Senin, 17 Oktober 2011

Al-fahmu, landasan gerak dalam amal dakwah kita


Al Fahmu
Al Fahmu

Ikhwah, alhamdulillah, hari ini kita bersilaturahmi kembali, meskipun dalam nuansa yang berbeda, semoga tidak mengurangi eratnya ukhuwah diantara kita. Dan pada kesempatan kali ini, sedikit berbagi tentang sebuah materi, yang mungkin sudah kita dapatkan di materi liqo kita, tetapi tidak ada salahnya kita bedah kembali. Materi tersebut adalah rukun baiat Ikhwanul Muslimin, dan ada kesematan ini, mari kita mantapkan keyakinan kita tentang kepemahaman. Al- Fahmu. Paham. Paham artinya mengerti, bukan sekedar mengikuti tanpa tahu. Dan inilah yang dicontohkan Imam Syahid dalam dakwahnya. Memberikan kepemahaman kepada a’dhonya, bukan sekedar mengajak. Lalu pertanyaan besarnya, jangan – jangan keberadaan kita dalam jamaah dakwah yang mulia ini, hanya sekedar ikut – ikutan, hanya sekedar taklid, mencontoh dari kakak senior kita, tanpa faham lebih lanjut tentang jamaah dakwah ini. Kalau hal itu masih ada dalam diri kita, maka mari kita belajar kembali tentang al-fahmu. Rukun Baiah pertama.

Rukun Al-Fahmu, dalam Risalah taklim, ditempatkan pada urutan pertama dan menjadi penunjuang akan esensi yang harus dilakukan oleh seorang ikhwah. Analoginya, jika al-fahmu dapat dikuasai maka niscaya seorang ikhwah tidak akan sulit memahami Islam secara menyeluruh, seperti yang difahami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin, dan memahami apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ikhwah dalam berbagai langkah dan kehidupannya bersama gerakan Ikhwanul Muslimin. Banyak pihak yang mempertanyakan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Bai’ah ini. Ustadz Dr. Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan bahwa urutan yang dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al Banna sudah tepat. Karena beliau tahu betul fiqh prioritas, mendahulukan apa yang harus didahulukan.

Menurut Imam Syahid Hasan Al-Banna, al-fahmu adalah kayakinan akan fikrah (pandangan) kita yang merupakan fikrah Islamiyah yang solid dan tangguh. Fungsi alfahmu selaras dengan aksioma, pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yang benar merupakan pendahuluan dari perbuatan yang lurus. Karena ilmu merupakan bukti keimanan dan jalan menuju kebenaran. Para ahli sufi juga membuat alur: ilmu akan membentuk sikap, sikap akan mendorong perbuatan. Sebagaimana pernyataan psikolog yang menyatakan ada alur antara pengetahuan, emosi dan perbuatan. Artinya disini bahwa ilmu menjadi hal mendasar yang harus dimiliki sebelum tahap selanjutnya. Dan ilmu ada setelah kita memahami. Alfahmu. Prinsip Al Fahmu dengan 20 prinsipnya merupakan deklarasi bahwa Islam adalah solusi. Karena Islam adalah solusi maka kaidah-kaidah yang ada dalam Al Fahmu ini akan menjadi kaidah dasar dalam melakukan segala aktifitas. Seperti halnya yang telah diterangkan pada prinsip pertama dalam rukun Al-Fahmu ini tentang Syumuliatul Islam. Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang, ilmu pengetahuan dan hokum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih.

Prinsip pertama ini mengajarkan kepada kita bahwa aktivitas kita sehari-hari bukan hanya aktivitas semu yang tidak berlandaskan pada Islam, setiap muslim harus menyadari, mengetahui, meyakini dan mengamalkan Islam sesuai dengan kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua permasalahan kehidupan baik yang yang pribadi dan yang lebih besar dari pada itu disandarkan pada tata aturan Islam. Tidak ada pemisahan antara agama dan negara, seperti ungkapan ,” berikanlah hak negara kepada raja, dan berikanlah, hak agama kepada Tuhan.” Tidak akan pernah ada sekularisme dan liberalism dalam pemikiran dan aktivitas lainnya di muka bumi ini. Dan hal ini sepadan dengan firman Allah yang memerintahkan umat Islam untuk masuk ke dalam agama Islam secara kaffah.

Menurut Ibnu Qayyim, dalam konteks alfahmu, bahwa benarnya kepahaman dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Tiada nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dengannya, seorang hamba dapat terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang yang buruk tujuannya dan jalan orang-orang yang sesat (orang-orang yang buruk pemahamannya). Sebaliknya, mereka akan menjadi orang-orang yang diberi nikmat, yaitu orang-orang yang baik pemaham dan tujuannya. Merekalah orang-orang yang terbimbing ke jalan yang lurus, yang kita semua diperintah untuk memohonnya setiap kali shalat. Benarnya kepahaman merupakan cahaya yang disemayamkan Allah dalam hati hamba-Nya.

Maka dengan seluruh penjelasan di atas, maka sudah sangat jelas mengapa al-fahmu berada pada posisi pertama dalam urutan arkanul bai’ah. Hal ini tidak lain karena pemahaman merupakan modal atau landasan awal kita bergerak dalam tahapan rukun selanjutnya. Apa pun yang kita lakukan, pasti bersumber dari adanya keyakinan dan pemahaman. Ketika kita berusaha dalam jalan dakwah tanpa memahami esensi atau makna serta tidak memahami tujuan yang hendak dicapai, maka segala amal kita tidak akan sempurna dan kemungkinan gagal dikemudian hari akan menanti kita akibat fahmu kita yang tidak sempurna.

Ikhwah, diakhir tulisan ini, semoga Allah senantiasa menguatkan pemahaman kita, sehingga setiap jengkal jalan kehidupan kita dapat maksimal dan menghasilkan amal yang optimal untuk bekal hidup di akhirat kelak. Sehingga mimipi – mimpi besar kita, visi brilian kita tentang kampus madani, akan segera terealisasi, tentu seiring dengan semakin matang dan dewasanya kita dalam memahami jamaah ini. Selalu semangat, optimis, pantang menyerah. Semoga barakah, semoga istiqamah, semoga khusnul khatimah. Barakah… barakah.

0 komentar:

Posting Komentar

bangunan ini tak bisa berdiri tanpa campurtangan anda..!!

Template by:

Free Blog Templates