariatnya sakit fisik bisa terjadi karena penyakit yang disebabkan pola makan tidak teratur, makanan yang tidak cocok ataupun karena ketidak seimbangan dalam pola hidup.

Sakit psikis atau secara psikologi bisa terjadi karena adanya suatu permasalahan pada kondisi mental tidak siap menerima, misalnya seseorang yang baru terkena PHK (Putus Hubungan Kerja) atau karena hancurnya suatu usaha dan lain sebagainya. Sementara sakit social bisa timbul karena adanya penyakit hati seperti kecemburuan/iri, dengki, dendam, sombong dan lain sebagainya.

Terkadang juga penyakit sosial bisa menimbulkan psikis terganggu ataupun bahkan fisik menjadi sakit, begitu juga sebaliknya. Hakikatnya semuanya penyakit yang diderita oleh kita adalah karena atas kehendak Yang Maha Kuasa.
Sakit merupakan keputusan Allah, maka atas kasih sayang-Nya tidak ada suatu penyakitpun yang tidak ada obatnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah SWT tidak mendatangkan penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua.” (HR. Tirmidzi).
“Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Seringkali kita mendengar bahwa karena sakit yang berlebihan dan sulit diobati menjadikan seseorang berputus asa, bahkan adakalanya karena tersiksa oleh penderitaannya menjadikannya mengambil jalan pintas. Padahal Islam dengan tegas melarang hal yang demikian sebagaimana Allah berfirman :
“Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar, QS 39 : 53).

Sesungguhnya jika Allah memberikan sesuatu kepada kita baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan tentulah ada maksudnya. Pemahamannya, bisa jadi sesuatu yang menyenangkan merupakan kabar buruk bagi kita dan sebaliknya sesuatu yang menyedihkan atau menyakitkan adalah kabar baik. Oleh karena itu apabila kita menyikapinya dengan pemahaman spiritual (agama), maka seberat-beratnya penyakit yang kita derita adalah seringan-ringannya kita dapat menarik sebanyak-banyaknya pahala kebaikan. Artinya di kala kita lelah berusaha mengatasi suatu penyakit dengan syariat medis yang tidak kunjung ada kebaikan, maka memasrahkan diri kepada Allah-lah adalah obatnya yang paling mujarab.

Pasrah dengan suatu keikhlasan akan menghadirkan ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa adalah segala-galanya yang dapat menjadikan kekuatan sempurna dalam menghadapi masalah apapun.

Ketenangan jiwa mengandung kekuatan spiritual (kerohanian) yang dapat membangkitkan rasa percaya diri (self confident) dan rasa optimis, di mana kedua hal tersebut sangat diperlukan dalam proses penyembuhan suatu penyakit, tentunya disamping pengobatan secara medis. Itulah barangkali sebabnya, mengapa Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) yang sebelumnya tahun 1947 memberikan batasan sehat hanya dari 3 (tiga) aspek saja yakni sehat dalam arti fisik, psikologik dan social, maka sejak tahun 1984 batasan tersebut berubah dengan tambahan aspek spiritual (kerohanian), sehingga pengertian sehat seutuhnya menjadi sehat fisik, psikologik, social dan spiritual (bio-psiko-sosio-spiritual).

Dalam ajaran Islam, bila dikaji secara mendalam tuntunan ke arah pengertian sehat seutuhnya banyak tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya :

“Katakanlah : Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar (penyembuh) bagi orang-orang yang beriman.” (Fushshilat, QS 41 : 44).

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al-Fajr, QS 89 : 27-30).

Dengan demikian, maka sebaik-baiknya obat penawar penderitaan yang juga bisa dikatakan sebagai pelengkap pengobatan secara medis adalah memasrahkan diri kepada Allah SWT dengan senantiasa mengingat-Nya serta berdo’a memohon pertolongan-Nya.

Tuntunan mengenai hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis :

1.Hendaklan kita meningkatkan nilai keimanan sebagai pangkal kekuatan dengan meyakini bahwa penyakit yang kita hadapi adalah sebagai cobaan dan ujian keimanan dari Allah SWT, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya (karena banyaknya) kecuali Allah hapuskan akan dosa-dosanya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

2. Hendaklah kita bersabar dalam menghadapinya serta tawakal menjalankan perintah-Nya, karena kesabaran dan tawakal dalam menerima cobaan merupakan kunci menuju ketenangan jiwa. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah, QS 2 : 153).
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar, QS 39 : 10).

