Minggu, 11 Desember 2011

Medan Bekerja, Tak Semudah Medan Bicara



Berapa banyak orang yang hanya mampu mengkritisi tapi tidak mampu memberikan kontribusi. Berapa banyak yang hanya mampu bergerak dalam tataran konsep tapi mandul ketika diminta terjun ke medan laga. Itulah yang kebanyakan terjadi pada bangsa ini. Ketika orang lain menginjakkan kakinya di medan bekerja begitu banyak yang siap menjadi pengamat tapi enggan ikut berjuang bersamanya. Tapi ketika sedikit kesalahan yang dilakukan karena keniscayaan, sebuah ketidak sempurnaan dari sorang manusia dan system yang dibuat oleh manusia maka dia begitu gigihnya menyalahkan bak pahlawan kesiangan.

Begitu dalam dunia dakwah. Dalam jamaah dakwah ini, tanpa sadar aku terseret perlahan ke dalam golongan orang-orang tersebut. Ketika saudara-saudaraku sudah bergerilya dari desa ke desa, dari ta’lim ke ta’lim. Pun ketika ada pesan amsuk di hp ku. ’Assalamu’alaikum.Ukhti tolong gantikan ane siang ini ngisi keputrian di kampus ya. ’afwan hari ane ndak bisa keluar kantor. Tolong ya..’. Seketika muncul seribu satu alasan ku untuk menolak permintaan ukhti tersebut. Terbayang di kepalaku perkerjaan kantor, tugas dakwah yang ingin aku kerjakan di waktu istirahat siang ini, menghadiri pengajian jumat siang, de el el. Sekan-akan alasan-alasan itu menjadi pisau yang sangat tajam untuk mematahkan permintaan ukhti ku tadi. Astaghfirulloh....maafkan aku ukhti..

Memang, jujur saat itu kaki ku seolah menjadi sangat berat melangkah untuk memenuhi permintaan itu. Jalanan yang biasanya pada jumat siang sangat padat, udara yang panas, tempat yang aku tidak begitu tahu di mana, seakan menjadikan pelengkap syahwat malas ku, ketika itu.

Seketika terlintas kembali di alam bawah sadarku buku yang baru aku baca malamnya ’Episode Cinta sang Murobbi’. Kisah tentang seorang mujahid dakwah yang sekarang telah di panggil oleh Robb-nya. Rumah yang reot, tapi dia mampu ’me-nyulap’ rawa-rawa dekat rumahnya menjadi Islamic Center yang penuh dengan kegiatan dakwah dan kajian-kajian ke-Islaman. Bagaimana dia mengorbankan waktu istirahat malamnya, ketika orang sudah lelap dengan mimpi indah dia masih bercengkrama membicarakan agenda dakwah dengan para sahabatnya sampai dini hari. Tapi aku.....???

Aku semakin tertohok ketika teringat sebuah seruan dari NYA ’Berangkatlah kamu dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah di jalan 4jj1....’ Tersentak aku seolah berada di jauh di inti bumi, aku merasa malu. Kenapa aku yang sudah menginfaq kan hidupku di jalanNYA bermental sangat memalukan seperti ini?? Aku ingat salah satu taujih Almarhum syeikh tersebut di buku itu: ’Antum akan di uji pada titik terlemah antum’. Ya Alloh betapa lemahnya aku..Aku hampir gagal dalam ujian yang belum ada apa-apanya dibandingkan para pendahuku, aku nyaris kalah dengan syahwat ku. Tanpa pikir panjang, membiarkan jiwaku yang lemah semakin layu, aku mulai menyusun materi yang akan aku bawakan siang itu. Bismillah....

Sobat ku di jalan dakwah...
Sudah kah kita menyambut setiap seruan dakwah, seruan jihad dari NYA? Ataukah kita lebih sering kalah dengan syahwat ketika seruan itu datang dengan berjuta alasan yang di ada-adakan?? Na’udzubillah...

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS.At-Taubah:41)

http://www.eramuslim.com/oase-iman/medan-bekerja-tak-semudah-medan-bicara.htm

0 komentar:

Posting Komentar

bangunan ini tak bisa berdiri tanpa campurtangan anda..!!

Template by:

Free Blog Templates