Minggu, 08 April 2012

Bukan Sembarang Ibu


Oleh Meti Herawati

Menjadi seorang ibu yang bisa membimbing dan mendidik anak-anaknya dengan baik sampai menghantarkan mereka menjadi menusia dewasa yang sukses, bukanlah pekerjaan mudah. Sering Saya mendengar keluhan para ibu yang kerepotan dalam mendidik buah hatinya. Susah diatur , sering ribut, suka melawan dan masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi para ibu ini dalam mendidik anak-anaknya. Saya pun sering merasakan hal yang sama. Tidak terbayang jika Kita punya anak lebih dari lima atau bahkan sepuluh. Pasti pada bergidik tanda tak mau.

Saya sempat bertemu dengan ibu yang sangat luar biasa,yang bisa membuat saya terkagum-kagum. Beliau seorang janda dengan 13 orang anak. Ketika suaminya meninggal anak tertua baru berusia 17 tahun dan yang paling buncit berusia satu tahun.

Dapat kita bayangkan bagaimana repotnya ibu ini dalam membesarkan ketiga belas anak-anaknya seorang diri. Ketika suami yang dicintainya meninggal tak sempat Dia berkabung berlarut-laut, bukan merasa tidak kehilangan tapi bagaimana jadinya nasib ketiga belas anaknya kalau ibunya larut dalam kesedihan. Suaminya tidak meninggalkan harta yang berlimpah, hanya meninggalkan sepetak rumah dan uang pensiunan yang tidak seberapa jumlahnya.

Dengan hati yang masih terasa perih maka ibu luar biasa ini bangkit menyingsingkan lengan baju. Dia memutar otak bagaimana cara menghidupi buah hatinya bahkan dalam lubuk hati yang paling dalam Dia sangat ingin menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin sebagai bekal hidup. Dia berharap anak-anaknya jangan seperti dirinya yang hanya mengenyam Sekolah Dasar.

Sangat tidak mudah mewujudkan tekad mulia ini, tapi Dia yakin dengan kerja keras dan memohon pertolongan kepada Allah maka tidak ada yang tidak mugkin. Dia begitu yakin Allah tidak akan melalaikan hamba-hambaNya yang memohon pertolongan terlebih bagi hamba yang menanggung hidup para yatim.

Sebagai jalan ikhtiar ibu hebat ini membuka warung makan yang digelar di atas meja di depan rumah tuanya. Setiap hari di sepertiga malam terakhir Dia sudah bermunajat kepada Allah, memohon kekuatan dan pertolongan. Dia sadar hanya yang di atas sana yang mampu menolong dan meringankan bebannya. Kemudian dalam keheningan malam kakinya melangkah dengan pelan-pelan menuju pasar, meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil-kecil dalam lelap tidurnya.

Ketika Adzan subuh berkumandang Dia pun sudah sampai di rumah dengan membawa belanjaan yang siap diolah untuk dijual di pagi hari. Selepas subuh mulailah aktifitasnya, selain menyiapkan masakan untuk dijual juga untuk makan anak-anaknya. Setelah melepas anak-anaknya sekolah, dia mulai berjualan dari pagi hingga sore sambil mengasuh anak-anaknya yang masih kecil, sekitar tiga orang anaknya masih balita.

Seringkali sambil melayani pelanggan anak bungsunya tak mau lepas dari gendongan. Ibu ini pun tidak lupa untuk mendidik kemandirian dan kedisiplinan pada anak-anaknya yang sudah mulai besar. Mereka mendapat tugas membantu pekerjaan ibunya, ada yang bertugas mencuci piring, bersih-bersih rumah, ngambil air, nimba air, bantu-bantu di warung dan lain-lain. Semua menjalani dengan ceria karena berkaca pada keikhlasan ibunya.

Jika malam menjelang dikumpulkannya semua anak-anaknya, diajarinya mengaji dan belajar. Matanya berbinar penuh syukur melihat anak-anaknya yang tumbuh dan berkembang. Terkadang airmata meleleh dipipinya memandang anak-anaknya yang lelap dalam tidur. Semoga ibu tidak pernah menyia-nyiakan kalian amanah dari Allah. Begitulah rutinitasnya setiap hari selama belasan tahun Dia jalani tanpa keluh kesah dan kebosanan.

Buah dari do’a yang tiada putus dan kegigihannya dalam berusaha, mampu mengantarkan anak-anaknya menuju kesuksesan. Impiannya terwujud anak-anaknya berhasil mengenyam pendidikan yang tinggi bahkan sampai universitas. Mereka ada yang menjadi guru, pengacara, dokter, ABRI, polisi, bahkan ada juga yang sudah bergelar haji.

Subhanalloh perjuangan yang berbuah kebahagiaan, Semoga Allah Ridho padamu ibu dan semoga Kami dapat mengiluti jejakmu, menjadi ibu yang gigih dan pejuang tangguh. Memang Eungkau bukan sembarang ibu.

0 komentar:

Posting Komentar

bangunan ini tak bisa berdiri tanpa campurtangan anda..!!

Template by:

Free Blog Templates