3. Adakalanya orang yang ditimpa suatu penyakit, ia berkeluh kesah dengan menunjukan ketidak sabarannya serta tidak jarang berburuk sangka kepada Allah. Oleh karena itu, agar memperoleh kesembuhan hendaklah tetap berbaik sangka kepada Allah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Aku senantiasa berada di samping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat pada-Ku.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Andaipun karena suatu penyakit seseorang ditakdirkan untuk meninggal, maka hendaknya tetap berbaik sangka kepada Allah, karena kepada-Nya-lah kita semua kembali. Hal ini ditegaskan dalam sebuas Hadis Nabi :
“Janganlah ada seorangpun di antaramu yang meninggal, kecuali dalam keadaan berbaik sangka semata-mata hanya kepada Allah.” (HR.Muslim).

4.Hendaklah bertobat dan menyucikan diri dengan senantiasa memohon ampunan-Nya serta memperbanyak shadaqoh. Bertobat dan menyucikan diri adalah perbuatan mendekatkan diri kepada Allah yang sangat disukai oleh-Nya dan hal ini akan sangat berpengaruh kepada proses pengembalian kepercayaan diri. Sementara manfaat shadaqoh tidak hanya sebatas memberikan bantuan kepada yang diberi, melainkan bagi yang bershadaqah ada nilai penyembuhan. Tentang tobat dan menyucikan diri serta keharusan shadaqoh ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis nabi :
“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah, QS 2 : 222).
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Tobat, QS 9 : 103).
“Bersihkanlah hartamu dengan membayar zakatnya, sembuhkanlah penyakit-penyakitmu dengan bersedekah dan hadapi ujianmu dengan do’a.” (HR.Tabrani).

5. Hendaklah senantiasa mengingat Allah (berdzikir), karena dengan berdzikir akan menyerap energy positif , di mana hati dan pikiran akan menjadi bersih yang tentunya secara psikologis sangat berpengaruh positif kepada ketenangan jiwa.
Tentang hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi :
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, Zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan siang. Dia-lah yang member rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab, QS 33 : 41-43).
“Perumpamaan orang yang dzikir (ingat) kepada Tuhannya dengan orang yang tidak dzikir (ingat) kepada Tuhannya adalah bagaikan perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR.Bukhari).

Pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir seperti Al Asma’ul Husna (99 sifat Allah), akan tetapi juga meliputi segala bacaan dzikir baik dalam do’a, salat ataupun segala amalan kebaikan.

Kekuasaan Allah begitu luas, menentukan dan memutuskan sesuatu terjadi terhadap apa dan siapa yang dikehendaki-Nya. Bila sesuatu terjadi terhadap kehidupan kita, maka tak ada sesuatupun yang mampu melawannya selain hanya memohon pertolongan-Nya. Allah mendatangkan penyakit yang menyebabkan rasa sakit dan penderitaan, maka atas sebab-Nya-lah adanya kesembuhan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an ditegaskan :
“Dan bila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan.” (Asy Syua’ara, QS 26 : 80).
Dengan demikian berdzikir dan berdo’a adalah obat yang paling mujarab dalam mengatasi segala penderitaan yang menimpa kita. (zaz/nov)

http://www.faktapos.com/content/agama/4896-sakit-dan-penawarnya-dalam-islam.html

Sabtu, 08 Oktober 2011

Ibu, Maafkan Aku…!!!

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya Suaminya sudah lama meninggal karena sakit Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.

Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi.Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dan dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan hingga bermimpi didalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya

sumber : kaskus

Jumat, 07 Oktober 2011

Talk Less Do More …

Talk Less Do more, sedikit bicara banyak bekerja, ya ” iklan rokok ” ini cukup simpel tapi cukup mengena, artinya kita hendaknya lebih banyak bekerja, praktek, solusi bukan cuma teori, bicara atau hanya kritik tetapi no solution.

Kebanyakan dari kita senang menjadi penonton bukan pelaku, senang mengkritik tetapi tanpa solusi.
Untuk sebuah kesuksesan tidak hanya dengan bicara, tetapi bergerak, dinamis tidak pasif.
Kebanyakan dari kita mampu berbicara lantang tentang kesusksesan namun ketika melakukan kita lebih sedikit dari bicara kita.
Ada beberapa hal yang secara umum dapat memacu kesusksesan seseorang yang bila kita lakukan secara istiqomah, konsisten maka mampu membawa kesuksesan dalam hidup kita :

1. Mulailah dari hal-hal yang kecil, mulai dari hal-hal yang bisa kita lakukan dari sekarang. Jangan cuma bermimpi tetapi berbuat
2.Jangan Tunda!, menunda berarti membunuh kesempatan, karena kesematan tidak datang dua kali
3. Jangan Malu, tentunya jangan malu melakukan hal-hal positif, terkadang kita lebih malu melakukan hal-hal positif.
4.Mulailah hubungan baik, mulailah memberi jangan mencari pamrih karena yakinlah pemberian tidak akan mengurangi rizki kita, justru menambah kaya hubungan silaturahmi kita.
5.Belajar, tidak ada batasan dalam belajar, orang yang merasa pintar sebenarnya dialah orang terbodoh.
6. Komitmen, komitmen dengan apa yang anda impikan, apa yang anda rencanakan, berjalanlah di rel planning dan rencana anda, jadikan kritik dan saran sebagai kayu bakar api semangat anda, jangan menjadi air comberan yang menjadikan api semangat anda tinggal asap berbau pengap, biarkan anjing menggonggong orang sukses tetap berpacu.
7.Terakhir adalah selalu berdo’a, isi jiwa kita dengan hal-hal positif, karena motivasi spiritual disinyalir sebagai hal terpenting dalam memacu kesusksesan seseorang, karena energi yang diberikannya akan sangat besar pengaruhnya bagi orang tersebut.

Selasa, 04 Oktober 2011

Lima Cara Memperlakukan Hati

Hati memiliki kedudukan yang sangat penting. Baik dan buruknya seseorang sangat tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila hatinya baik, maka baiklah orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang itu. Rasulullah saw bersabda:

“Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini. Paling tidak ada empat hal yang harus kita perlakukan terhadap hati kita masing-masing.

1. Dibuka


Hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allah swt berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat” (QS Al-Baqarah [2]:6-7)

Karena itu ketika Umar bin Khattab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi kafir bahkan sangat membenci Rasulullah saw hingga bermaksud membunuhnya, namun ketika hati sudah dibuka dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam hatinya yang membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah saw.

Hal yang amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat tidak bisa masuk, keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar sehingga meskipun kita tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk mengeluarkan atau membuangnya.

Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan jendelanya, maka udara kotor bisa keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga akan kita rasakan kesegaran jiwa. Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat dalam kehidupan kita di dunia ini bisa kita pahami sebagai bentuk upaya menggedor hati manusia agar mau membukanya dan mengakui kebesaran Allah swt, namun ternyata hati yang tertutup rapat tetap saja tidak terbuka, mereka hanya mengatakan hal itu sebagai fenomena alam.

2. Dibersihkan.


Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bemilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci.

Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa” (HR. Thabrani).

Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kotoran “Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS Asy Syu’araa [26]:87-89).

3. Dilembutkan


Kelembutan hati merupakan sesuatu yang amat penting untuk dimiliki, hal ini karena dengan hati yang lembut, hubungan dengan orang lain akan berlangsung dengan baik dan ia mudah menerima nilai-nilai kebenaran.

Kelembutan hati akan membuat kita meman-dang dan menyikapi orang lain dengan sudut pandang kasih sayang sehingga bila ada orang lain mengalami kesulitan hidup, ingin rasanya kita mengatasi persoalan hidupnya, ketika kita melihat orang susah, ingin sekali kita mudahkan, tegasnya kelembutan hati menjauhkan kita dari rasa benci kepada orang lain meskipun ia orang yang tidak baik, karena kitapun ingin memperbaiki orang yang belum baik.

Untuk bisa melembutkan hati, seorang muslim bisa melakukannya dengan banyak cara, diantaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits disebutkan:

“Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah saw seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya: ‘Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin’ ” (HR. Ahmad).

Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah swt dalam firman-Nya:

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]:74).

4. Disehatkan


Jasmani yang sehat membuat kita memiliki gairah dan semangat dalam menjalani kehidupan dan makanan yang lezat bisa kita nikmati. Namun bila jasmani sakit tidak ada gairah hidup dan makanan yang enaktidak antusias bagi kita untuk memakannya dan bila kita makanpun tidak kita rasakan kelezatannya.

Begitu pula halnya dengan hati, bila hati sakit kita tidak suka pada kebaikan dan kebenaran. Islam merupakan agama yang nikmat, namun bagi orang yang hatinya sakit tidak dirasakan kenikamatan menjalankan ajaran Islam kecuali sekadar menggugurkan kewajiban.

Hati yang sakit biasanya dimiliki oleh orang munafik, mereka nyatakan beriman tapi sekadar dilisan, mereka laksanakan kebaikan termasuk shalat tapi maksudnya adalah mendapatkan pujian orang, karena itu tidak mereka rasakan nikmatnya beribadah dan berbuat baik.

Allah swt berfirman: Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yangberiman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orangyang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinyasendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS Al Baqarah [2]:8-10)

Karena itu, orang munafik akan mengalami penyesalan yang amat dalam disebabkan keburukan yang mereka sembunyikan di dalam hatinya, Allah swt berfirman: Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS Al Maidah [5]:52)

5. Ditajamkan


Hati harus kita asah hingga menjadi seperti pisau yang tajam. Pisau yang tajam akan mudah memotong dan membelah sesuatu. Bila hati kita tajam akan mudah pula membedakan mana haq dan mana yang bathil, bahkan perintahpun tidak selalu harus disampaikan dengan kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah cukup dipahami kalau hal itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan.

Nabi Ibrahim dan Ismail as merupakan diantara contoh orang yang memiliki ketajaman hati sehingga perintah Allah swt untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan melalui mimpi dan Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim menceritakannya, padahal Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu merupakan perintah dari Allah swt.

Untuk mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan salah satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada kita meskipun dengan bahasa isyarat kita sudah menyadari akan kesalahan yang kita lakukan.

Sumber: Khairu Ummah Edisi 25 Tahun XX Juni 2011
http://mimbarjumat.com/archives/1310

Minggu, 02 Oktober 2011

Wadah

Seorang murid tampak murung di hadapan gurunya. Ia sengaja mendatangi sang guru karena satu alasan: mencari solusi dari seribu satu masalah yang seperti tak pernah henti menderanya. Belum masalah yang satu selesai, masalah baru pun muncul, berkembang, dan seterusnya.

“Guru, kenapa hidupku teramat sulit. Masalah seperti tak pernah mau menjauh dariku,” ungkap sang murid menunjukkan wajah galaunya. Semangat belajarnya seperti akan pupus dengan seribu satu masalah hariannya.

“Muridku, perhatikan apa yang akan aku lakukan dengan segelas air tawar ini,” ucap sang guru sambil memasukkan sebungkus serbuk jamu kedalam gelas.

Setelah diaduk, sang guru pun mempersilakan muridnya untuk mencicipi air yang berubah kehijauan itu. “Silakan kau coba!” ucapnya lembut.

Sang murid pun meraih gelas itu untuk kemudian mencicipinya. “Pahit! Pahit sekali guru!” ucapnya begitu spontan. Tapi, sang murid masih belum mengerti dengan segelas jamu itu.

Sesaat kemudian, sang guru pun mengajak muridnya untuk berjalan menuju tepian kolam di sebuah taman alam. Taman itu begitu asri. Sejumlah mata air dari tanah pegunungan mengalir perlahan menuju kolam taman.

Dan, sang guru pun menaburkan tiga bungkus serbuk jamu lain ke kolam. “Silakan kau aduk-aduk kolam yang luas itu semampumu, dan cicipi apakah airnya ikut terasa pahit!” ucap sang guru kemudian.

Setelah mengaduk, sang murid pun mencermati wajah air kolam yang sedikit pun tidak berubah warna. Dan, ia pun mencicipinya. “Tawar, guru!” ucapnya kemudian.

“Muridku, bayangkan jika serbuk jamu itu kau taburkan di danau yang luas. Berpuluh-puluh bahkan mungkin beratus-ratus bungkus serbuk jamu pun yang kau taburkan, warna air danau tak akan berubah, apalagi menjadi pahit!” ungkap sang guru kemudian.

“Maksud guru?” serbah sang murid masih belum menangkap isi nasihat gurunya.

“Perbesarlah wadah dan isi air, apa pun yang masuk, tidak akan mengubah rasanya. Perbesarlah wadah jiwa kita, seberapa besar pun masalah yang dihadapi, insya Allah, ia tetap hambar dan tak akan mempengaruhi diri kita,” jelas sang guru yang disambut anggukan pelan muridnya.

**

Baginda Rasulullah saw. pernah mengungkapkan keunggulan jiwa seorang mukmin. Jika diberi nikmat ia bersyukur, dan itu menjadi nilai plus buat dirinya. Dan jika diuji dengan ketidaknyamanan, ia bersabar, dan itu pun menjadi nilai plus lain buat dirinya.

Tapi boleh jadi, belum banyak dari kita yang merasakan bahwa sabar adalah ungkapan untuk menunjukkan betapa luas dan dalamnya wadah jiwa seorang mukmin. Seluas samudera yang akan menghambarkan apa pun yang mencemarinya.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Biarkan Hati Menjawabnya

Seorang bertanya kepada gurunya yang mulia, “Kebanyakan orang mengatakan bahwa saya ini orang yang baik, maka bagaimana saya bisa tahu bahwa saya benar-benar orang baik?”
Sang guru pun berkata: “Nampakkanlah sikap dan perilaku yang selama ini kamu sembunyikan di hadapan orang-orang baik. Jika mereka merasa senang, maka itu pertanda bahwa engkau adalah orang baik. Sebaliknya jika mereka merasa tidak senang, maka itu adalah pertanda bahwa engkau bukan orang baik.”

Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa, “Kebajikan itu adalah baiknya budi pekerti dan dosa itu apa-apa yang meragu-ragukan dalam jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu”. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa sesungguhnya dari apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama adalah, “Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.”

Ketika sahabat lain bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ‘kebaikan', beliau pun bersabda, “Mintalah fatwa dari hatimu”. “Kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula hati padanya. Dan dosa itu adalah adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa padamu dan mereka membenarkannya”.

Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan ilham berupa potensi di dalam jiwa manusia serta hidayah untuk dapat membedakan dan memilih jalan keburukan (kefasikan) dan kebaikan (ketakwaan) sebagai wujud dari kesempurnaan ciptaan-Nya.
“Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan ke dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS 91:7-8).
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)” (QS 90: 10).


Dan Allah SWT telah berfirman pula di dalam Alquran mulia, “Hanya pada Tuhanmu sajalah hari itu tempat kembali. Pada hari itu akan diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya, dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya” (QS 75: 12-15).

Tujuan utama dari ibadah puasa, sebagaimana digariskan oleh Allah SWT (QS 2: 183), adalah agar kita bertakwa atau bertambah takwa. Selain penghapusan kesalahan dan pengampunan dosa, takwa membuahkan furqan.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS Al-Anfal(8): 29).

Dalam bahasa lugas furqan berarti kriteria, pembeda antara kebenaran dan kebatilan.Menurut ulama tafsir, di dalamnya terkandung makna ketegaran jiwa (tsabatul qulub), kejernihan mata hati (quwwatul-bashaair), dan petunjuk terbaik (husnul hidayah).

Ibadah puasa melatih manusia untuk bersikap tegar dalam menyikapi dan menghadapi berbagai kenyataan, permasalahan, kesulitan dan tekanan hidup. Puasa melatih manusia untuk berani berkata tidak untuk semua hal yang tidak disukai Allah SWT, apalagi yang dilarangnya. Selain melatih ketajaman “mata” (sight) untuk menangkap berbagai fakta puasa juga melatih kejernihan “mata hati dan pikiran” (insight) membaca apa yang ada di balik fakta. Dalam Insight terkandung kemampuan untuk secara jernih dan intuitif melihat keadaan dari suatu situasi yang kompleks (perspectiveness) serta kemampuan untuk memahami dan menemukan solusi secara mandiri (self-awareness). Puasa membebaskan manusia dari "bussines as usual" sehingga dapat lebih peka menangkap sinyal-sinyal Ilahi.

Puasa dengan tujuan takwa mengasah ketajaman mata, hati, pikiran dan kesadaran kita untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Dengan furqan (kriteria), kita dapat mengambil keputusan dan tindakan terbaik dengan tegar sesuai kriteria dan petunjuk Allah SWT. Kepada Allah SWT kita berlindung dari hati yang menutup diri terhadap pancaran cahaya Ilahi. Kepada Zat Yang Maha Kuasa Membolak-balikkan hati, kita memohon agar dapat melihat kebenaran sebagai kebenaran, melihat kebatilan sebagai kebatilan, di manapun, sampai kapanpun.

Oleh Abi Muhammad Ismail Halim
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/09/08/lr6pkt-biarkan-hati-menjawabnya

Template by:

Free Blog Templates